Yang paling penting adalah bisnis kita harus tetap stabil pasca pemilu. Ayuk, coba kita cari tahu.
DBS Macro and Strategy Team melakukan kajian tren ekonomi dan kondisi pasar ekonomi yang muncul di masa pemilu. Mulai tahun 2004, 2009, 2014 dan 2019. Hasil kajiannya : Ada pola yang konsisten muncul pada setiap kali pemilu. Pola itu menggambarkan, bahwa pertumbuhan ekonomi nasional cenderung melambat menjelang pemilu. Salah satu penyebabnya, karena para pelaku ekonomi berada dalam posisi wait and see.
Mereka lebih berhati-hati dalam berinvestasi dan berekspansi bisnis. Mereka menunggu arah perubahan masa pemimpin yang baru. Karena pastinya ada perubahan regulasi mengenai bisnis.
Yusuf Rendy Manilet seorang Ekonom Center of Reform on Economics ( CORE ) mengatakan : “ Mereka mungkin akan menahan langkah ekpansi bisnis sampai ada kejelasan mengenai pemimpin baru.”
Bahkan banyak pengusaha sukses Indonesia juga ikut andil dalam dunia politik. Mereka menjunjukkan mendukung paslon Capres dan Cawapres yang mereka tentukan. Kenapa mereka memilih itu ?
Tentunya ada hal terkait ekonomi yang mereka juga akan ikut andil di dalamnya. Karena kebijkan-kebijakan itu pasti akan menjadi penentu bagi pengusaha-pengusaha besar. Selain itu ketika pilihannya menjadi Pemimpin maka bisa jadi mereka mendapatkan kemudahan-kemudahan untuk bisnis.
Apa yang menjadi risiko bisnis di tahun politik ?
Pertama. Risiko yang terkait dengan stabilitas politik. Jika sampai politik memanas ketika proses pemilihan, tentu harus diwaspadai. Karena akan mempengaruhi daya tarik investasi dari luar.
Menarik Untuk Dibaca : Tips Usaha Kuliner
Kedua. Perihal kontrak dengan sektor publik. Perubahan kebijkana pemerintahan baru bisa membatalkan atau menunda pembayaran kontrak-kontrak yang sudah ada. Jadi risiko yang muncul di tahun politik perlu kita pelajari, amati dan fahami. Karena sebagai pengusaha, terutama kelas atas akan sangat kena pengaruhnya.
Strategi apa yang bisa kita lakukan sebagai pengusaha di tahun politik ini ?
Pertama yang bisa kita lakukan adalah analisa pasar secara mendalam. Pahami dinamika pasar secara benar.
Lalu selanjutnya yang kedua. Perluas jangkauan operasi dan juga pasar, supaya perusahaan bisa mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasi politik. Atau mudahnya lakukan diversifikasi. Misal melakukan distribusi ke negara lain, agar tidak ketergantungan dengan pasar lokal.
Ketiga, harus bisa memilih waktu yang tepat untuk berinvestasi. Sebab waktu untuk investasi adalah aspek yang sangat kritikal. Sebenarnya jika berani di tahun politik bisa berinvestasi di bidang teknologi informasi. Karena bidang ini sangat dibutuhkan untuk masa kampanye dan pasca pemilu nanti.
Yang keempat, sebenarnya kita bisa menggenjot pemasukan pada sektor-sektor bisnis yang terkait dengan proses pemilu. Misal di media, periklanan, transportasi dan logistik. Masa kampanye pasti sangat banyak membutuhkan di sektor-sektor tersebut.
Selanjtunya kelima, kita harus memiliki prinsip fleksibilitas. Kenapa demikian ?
Karena agar kita bisa menyesuaikan diri dengan perubahan situasi pasca pemilu. Baik itu perubahan – perubahan regulasi atau kebijkan pemerintah. Bahkan mungkin perubahan sikap dari mitra sendiri. Lebih-lebih di bidang ekspor.
Yang terkahir strateginya adalah berhubungan baik dengan semua pihak, termasuk pemerintah dan pemangku kepentingan. Hubungan baik adalah sebuah investasi jangka panjang yang sangat berharga.
Kalau kita jeli dalam melihat. Politik itu bukan bisnis. Karena kerap sekali kepentingan politik ini dibuah juga untuk kepentingan bisnis untuk sebuha golongan tertentu. Pemilu itu tidak hanya memilih, tapi juga menentukan arah dan ritme untuk kehidapan bangsa di masa mendatang. Baik di panggung politik maupun di sektor ekonomi.
Tentunya sebagai pengusaha, kita harus bisa melihat calon pemimpin yang cerdas dalam konsep dan gagasan di bidang ekonomi. Karena kesejahteraan rakyat itu pasti dilihat dari ekonominya.
Salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia.
Menarik Untuk Ditonton : Praktek Mendesain Labeling Pada Kemasan
Mau Konsultasi?
1 Comment
935kub