Rawon Kepanjen Warungnya Sederhana Nikmatnya Tiadatara
Rawon opo Iki?
Ada yang menarik dari perjalanan saya dan tim saat ambil pesanan mesin Retot untuk ayam goreng Kalasan, salah satu kelompok dari dampingan program desa preneur di kalurahan Tamanmartani.
Senin pagi jam 6 perjalanan kami baru sampai di pom bensin barat waduk Lahor. Kami sengaja istirahat sejenak untuk sekedar numpang ke toilet karena kebiasaan salah satu crew yang ‘ngisingan’ di manapun berada. Dan memang layaknya perjalanan jauh maka rehat sejenak disambi ngopi dan ses satu dua batang kami perlukan.
Meski baru jam 6, hari nampak sudah terang benderang, matahari sudah layaknya jam 10 pagi, saya yang baru menyadarinya atau memang saat ini kondisinya memang seperti itu. Maklum saja kaum bangun tidur dan keluar rumah siangan :D.
Sebelum melanjutkan perjalanan tak lupa ku tawarkan ke anak-anak mau sarapan dimana. Karena perjalanan ke Randugading, Tajiman, Kab. Malang masih lebih satu jam, tim memutuskan untuk cari sarapan di daerah Kepanjen.
Adalah Mbah Abu, panggilan baru namun sangat melekat ke @un_agung seperti biasa bertugas untuk cari rekomendasi kuliner terpercaya di setiap daerah yang kami tuju meski sebenarnya tak sedikit zonknya sih, namun tetep saja ku pasrahkan ke dia.
Dan benar, ZONK. Rekomendasinya untuk makan di rumah makan bebek, saya lupa namanya, dengan ribuan review di google maps ternyata masih tutup. Kami lihat di jalan mas-mas penjaganya masih pake boxer, mungkin saja baru bangun tidur.
Karena tak ingin ZONK lagi, saya putusin untuk ikut searching juga, ketemulah Rawon Kepanjen. Review baru seratus lebih dikit di google map dengan tingkat bintang hanya 4,5 saja. Namun karena sudah Laapaaarrr gas kita putar balik ke arah pasar kepanjen.
‘Mbah Abu’ bareng mas kancil @sat.tryo lagi-lagi salah baca maps, dikiria lokasinya di masuk ke gang padahal dipinggir jalan persisi, alhasil kami harus muter gang perkampungan di sekitar depan pasar Kepanjen. Akibatnya, mas Apem Gosong @anas_wh yang mengemudi armada yang kami naiki hampir nyruduk pickup kemudian mas Kancil. Untung saja sigap ngerem.
Sesampainya di lokasi hati bergumam, ‘wajar sih gak kelihatan, warung gak gede, gak ada penandanya, lebih mirip rumah lawasan warga biasanya.
Pantas saja gak kelihatan dari luar’. Namun setelah masuk, nampak warung itu kelihatan penuh sesak dari pengunjung.
‘Om pesan 6 porsi’ mintaku ke Koko penjual rawon sambil nunggu ada pengunjung yang mau peser tempat duduk atau selesai dari makannya dan keluar warung.
Rawon-pun di suguhkan, nampak hanya nasih dengan sedikit kecambah lalu diguyur kuah rawon tapi bening, lebih tepatnya kayak kuat soto, di tambah sedikit sambal.
‘Lho rawon kok kayak gini’ pikirku.
Ternyata penyajiannya memang berbeda. Di Rawon Kepanjen ini yang disajikan hanya nasih, kecambah, sambal, dan kuah saja. Sedangkan untuk lauk ternyata ambil sendiri sesuai selera di piring yang ada di meja. Namun sayangnya, saat kami datang, hanya tinggal beberapa potong daging dan telor asin saja yang tersisa, sedangkan goreng tempe khasnya mereka sudah habis. Mau tidak mau kamipun harus berbagi dengan 6 orang, untungnya masih kebagian satu potong daging sapi masing-masing orang. Jika tidak kami hanya akan makan nasih kuah saja :D.
