Jika kita melihat siapa yang bekerja keras tanpa merendahkan profesi mereka, seperti para pekerja yang setiap hari harus mengangkat beban berat, seperti kuli bangunan, hidup mereka pasti sangat berat. Namun, faktanya, mereka tidak menjadi kaya. Jadi, jika melihat orang-orang yang bekerja keras secara fisik ternyata tidak membuat mereka kaya, kita perlu melakukan “pit stop”, mundur sejenak, melihat kembali, dan menyusun ulang strategi atau game plan agar kita benar-benar bisa kaya dengan cara yang efektif.
Saya menemukan ada kesamaan di antara orang-orang kaya raya, bahkan yang super kaya, dibandingkan dengan orang yang hanya biasa-biasa saja. Mereka fokus pada lima poin penting. Berikut lima poin yang perlu Anda perhatikan, dan semuanya penting.
**Poin pertama**, mereka fokus pada aset, bukan hanya omset. Artinya, jika mereka menjadikan bisnis sebagai jalan untuk menjadi kaya raya, mereka tidak hanya memikirkan revenue atau omset saja, tetapi juga aset. Contohnya, jika mereka hanya fokus pada omset, mungkin mereka hanya akan berjualan di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia, tanpa membangun website atau database sendiri.
Menarik Untuk Dibaca : Warungnya Ramai Pembeli
Apa yang terjadi jika suatu hari marketplace memberlakukan kebijakan dengan admin fee yang besar? Mereka akan ketar-ketir karena hanya fokus pada omset. Oleh karena itu, fokus pada aset, bukan hanya omset. Aset yang paling berharga di era saat ini adalah database: daftar email, kontak WhatsApp, dan pixel di Facebook atau Meta. Ini lebih penting daripada sekadar jumlah followers di Instagram, subscriber di YouTube, atau TikTok. Jika Anda belum memiliki database yang serius, mulailah membangunnya sekarang.
Selain database, aset lain yang sangat berharga dalam bisnis saat ini adalah **brand**. Banyak orang akhirnya berpisah kongsi karena mempertahankan brand mereka sendiri. Brand sangat mahal dan sifatnya intangible. Oleh karena itu, mulailah membangun brand, bukan hanya sekadar jualan produk di marketplace.
Dengan menguasai ilmu tentang membangun brand, Anda bisa menaikkan margin keuntungan karena orang membeli bukan hanya soal harga pokok produksi (HPP), tetapi juga tentang nilai yang diberikan oleh brand itu sendiri. Jika Anda ingin benar-benar kaya secara efektif, mulailah membangun aset, bukan hanya fokus pada omset.
**Poin kedua**, orang-orang kaya hidup untuk jangka panjang, bukan jangka pendek. Mereka memiliki game plan bahwa hari ini adalah bagian dari masa depan. Sekarang, saya ingin bertanya, jika Anda ingin kaya, berapa angka yang ingin Anda miliki di tabungan? Berapa aset yang ingin Anda miliki, baik secara personal maupun perusahaan? Dari mana saja sumbernya? Jika Anda belum memiliki gambaran, mulailah berpikir jangka panjang.
Sebagai pebisnis, Anda perlu memiliki finance modeling untuk satu tahun ke depan, lima tahun ke depan, bahkan hingga sepuluh tahun ke depan. Misalnya, saya saat ini memiliki 41 brand di tahun 2024, dan setelah melihat cara saya bekerja dan berbisnis, rasanya tidak mungkin hanya fokus pada satu brand atau perusahaan saja.
Saya akan terus menciptakan brand baru, entah dengan memulai dari nol dengan 100% kepemilikan penuh, atau melalui jalur akuisisi di mana saya berinvestasi pada perusahaan orang lain. Ketika saya melihat fenomena yang terjadi pada brand-brand saya sebelumnya, ternyata untuk bisa mendapatkan 10 miliar pertama setiap bulan.
Saya butuh waktu 3 sampai 4 tahun untuk mencapai tujuan ini. Sekarang saya memiliki 40 brand, namun, sekali lagi, 40 brand ini tidak dimulai secara bersamaan. Ada yang baru mulai bulan lalu, ada juga yang baru dimulai tiga bulan lalu. Saya tidak bisa membayangkan, seandainya setelah 3, 4, atau 5 tahun ke depan, 40 brand ini masing-masing memiliki omset sebesar 10 miliar per bulan. Artinya, 40 brand dikali 10 miliar, totalnya mencapai 400 miliar per bulan.
Ini bisa terjadi, karena seperti yang saya sampaikan tadi, saya tidak berhenti di 40 brand saja. Saya pasti akan terus menelurkan brand-brand baru setiap bulan. Misalnya, bulan depan saya akan meluncurkan satu brand baru, dan bulan depannya lagi satu brand lagi. Jadi, dalam setahun minimal ada 10 brand baru. Benar, kan?
Dengan demikian, bisa saja 5 tahun ke depan, saya tidak hanya memiliki 40 brand, tetapi mungkin 80 brand, dua kali lipat dari jumlah saat ini. Semua ini adalah proses menuju ke sana, dan saya sudah memikirkan jangka panjangnya. Banyak orang hanya fokus pada hari ini saja, tanpa memikirkan bulan depan, tahun depan, apalagi sampai 10 tahun ke depan. Bahkan, mereka tidak memiliki strategi marketing yang jelas untuk mencapai omset miliaran.
