Miquela adalah influencer virtual. AKun instagramnya diikuti folower sebanyak 2,7 juta. Di akunnya memamerkan gaya-gaya busana dan juga posting dengan artis-artis dunia papan atas. Miquela ini diciptakan oleh Brud sebuah perusahaan spesialis pembuat persona media sosial berbasis kecerdasan buatan.
Ada juga akun Lu do Magalu dengan 6 juta pengikut. Mereka juga sudah sangat aktif mengendorse brand – brand ternama seperti Balmain Paris, Nike, Prada dan lainnya.
Di Indonesia juga sudah ada. Pemiliknya salah satunya adalah Deny Caknan yang seorang penyanyi dangdut jawa yang terkenal di kalangan anak muda. Nama influencer virtualnya adalah Laverda Salsabila yang nama akun instagramnya @lav_caca yang dikenalkan oleh platform ujung-ujungnya dangdut.
Ada juga Talasya Pov yang sempat membintangi iklan bersama Yuki Kato. Lalu ada lagi Cahaya.gram influencer virtual berwajah Indoensia tulen yang baru aktif tahun 2019 lalu. Pengikutnya sudah banyak dan brand yang sudah diendorse sudah berderet.
Influencer Matchmaker mengatakan meskipun digital mereka punya karakteristik dan punya kepribadian seperti manusia. Mereka dimanfaatkan untuk memasarkan merek, produk dan jasa layanan. Atau meningkatkan brand awareness dan interaksi di media sosial.
Saat ini perusahaan – perusahaan ada yang sudah memiliki influencer virtual tersendiri. Karena bisa dibuat lebih mempresentasikan esensi dan nilai sebuah brand.
Apa yang menjadi ancaman dengan adanya influencer virtual ini ? Karena mereka bisa hadir lebih fleksibel, kapan saja dan dimana saja. Dan harganya termasuk ekonomis. Pun sangat mudah di atur untuk kepentingan brand. Beda dengan influencer manusia yang kadang mahal dan ada kontroversi.
Influencer virtual ini tidak boleh dipandang sebelah mata. The Influencer Marketing Factory mengatakan 60 % responden mengaku sudah terpengaruh setidaknya oleh inflencer virtual. Lalu 20% terbujuk membeli barang yang direkomendasikan para influencer virtual. Jadi sangat jelas, influencer virtual sangat bisa diperhitungkan di industri pemasaran. Mereka semakin banyak muncul di instagram.
Kelebihan jasa influencer virtual adalah mereka bisa dirancang sebegitu rupa supaya benar-benar sesuai, selaras dan klop dengan visi dan misi brand. Perilaku dan narasi mereka bisa dikontrol sepenuhnya.
Berdasarkan data dari Forrester influencer virtual cenderung memiliki engagement rate yang stabil. Karena mereka tidak memiliki masalah personal yang menganggu kinerjanya.
Dari L2 Digital mengatakan biaya produksi untuk membuat konten influencer virtual lebih hemat daripada budget endorsement selebriti kelas atas. Memang jika jangka panjang inflencer virtual bisa menguntungkan. Apalagi mereka tidak menuntut biaya lain-lain.
Menarik Untuk Dibaca : Cara Yang Benar Jualan Di Media Sosial
Tetapi meskipun ada kelebihan tentunya ada kekurangannya. Menurut Gartner biasanya konsumen cenderung memilki ikatan emosional dengan influencer manusia. Di mata konsumen, influencer manuasi punya pengalaman hidup dan emosi asli. Itulah yang menjadi kelebihan influencer manusia yang tidak bisa tergantikan.
Kelemahan selanjutnya adalah bisa jadi inflencer virtual ini akan kegerus zaman seiring perkembangan teknologi yang begitu cepa. Mungkin juga sudah tidak relevan lagi dengan bisnis yang diendorse.
Untuk memaksimalkan infleencer virtual ada beberapa cara :
Pertama, Fokus pada konsumen. Pelajari dan ketahui bagaimana knsumen jama sekarang bersikap terhadapan penggunaan influencer virtual. Karena konsumen saat ini adalah orang-orang modern.
Dari penelitian Statista mengatakan bahwa 35% konsumen Amerika membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer virtual. Dan 40% untuk generasi Milineal dan Gen Z.
Kedua. Pilih produk yang akan diendorse. Karena tidak semua produk itu cocok dipasarkan melalui influencer virtual. Semisal jasa psikologis, pasti inflencer virual itu tidak akan bisa menagani.
Apa yang bisa kita pelajari dari hadirnya influencer virtual in :
Pertama kehadiran inflencer virtual telang mengguncang dunia digital dengan kemampuan adaptif dan fleksibel.
Kedua. Seperti dua sisi mata uang, inflencer virtual hadir dengan kelebihan dan kekurangannya. Inflencer virtual memang bisa dikontrol dan biayanya lebih murah. Tapi ada resiko yang ditimbulkan.
Ketiga. Tidak semua produk cocok di endorse influencer virtual. Pastika karakter influencer virtual sesuai dengan kebutuhan relevansi brand.
Ditengah kempuran influencer virtual kita harus tetap mengedepankan emosional dan otentik individu.
Salam sukses, Salam Satoeasa untuk Indonesia.
Menarik Untuk Ditonton : Kurikulum Program Desa Preneur Model Blangkon Tahap Penumbuhan
Mau Konsultasi?