Apa yang menyebabkan itu semua ?
Ini memang masalahnya kompleks. Sebelumnya kita bercerita dulu 10 tahun lalu, setiap tahun pasti ada demo buruh. Kalau kita mengatakan seharusnya para buruh itu menunjukkan kualitas pekerjaan yang bagus. Agar gaji dan tunjangan bisa naik. Ini pernyataan yang kurang tepat. Mengapa ?
Karena, tingkat sdm setiap orang berbeda. Pekerjaan para buruh itu rata-rata di bagian produksi, dan pekerjaannya rutinitas. Tanpa adanya mengasah otak.
Dengan demikian tentu tidak bisa dipukul rata kondisi kita dengan kondisi kebanyakan orang. Analoginya jangan kita menyamakan ukuran sepatu kita dengan ukuran sepatu orang lain.
Nah, masyarakat Indonesia itu mayoritas lambat secara SDM.
Sekerang masalah Tik Tok Shop itu sebenarnya bukan menjadi penyebab pasar tanah abang dan pasar lainnya sepi. Itu hanya 1-2 % saja. Sebenanya yang terkena distrupsi itu adalah markeplace lain. Seperi Shoope, Tokopedia dan lainnya.
Sekarang kita bahas bagan di Bawah ini. Agar kita tidak bingung dalam melihat masalah ini :
Kita bahas dari kompetitor dulu. Kompetitor yang berada di pasar tanah abang ada dua, kompetitor dalam dan kompetitor luar. Kompetitor dalam ini produk dalam negeri, sedangkan kompetiro luar adalah barang import. Produk dalam negeri seharunya yang dijual di pasar itu mengikuti trend yang berkembang di masyarakat, terutama fashion. Kalau di lihat pasar-pasar itu produknya kurang mengikuti perkembangan.
Menarik Untuk Dibaca : Open Ai Akan Menjadi Next Google
Sedangkan untuk produk import, mereka sangat efisien atau pasti murah dibanding produk yang sejenis dalam negeri. Misal kain-kain yang ada di Indonesia itu juga masih sebagian import. Sepeti bahan bakunya aja masih import yaitu kapas. Karena kapas ini adanya hanya di Indonesia Timur. Mengapa harga mereka bisa sangat murah ? intinya adalah satu ekosistem fashion sudah ada dalam satu kluster produksi. Nah, yang paling penting jika mereka eksport itu mendapatkan keringanan pajak. Kalau menjualnya dengan harga cost to cost saja, mereka masih mendapatkan cashback pajak. Atau mendapatkan insentif pajak. Biaya kirimnya pun juga terjangkau.
Memang Produk import ini juga tidak dikontrol akan membahayakan industri dalam negeri. Terutma importir-importir yang legal itu juga harus terus diawasi.
Dari sisi pemerintah ini yang sangat penting. Pemerintah harus membuat regulasi yang jelas dan bisa menguntungkan dalam negeri. Kareka ketika bersaing dengan produk-produk China pasti UKM dalam negeri pasti kalah karena efisiensi nya sangat berbeda.
Mungkin pemerintah bisa membuat marketplace sendiri, dan memang benar-benar ada regulasi yang jelas. Membuat sebuah marketplace itu mudah, yang susah adalah mendatangkan trafiick, apalagi tidak disokong oleh investor yang kuat.
Kalau kita lihat, marketplace-marketplace saat ini mereka itu di sokong oleh kapitalis besar, akhirnya mereka terus membakar uang. Dan pasti ada kepentingan.
Begitu juga masalah edukasi kepada para penjual di pasar-pasar. Pemerintah sangat bisa melakukan edukasi intens dengan memanfaatkan para pengelola-pengelola pasar. Karena pasca pandemi ini konsumen banyak yang suka belanja online.
Mereka para penjual itu seharusnya diarahkan untuk online dan offline juga. Tapi ini tantangan yang berat, tidak mudah. Karena orang-orang yang jualan di pasar-pasar mereka rata-rata usia di atas 40 tahun dan sangat kolot. Ada yang bisa diajari, tapi prosentase antara yang mudah diajari dan tidak, pasti banyak yang tidak.
Contoh yang ringan aja, mereka foto produk itu pasti apa adanya. Mungkin diajari berkali-kali tapi tetap saja.
Nah, inilah peran lembaga lain di luar pemerintah untuk membantu edukasi.
Tapi sayangnya, saat ini di pihak kementrian sudah bagus konsep programnya. Tapi tidak bisa tersampaikan sampai daerah. Ini mungkin masalah mental para PNS atau yang di daerah-daerah yang mereka mentalnya sudah enak di zona nyaman.
Bagaiman UKM kita sekarang ?
UKM kita itu saat ini mayoritas malas. Karena Indonesia itu gemah ripah loh jinawi. Sistem pendidikan di Indonesia itu sangat memberatkan murid dengan hafalan-hfalan, dengan mata pelajaran yang sifatnya hanya teori. Seharusnya banyak life skill, banyak praktek.
Itulah penyebabnya mereka para UKM tidak punya daya juang. Sedikit-sedikit mengeluh. Mereka tidak kritis dalam berfikir. Bagaimana caranya agar bisa berhasil. Ada tapi jarang.
Semoga dengan adanya Satoeasa ini bisa membantu pemerintah dalam mengedukasi mereka para UKM – UKM di Indonesia.
Menarik Untuk Ditonton : Cerita Sukses Pengusaha Batik Lurik
Mau Konsultasi?