Kemudian Disney membeli Marvel Conematic Universe pada tahun 2009 dengan film-film super heronya. Seperti Iron Man, Avengers, Black Panttom. Ini sangat laris di dunia perfilman. Pun tahun 2012 Disne menambahkan LucasFilm dengan film yang terkenanlnya yaitu Star Wars.
Sukses Disney adalah ketika film Avenger : Endgame. Ini menghasilkan penjualan yang sangat banyak pada tahun 2019. Kisah film ini menampilkan kepahlawanan, kesetian, pengorbanan. Salah satu penjualan yang terbesar sepanjang masa.
Sejak debutnya di tahun 2008 Disne memproduksi 33 Film di Marvel dengan memperoleh pendapatan USD 30 Miliar. Dari kesuksesan itu, Disney mulai turun, pijarnya mulai meredup. Apa yang terjadi ?
Pertama. Disney terjebak uang. Jadi maksudnya seperti ini. Disney sudah keluar uang banyak untuk mengakuisisi Marvel dan Lucas Film. Tentu tidak mau rugi. Idealnya produksi film sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan profit.
Ketika waktu pandemi Disney meluncurkan streaming Disney+. Ini adalah layanan streaming berbayar. Nah, tetapi Disney terlalu berlebih dalam menayangkan film superhero. Akhirnya apa yang terjadi pada konsumen. Superhero Fatique yaitu perningkatan jumlah tayangan yang berlebih ini menghilangkan rasa spesial dan eksklusivitas dulu dimiliki oleh setiap film.
Disney secara tidak langsung memaksa para pengguna untuk menonton film berseri superhero yang ditayangkan. Karena setiap episode itu ada harganya. Apakah ini cara Disney untuk cepat mendapatkan uang.
Menarik Untuk Dibaca : Sebenarnya Fundamental Bisnis Itu Sederhana
Kedua. Kreativitas telah terkekang, Karena mereka hanya berfikir bagaimana caranya agar film-film superhero menjadi banyak penonton. Strategi Disney adalah menggelontorkan banyak dana untuk pembuatan film. Kurang lebih USD 200 Juta atau 3,1 Triliun Rupiah. Untuk apa saja uang sebanyak itu.
Untuk membayar aktor terkenal
Untuk membayar biaya pembuatan CGI
Quetun Tarantino lantas memberikan komentar terhadap hal tersebut : “ Bintang dari sebuah film superhero adalah karaktern superhero itu sendiri, bukan aktornya.”
Terus teknologi CGI yang menghasilkan effeck yang sangat luar biasaitu sudah menjadi standart pembuatan film. Tetapi sayangnya Disney hanya berfokus pada kedua hal tersebut, dan tidak benar-benar memperhatikan kualitas cerita filmnya. Bukan seperti Disney yang dahulu. Karena dahulu Disey sangat berfokus pada sebuah alur ceritanya yang membuat penonton terkagum dan terhipnotis untuk terus menonton.
Pun juga ada tantangan besar dengan anggaran yang besar tersebut. Mereka tidak boleh agagal. Oleh sebab itu Disney menggunakan ide – ide atay cerita – cerita masa lalu yang sudah teruji. Dan tidak mencpba ide – ide baru. Fokusnya mereka mengejar untung dengna modal yang sudah dikeluarkan tersebut.
Disney juga memaksakan agenda Woke di Film-Filmya. Woke adalah sebuah gerakan kesetarakan yang belakang ini lebih mengarah ke Feminimisme. Hal tersebut menimbulkan pro dan kontra dari pelanggan. Akhirnya banyak orang tua yang melarang anaknya untuk meonton film produksi Disney. Karena akan merusak moral anak – anak.
Bob Iger CEO Disney tidak akan lagi mentolelir tim kreatif perusahaannya yang lebih mengutamakan pesan daripada cerita. Pada kreator kehilangan padangan tentang apa yang seharusnya menjadi tujuan utama mereka, Kami harus menghibur terlebih dahulu, bukan tentang pesan.
Harus ada lompatan kreatif yang dilakukan Bob Iger untuk menyelamatkan Disney.
Hal ini sebenarnya juga terjadi pada Microsoft. Mereka terlalu senang dengan capaian kesuksesan mereka. Yang pada akhirnya mengalami stagnasi selama 14 tahun. Miscrosoft hanya berfokus pada OS windowsnya dan Microsoft officenya. Mereka terlambat dalam melihat potensi dan pergeseran teknologi. Tapi akhirnya Satya Nadella CEO baru merubah Microsoft sekarang naik melejit lagi.
Kembali lagi ke Disney. Mampukah Bob Iger menyelamatkan Disney dari keterpurukan ? Kita lihat saja.
Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari perjalanan bisnis perusahaan raksasa dunia tersebut ?
Jadi bukan sebuah pergantian pemimipin yang menjadi utama. Tapi yang dibutuhan adalah cara berfikirnya pemimpin itu. Jika pola pikirnya sama, menggunakan cara sama yang sukses dulu, pasti akan terjadi keterpurukan lagi. Terulang.
Seharunya pemimpin atau siapapun itu harusnya bisa membawa atau menciptakan paradigma baru agae sebuah usaha bisa terus berkembang.
Salam sukses, Salam Satoeasa Untuk Indonesia.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Mengisi Bisnis Model Canvas
Mau Konsultasi?