Pertama adalah mindset. Punya budaya yang bisa menyesuaikan pekerjaan. Karena ini ada faktor tendensi dan personality yang sulit dirubah. Contoh semisal Tentara, orang-orang yang masuk tentara adalah orang yang mempunyai disiplin yang tinggi. Disiplin dalam hal apapun, tidak hanya waktu. Kalau orang yang tidak punya disiplin tinggi, sulit untuk masuk tentara. Kalau orangnya suka eksperimen, bosanan ya tidak cocok masuk tentara. Bahaya..
Semisal lagi, akuntan. Mereka kan harus punya kebiasaan secara detail dan rinci. Dan itu dilakukan berulang – ulang. Terus tim penjualan mereka terbiasa dengan story telling yang bagus, teknik menjual. Contoh lagi tim service in imembutuhkan orang yang sabar tidak mudah baper.
Menarik Untuk Dibaca : Meningkatkan Omset Penjualan
Nah, pada mindset ini harus clear, kita bisa menempatkan orang atau tim yang sesuai atau cocok pada posisi tersebut.
Nah, sekarang untuk marketeer bagaimana mindsetnya ?
Harus bisa mendengarkan suara konsumen. Jika mereka adalah marketeer yang bagus, pasti mau mendengarkan masukan atau saran dari orang
Empati kepada konsumen. Jadi mampu mengerti konsumen secara mendalam.
Mental Fleksibilisme. Jadi orang ini mau melihat ide-ide orang yang bisa sukses menuju tujuannya. Tetap dia idealisme, tapi mentalnya tetap fleksibilime, mau melihat orang.
Kreativitas. Hal ini untuk membuat sebuah kreasi sebagai solusi.
Kedua adalah pengetahuan, tapi bukan hanya sekedar pengetahuan yang harus dilakukan. Jadi seorang marketeers ini adalah mereka mampu menjelaskan secara rinci dan detail mengenai teori-teori marketing yang dibutuhkan.
Ketiga. Skill atau kemampuan. Ini adalah tentang bagaimana cara mengeksekusi marketing activy secara baik. Mereka paham aktivitas marketing yang harus dilakukan, tidak hanya sebagai formalitas saja.
Dari ketiga hal di atas banyak merketeers yang tidak memiliki ketiganya. Jadi kebanyakan mereka hanya memiliki skill. Untuk Mindset dan pengetahuan masih minim.
Karena ada macam-macam orang marketing. Ada yang mereka fasih dalam menjelaskan, tapi secara action tidak konsisten. Ada yang mereka kurang fasih dalam menjelaskan tapi tujuannya tercapai. Ada yang fasih dalam menjelaskan teorinya, tapi juga konsisten dalam melakukannya. Tapi tujuannya tidak tercapai.
Banyak marketeer itu adalah mereka punya skill cukup, mindset baik, minimnya pada pengetahuan. Ini biasanya mereka belajar dari otodidak. Tapi orang ini akan cepat belajarnya. Karena mereka sudah terbiasa belajar dengan diiringi langus praktek secara praktis.
Jadi jangan sampai meremehkan teori. Karena teori ini muncul karena beriulannya sebuah praktek. Akhirnya muncul teori. Ketika seorang marketeers paham teori dan gercep dalam praktek maka inilah seorang marketeer. Dan memang dibutuhkan jam terbang yang tinggi.
Benar, teori tidak selalu sama dengan praktik tapi tidak 100% berbeda. Karena mungkin faktor lingkungan yang berubah. Semisal , 10 tahun yang lalu cara brand melakukan pemasaran dengan sekarang pasti berbeda. Tapi secara dasar teori pasti ada yang sama, yang terus dipakai. Misal cara beriklan dulu hanya menggunakan media Tv, Baliho. Tapi sekarang banyak media yang digunakan. Nah, cara mereka membuat atau memproduksi iklan secara teori sama.
Mendapatkan leader yang tahu teori dan praktek secara baik akan lebih baik. Karena di dunia kerja itu praktek secara nyata, bukan seperti dikampus. Kalau dikampus kita belajar teori, secara praktek minim dan resikonya kecil. Tapi kalau di dunia kerja, resikonya besar jika sampai salah.
Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita.
Menarik Untuk Ditonton : Mengenal Model Bisnis Canvas dan Fungsinya
Mau Konsultasi?