Mengenal Ragam Standar Global Kemasan dan Label Produk
07 Oktober 2022, Oleh : Reni
Untuk sebagian konsumen, kemasan pada sebuah produk merupakan hal yang penting, terutama dalam proses pengiriman barang. Kemasan tersebut bisa sangat mempengaruhi kualitas dari sebuah produk. Oleh karena itu tidak sedikit konsumen yang mengeluh jika barang yang diterima mengalami kerusakan. Bisanya kerusakan barang disebabkan oleh kualitas kemasan yang seadanya. Begitu juga dengan label produk. Jika pelaku bisnis ingin merambah pasar global, maka pelabelan juga sangat penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan produk yang akan diekspor ke Negara tujuan. Oleh karena itu, sebagai penjual dan eksportir, pelaku bisnis sebaiknya lebih memprioritaskan persiapan kemasan dan label untuk setiap produk.
Standar Global untuk Kemasan
Secara umum, kamasan pada produk memiliki beberapa tujuan seperti untuk melindungi produk, memudahkan pendistribusian, mengontrol porsi, memudahkan pengelompokan, dan menghindari pemalsuan dengan tambahan label tertentu. Secara umum kemasan produk terdiri dari 3 bagian, diantaranya:
Kemasan primer merupakan kemasan pertama yang langsung bersentuhan dengan produk. Hal ini bisa dikatakan menjadi kemasan yang paling penting untuk diperhatikan, terutama untuk urusan ekspor. Hal ini karena biasanya banyak pembeli atau importer yang meminta kemasan primer yang lebih spesifik. Misalnya harus dalam bentuk kaleng, botol gelas, toples, karton, plastik atau sachet.
Kemasan ini biasanya lebih berkaitan dengan proses distribusi. Kemasan sekunder akan membungkus produk-produk yang sama dalam jumlah tertentu. Ini berfungsi untuk melindungi kerusakan produk dengan kemasan primer pada saat penyimpanan, transportasi atau distribusi. Contoh kemasan ini adalah kayu, kardus, karung, peti, dan lain-lain.
biasanya kemasan tersier digunakan ketika proses ekspor dilakukan. Kemasan tersier ini menyatukan banyak satuan kemasan sekunder dalam satu kesatuan palet dan dibawa dengan container. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses pemindahan dan biasanya pemindahannya pun menggunakan forklift truck
Contoh Kemasan
Penggunaan gelas sebagai kemasan memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya yaitu kuat, tidak berbau, dan yang paling penting adalah tahan bahan kimia. Kemasan gelas ini sangat cocok untuk produk makanan. Kelebihan lainnya adalah kemasan ini tidak tembus uap air dan gas, sehingga mampu menjaga kesegaran, rasa dan bau produk dalam jangka waktu yang lebih lama. Kemudian bahan ini juga tahan pada suhu tinggi dan dapat diatur ulang berkali-kali. Sedangkan kekurangan dari kemasan ini adalah lebih berat sehingga akan meningkatkan biaya transportasi atau pengiriman dan berisiko tinggi terhadap kerusakan selama dalam perjalanan.
Salah satu kelebihan dari kemasan berbahan metal adalah dapat melindungi produk lebih kuat serta mudah dibentuk dan didekorasi. Selain itu, kemasan metal juga dapat didaur ulang berkali-kali. Metal yang paling umum dipakai sebagai kemasan produk adalah alumunium dan baja (Stel).
Kayu merupakan bahan yang paling umum digunakan pada kemasan ekspor. Kemasan ini sangat baik untuk produk ramah lingkungan. Namun ada persyaratan yang ketat untuk mengambil bahan bakunya, karena ini harus sesuai dengan regulasi yang ada. Kemasan berbahan kayu biasanya digunakan untuk keranjang, peti, kotak, dan yang paling umum digunakan yaitu palet. Sebelum dilakukan pengiriman ekspor, sebaiknya melalui proses fumigasi dan memiliki tingkat kecacatan yang minimal
Standar Global Untuk Label
Pelabelan adalah mencantumkan segala informasi yang berkaitan dengan produk pada kemasan. Sama halnya dengan kemasan, label pada produk juga sangat penting terutama untuk ekspor. Karena pelabelan akan memberikan informasi yang lengkap kepada pembeli atau importer hingga konsumen akhir. Pelabelan yang baik juga akan mengurangi risiko rusak dan hilangnya produk.
