Kita pelajari dulu kebangkitan Tiongkok. Mereka memulai dengan pembangunan insfrasutruktur besar – besaran. Mulai dari bandara, pelabuhan, fasilitas trasnportasi dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Dari situlah pabrik manufaktur tumbuh dan Tiongkok menjadi pabrik dunia.
Kita melihat banyaknya lapangan pekerjaan dan gelombang urbanisasi yang sangat besar saat itu. Misal Zen Zen, dulunya adalah kampung para nelayan. Namun sekarang menjadi pusat industri teknologi dan inovasi global.
Pemerintah Tiongkok juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Banyak mahasiswa yang mereka kirim ke luar negeri untuk menguasai ilmu dan akan kembali ke tiongkok untuk mengembangkan di daerah asalnya. Mereka pulang ada yang menjadi insinyur, pengusaha serta ilmuan.
Seperti contoh lahirnya Tencent di Tiongkok. Tencent perusahaan yang berkembang dari pembuat aplikasi komunikasi QQ menjadi pengelola WeChat, yang menjadi sentral kehidupan digital bagi jutaaan penggunanya.
Kemudian ada Alibaba yang didirikan Jack Ma. Mereka membangun jaringan e-commerce dan sistem pembayaran Alipay yang menginspirasi dunia. Kemudian ada BYD yang berkembang dari perusahaan baterai menjadi pemimpin industri mobil listrik.
Kemudian ada Wuling yang berhasil membuat mobil yang ramai dibicarakan konsumen global.
Sedangkan untuk produk Smartphone ada Xiaomi dan Huamwei. Xiaomi menjadi pemimpin di produk smart home Asia. Sedangkan Huawei mendominasi teknologi 5 G.
Sendangkan ByteDance menciptakan aplikasi TikTok, aplikasi yang berhasil menarik generasi mudah di berbagai negara.
Perusahaan-perusahaan besar di atas itu sebagai bukti bahwa Tiongkok telah bangkit sebagai kekuatan ekonomi baru dunia.
Kita lihat PDB Tiongkok pada tahun 1990 di anka USD 300 Miliar. PAda tahun 2000 PDB sudah melonjak jadi 1,2 triliun US dolar. Dan pada tahun 2019 PDB Tiongkong sudah menyentuh angka USD 14 triliun. Hal inilah yang menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Tiongkon berfokus pada riset dan pengembangan di berbagai aspek. Lalu menyalutkan subsidi ke perusahaan-perusahaan yang dirintis seperti Tencent, Alibaba dan Baidu.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Membuat Alamat Usaha di Google Maps
Tapi waktu itu Donald Trump Presiden Amerika mengatakan bahwa subsidi yang diberikan pemerintah Tiongkon telah melanggar aturan perdagangan internasional. Bahkan Amerika curiga bahwa perusahaan-perusahaan teknologi Amerika disisipi misi Spionase.
Akhirnya Amerika sangat keras kepada perusahaan Tiongkok. Seperti ZTE sebagai raksasa telekomunikasi Tiongkok yang disangsi dan didenda karena menjual teknologi Amerika ke Iran. Begitu juga Huawei ditufuh memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Tionkong dan melanggar sangsi Amerika terhadap Iran.
Sedangkan Tiongkok mengatakan bahwa tindakan Amerika adalah tindakan proteksionis. Bagi Tiongkok, Amerika berusaha mencegah supaya mereka tidak menjadi pemimpin teknologi global. Pada akhirnya Tiongkok membatasi perusahaan-perusahaan Amerika yang ada di Tiongkok.
Bahkan sampai sekarang Amerika mengontrol eksport chip AI jangan sampai Tiongkon memperoleh chip AI tersebut. Tapi ternyata Tiongkok mampu mengembangkan chip AI nya sendiri. Sebgai contoh produk Huawei Mate 60 Pro.
Menurut analis Ming Chi Kuo Chip Kirin 9000s ini merupakan ancaman bagi Qualcom yang mendominasi pasar global untuk prduk serupa.
Tentu kita tahu Huawei adalah pelanggan utama Qualcom. Bayangkan saja jika Huawei meninggalkan chip Qualcom.
Keeadaan semakin memansa ketik salah satu Anggota DPR AS mengatakan kalau Tionkong mencuri teknologi Amerika Serikat. Hal tersebut direspon oleh George Koo yaitu seorang penasehat bisnis Silicon Valley. Mengatakan bahwa Strategi Amerika Setikat yang mengucilkan China akan berdampak pada penurunan drastis pendapatan korporasi teknologi informasi As dari pasar China.
Hal tersebut sangat logis karena keberhasilan Huawei membuat Tiongkok menjadi percaya diri dan siap melakukan tindakan balasan. Ini akan berdampak pada Iphone, nVidia, Qualcomm, Applied Materials dan Lam Researsh yang berada di Tiongkok.
Perusahan-perusahan tersebu akan mengalami penuruna keuntungan komparatf di pasar China. Dalam waktu dekat mereka tidak akan diizinkan memasuki pasar China dan dalam jangka panjang, China tidak perlu lagi membeli produk Amerika Serikat.
Aksi saling balas ini jika dilanjutkan maka eskalasi perang diantara mereka semakin meluas dan keduanya akan menanggung kerugian yang signifikan.
Perang teknologi sesungguhnya adalah pertarungan inovasi, ekonomi dan intelektual. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap perusahaan-perusahaan global. Termasuk Indonsia.
Sikap Indonesia yang pasti adalah tidak hanya ditentukan semata-mata hanya berdasarkan pertimbangan teknologi. Ada pertimbangan lain seperti hubungan diplomatik, potensi ekonomi dan geopolitik. Tentu yang akan dikhawatirkan adalah perang dagang yang akan timbul dan berakibat pertumbahan ekomoni bisa seret.
Tapi para peneliti mengatakan pasti ada solusi ditengah polarisasi. Dan pasti akan ada inovasi-inovasi teknologi bermunculan dengan menggabungan antara teknologi China dan Amerika.
Semoga Allah mudahkan kita dalam menjalankan bisnis. .
Menarik Untuk Dibaca : Strategi Le Minerale Bersaing Dengan Aqua
Mau Konsultasi?