Awalnya ragu akan rasanya. Setelah satu sendok masuk ke mulut, maknyussss. Rasanya sederhana, namun mantap. Meski kuah terlihat bening, beda dengan kuah rawon pada umumnya namun rasa gurih asinnya pas. Di pedas dari adukan sambal semakin nyuuuussss lezat. Ku lihat timku cukup menikmati hidangan sarapan pagi itu, entah karena lapar atau memang rasa yang memang menurutku sangat ok.
Selesai makan kami bayar pesanan kami, 6 porsi dengan tambahan irisan daging 8, Telur asin 6 butir, kerupuk 4 bungkus, dan 6 gelas minum ditambah tumpangan ke toilet nunut pip*s kami cukup bayar 110rb saja. Angka yang cukup murah untuk rasa spesialnya.
Saat kami bayar, sempat tanya ke Koko yang jualan, ‘buka dari/sampai jam berapa om?’
‘Kalau pagi buka dari jam 6 pagi sampai habis, kalau sore buka jam 4 sampai habis.’ jawab beliau.
Saya lihat jam di lengan menunjukan pagi itu masih jam 8, dan porsi sudah habis. Ada beberapa calon konsumen yang ‘kecelek’ tidak kebagian rawon.
‘Mantep om jam segini dah habis?’ telisik saya.
‘Iyo mas, langganan-langganan yang datang, alhamdulillah selalu habis’ jawab beliu.
‘Jualan dari tahun berapa om?’ aku penasaran.
‘Sudah 60 tahun mas, awet bapak biyen’ jawab beliau.
‘Pantes’ jawabku dalam hati. Legend.
Selepas dari sana, kami berempat di mobil pada rasan-rasan soal rawon yang baru saja kami makan. Dari mulai rasanya sampai dengan pola bisnis yang beliau jalankan.
‘Kok koko gak stok lebih banyak dan buka lebih lama ya, kan baru jam 8 dah habis’ tanya tim kami yang satu.
‘Ya begitu mas kalau orang keturunan, ura ngoyo ura mekso, dodolan sak cukupe, golek rejeki sak cukupe. Dirasa sudah cukup untuk hari ini yang sudah ditutup nanti atau besok buka lagi. Berbeda dengan orang kita, jika kelihatan lebih laris makan aji mumpung, dia akan stok berapapun sampai dengan berapapun konsumen dilayani. Jika perlu, bisnis yang baru saja dibuka sudah dibuat frenchisenya. Buka cabang dimana. Pokoke mumpung payu. Namun pada akhirnya banyak yang pasarnya jenuh dan kukut’ timpal tim yang lainnya.
Mungkin ada benarnya, menjaga ritme pasar, jangan sampai jenuh.
Namun yang lebih membuatku tertarik adalah ‘membuat rasa penasarannya’. Kenapa?
Dengan tidak menyetok terlalu banyak itu artinya bisa membuat dagangan menjadi mudah sold out setiap harinya. Jika ada calon konsumen yang datang dan tidak kebagian di hari itu, apa lagi calon konsumen baru, ia akan jadi penasaran.
‘Kok jam segini sudah habis? Benar-benar enakah rasanya?’ penasaran besok paginya ia mengupayakan datang lebih pagi untuk sekedar mencicipi rasanya.
Jika produk ini memenuhi ekspektasi calon konsumennya, kalau makanan ya dirasanya, maka konsumen akan merasa puas dan pada akhirnya akan merekomendasikan kepada orang lain. Dan proses ini akan berjalan terus menerus sampai pada akhirnya produk menemukan konsumen loyalnya.
Persisi seperti yang dikerjakan oleh Rawon Kepanjen ini.
Dan kami menilai dari sisi rasa, suasana, dan harga sangat merekomendasikan untuk jadi pilihan kulineran saat di Kepanjen.
Mau Konsultasi?