Rawon Bidadari ini memang menggratiskan untuk adik-adik yatim dan Musafir ( orang – orang yang memang kehabisan bekal diperjalanan.
Kunci dalam berbisnis adalah pelayanan. Karyawan di Rawon Bidadari sangat ditekankan untuk melayani pelanggan yang datang dengan baik. Mindset yang ditanam ini adalah kerja nya harus diniatkan ibadah. Jadi ketika orang atau pelanggan datang itu mereka kan pasti sedang lapar, gak sempat maak, malas masak, pingin mencoba atau alasan lainnya. Dari alasan itulah kita harus bisa menitkannya untuk menolong atau memberikan solusi. Yaitu dengan cara memberikan pelayanan yang maksimal.
Sempat ada romobongan dari Jakarta yang mampir untuk memberli rawon. Mereka sangat memberikan kesan positif untuk rawon Bidadari. Salah satu pelayanannya adalah ketika makan mereka digratisi untuk nambah kuah ataupun nasi. Pun juga memiliki toilet yang mewah.
Awal mula punya ide usaha adalah dari istri. Sebenarnya istri dulu tidak pernah masak, pas ketika orang tua meninggal pada hari ketujuh, istri beliau memasak rawon. Rasanya sangat enak, saat itulah ide usaha muncul. Pada akhirnya membuka rumah makan Rawon Bidadari. Selain menyediakan rawon, pun ada menu lain. Tapi spesialisnya memang di rawon.
Beliau sangat terinpirasi dari K.H Said Agil Siraj yang waktu itu masih ketua PBNU. Selama satu bulan beliau di Jakarta kehabisan uang, akhirnya tidak bisa pulang. Tidur di masjid KH. Hasyim Asyari yang dikelola PBNU. Pada akhirnya beliau dikasih nomor K.H Said Agil, dan beliua dibantu dikasih ongkos untuk bisa pulang ke rumah.
Beliau juga bercerita, jika ada orang yang meminta makan, entah itu berbohong atau tidak pasti dikasiih. Beliau sudah berpesan kepada semua karyawannya untuk memberikan makan kepada orang yang datang minta-minta.
Banyak para pejabat juga mampir di Rawon Bidadari ini. Mulai Bupati, Gubernur hingga menteri. Pun para kyai PBNU juga ada yang makan di rumah makan Rawon Bidadari.
Ketika bulan Ramadhan beliau mengadakan Makan saur Gratis. Tapi yang makan harus cuci piring sendiri. Awalnya karyawannya yang mencuci, tapi mereka mengeluh karena mulai masak dan menunggu sampai jam 4 pagi. Akhirnya dari situ, beliau merubah konsepnya. Makan gratis, dan mereka mencuci sendiri.
Menarik Untuk Dibaca : Dulu Pecundang Tapi Kini Pemenang
Cita – cita beliau simpel. Beliau tidak punya cita-cita buka cabang, beliau pingin ketika sudah meninggal, anak – anak bisa meneruskan kebaikan menolong orang melalui warung rawon tersebut. Namanya warung punya nasi banyak, harus bisa banyak menolong orang. Uang itu pasti akan datang dengan sendirinya. Beliau tidak terlalu mengejar untuk mengembangkan usaha. Cukup dengan Rumah Makan Rawon Bidadari ini membuat beliau sudah lebih dari cukup.
Strategi marketing itu simpel sebenarnya. Banyakin sedekah, lewat menu yang kita punya tersebut. Ketika orang puas dengan masakan dan pelayanan, pasti mereka akan mengajak orang lain untuk datang. Itu hanya satu konsumen, kalau dikalikan banyak konsumen. Pasti akan ramai dan datang sendiri.
Fokus di pelayanan yang ramah menjadi kunci, selain kualitas rasa masakan. Karena bisnis kuliner ini selama kita bisa menjaga kualitas rasa, pasti orang akan tetap banyak yang suka dan repeat order.
Menarik Untuk diTonton : Pentingnya Tujuan Mengelola Keuangan
Dulu ketika membuka pertama kali, mengundang Kiai pengasuh pondok Lirboyo. Ada khataman dan mengratiskan makan sebanyak 1000 porsi. Tapi pada akhirnya di evaluasi, karena banyak orang yang sungkan atau malu, apalagi orang yang kaya-kaya. Pada akhirnya beliau menganntinya dengan diskon 50% untuk semua pelanggan ketika ada sebuah acara besar.
Semoga dengan cerita bisnis dari Rumah Makan Rawon Bidadari bisa menginspirasi kita untuk selalu semangat dalam berbuat kebaikan melalui bisnis yang kita jalankan. Salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia.
Source : Pecah Telur
Mau Konsultasi?