Pelabelan pada produk makanan terdiri dari konten utama dan konten informasi. Adapun konten utama biasanya memuat dua informasi yang cukup penting, yaitu :
Memuat nama makanan dan bentuknya. Umumnya dicetak dengan huruf tebal (bold) dan berukuran besar sehingga terlihat jelas oleh konsumen.
Memuat informasi berat, ukuran, jumlah, atau kombinasi ketiganya. Biasanya memiliki tulisan yang lebih menonjol, mudah terlihat, dan mudah dibaca.
Sedangkan untuk konten informasi, biasanya akan menginformasikan produk secara detail, seperti:
Memuat informasi bahan baku produk. Biasanya urutan penuliasannya adalah dari bahan baku yang kandungannya terbesar sampai terkecil.
Memuat nama dan alamat penjual yaitu pihak importir. Dan menggunakan frasa seperti “Manufactured for__” atau “Distributed by__”.
Memuat nama Negara. Biasanya bagian ini berada setelah nama dan alamat importer.
Memuat informasi apa saja dan bagaimana kandungan nutrisi yang sudah diuji melalui laboratorium.
Memuat informasi petunjuk bagaimana produk bisa disimpan dan dikonsumsi dengan aman dan tepat. Ini juga bisa dicantumkan peringatan bahaya (seperti warnings, cautions, side effects).
Memuat informasi allergen. Alergi yang biasanya dicantumkan adalah pada bahan susu, telur, ikan, seafood, kacang, gandum, dan kedelai.
Informasi ini adalah yang paling penting bagi produk makanan di mana saja dan apa saja untuk keamanan konsumen
Ini penting untuk dicantumkan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen akhir untuk membelinya. Pastikan logo yang dicantumkan sudah sesuai dengan regulasi.
Pelabelan pada produk makanan biasanya menggunakan bahasa utama di Negara tujuan ekspor. Namun bisa juga menggunakan dua bahasa (bilingual) sehingga biaya pengemasan dan pelabelan lebih efisien. Perlu diketahui bahwa penerapan standar pelabelan produk makanan di atas hanya berlaku jika produk dikemas di Indonesia. Jika produk dikemas kembali oleh pembeli atau importer (biasanya disebut White Label), pelabelan biasanya spesifik berdasarkan permintaan. Sehingga berfokus pada penerapan standar pelabelan kemasan tersier (pada pengiriman ekspor).
Jika pelaku bisnis ingin mengekspor produk tekstil, maka wajib memenuhi regulasi yang berlaku pada Negara tujuan. Umumnya, pelabelan pada tekstil lebih menekankan pada konten dan komposisi fibre (serat) serta apakah ada komponen yang berasal dari hewan. Standar konten pelabelan yang berlaku untuk ekspor produk tekstil berbeda-beda tergantung pada jenis produk dan Negara tujuannya. Berikut beberapa informasi penting yang umum tercantum dalam pelabelan produk tekstil, terutama pada Negara maju.
Memuat informasi jenis bahan tekstil yang dipakai dalam produksi, misalnya wool.
Memuat informasi terkait komposisi jenis serat. Jika hanya memakai satu jenis serat maka cukup ditulis “100%”, “pure” atau “all”. Namun jika lebih dari satu jenis serat maka ditulis beberapa besar komposisi pada masing-masing serat dari total berat produk, misalnya “70%”. Namun jika jenis serat dengan komposisi di bawah 30% maka tidak wajib dicantumkan.
Memuat informasi terkait pada cara perawatan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan, dan dry-cleaning. Ini juga termasuk pada isntruksi spesifik (missal “dry flat”, “cool iron”, “dry-clean only”serta instruksi pelarangan (misalnya “do not iron, “do not tumble dry”).
ini penting dicantumkan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen akhir agar membeli produk. Logo yang dicantumkan sebaiknya sudah sesuai dengan regulasi.
Seperti halnya pelabelan pada produk makanan informasi yang tercantum perlu memakai bahasa utama yang digunakan Negara tujuan ekspor. Dan sebaiknya, tercantum sesuai dengan regulasi, bersifat permanen di produk dan tidak mudah rusak.
Demikian diatas merupakan penjelasan mengenai Standar Kemasan dan Label pada produk. Jika pelaku bisnis sudah memiliki produk yang unggul, maka sudah saatnya mempersiapkan diri untuk merambah pasar global.
Baca juga https://satoeasa.com/meningkatkan-standar-mutu-untuk-umkm-berdaya-saing-global/
Mau Konsultasi?