Saya memiliki dua teman. Teman pertama fokus hanya pada profitabilitas, yang penting dasbor keuangannya terlihat sehat, jangan sampai rugi. Sementara, teman kedua tidak terlalu peduli soal profit, yang penting adalah pertumbuhan dan revenue. Menariknya, dalam beberapa tahun, orang yang fokus pada profit ternyata omsetnya hanya mentok di angka 10 miliar per bulan. Sedangkan teman yang fokus pada growth dan revenue, omsetnya sekarang mencapai 80 miliar per bulan, dengan net profit margin sebesar 20%. Artinya, profitability-nya juga sudah cukup besar.
Pertanyaannya, mana yang benar dan mana yang salah? Tidak ada yang benar atau salah dalam bisnis. Yang perlu diperhatikan adalah cara bermain mereka. Orang yang fokus pada profit berpikir jangka pendek: jangan sampai rugi hari ini, jangan sampai boncos. Sementara, orang yang fokus pada pertumbuhan melihat masa depannya.
Mereka tahu bahwa keuntungan besar tidak akan datang bulan ini, tetapi di bulan-bulan mendatang. Mungkin bulan pertama hingga bulan ketiga akan rugi, tetapi di bulan kedelapan, mereka mulai profit. Inilah pola pikir jangka panjang.
Hal yang sama juga diterapkan oleh platform-platform besar di Indonesia. Dulu, mereka memberikan gratis ongkir, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Dulu, biaya adminnya kecil, tetapi sekarang mulai meningkat. Itu karena mereka fokus pada game jangka panjang. Kita hanya bisa mengeluh, “Sekarang jualan di marketplace adminnya besar,” atau “Tidak ada lagi gratis ongkir.” Salah siapa? Salah kita, karena kita berpikir jangka pendek.
Jadi, jika Anda tidak ingin jatuh miskin, Anda harus mulai berpikir jangka panjang. Ini adalah poin nomor dua: kalau Anda ingin kaya, Anda harus berpikir cerdas, bukan hanya bekerja keras. Artinya, fokuslah pada jangka panjang, bukan hanya sekadar jangka pendek.
**Poin ketiga**, orang-orang kaya berpikir secara strategis, bukan teknis. Hari ini, saya menjadi referensi untuk belajar copywriting. Orang-orang belajar copywriting kepada saya, belajar ilmu launching juga kepada saya. Namun, menariknya, sekarang saya jarang sekali membuat copywriting untuk perusahaan saya sendiri. Kenapa? Karena itu terlalu teknis.
Saya paham cara membuat konten, paham cara membuat copywriting, cara mengiklan, membuat funnel, autoresponder, dan segala macamnya, tapi saya tidak ingin melakukan itu sendiri. Kenapa? Karena itu teknis.
Jika Anda ingin fokus membangun kekayaan yang luar biasa, fokuslah pada strateginya. Strategi ini akan membuat kita seolah-olah hanya bekerja satu atau dua jam dalam meeting, tetapi efeknya berlipat ganda. Dalam sebulan, saya mungkin hanya mengadakan satu kali meeting untuk satu brand, dan itu berlangsung selama 3 hingga 5 jam.
Meeting ini mencakup seluruh eksekusi teknis selama sebulan penuh. Saya tidak terlibat dalam aktivitas teknis seperti menjaga kasir, mengecek komentar, atau memantau iklan. Itu semua biar tim saya yang lakukan. Ini adalah pilihan hidup dan mentalitas.
Jika Anda ingin mengikuti apa yang saya lakukan, dan juga yang dilakukan oleh orang-orang kaya lainnya, fokuslah pada strategi, bukan teknis. Saya sering membagikan ilmu ini di YouTube. Kadang, beberapa orang yang menonton video saya berkomentar, “Ilmunya biasa saja, ngawang-ngawang.” Itu karena mereka terbiasa berpikir teknis.
Untuk promosi dan pembuatan landing page, hal-hal teknis seperti itu sebenarnya bisa Anda pelajari sendiri atau cari mentor lain yang membahasnya. Saya pribadi lebih membahas strateginya, karena itulah yang membuat saya, alhamdulillah, memenangkan lebih dari 30 kontes. Saya berpikir strategis, bukan teknis.
**Poin keempat**, Anda perlu membangun *super team*, bukan jadi *Superman*. Anda tidak bisa kaya sendirian. Anda perlu punya tim yang kokoh dan luar biasa untuk mendukung Anda. Saat ini, saya memiliki tim yang luar biasa dahsyat. Setiap brand yang saya bangun, saya bentuk timnya sendiri. Bahkan di holding saya, di DP Manajemen, ada timnya juga. Bayangkan, di setiap bisnis ada tim masing-masing. Di saya pribadi, ada tim, dan saya rela berbagi lebih banyak kepada mereka. Kenapa?
Karena saya memiliki prinsip *Divide to Multiply*, yaitu membagikan untuk melipatgandakan. Ketika saya membagikan bonus, komisi, atau insentif kepada tim saya, mereka bekerja lebih ekstra, lebih semangat, dan lebih loyal. Tidak jadi masalah untuk berbagi manfaat kepada mereka, karena kita juga tumbuh luar biasa.
Sebaliknya, ada yang pelit. Misalnya, ada uang 10 juta, dan mereka berpikir, “Udahlah, biar buat saya aja, nanti saya kerjakan sendiri.” Sedangkan saya, jika punya 10 juta, saya akan membagi ke tiga karyawan, misalnya masing-masing 3 juta. Sisanya 1 juta buat saya, atau saya akan rekrut orang lain. Itulah mindset yang membuat saya sekarang punya banyak perusahaan.
Saya terus melipatgandakan melalui investasi pada manusia, rekrut orang, dan tidak khawatir dengan hasilnya. Mereka juga berdoa untuk kita, dan salah satu rezeki mereka berasal dari perusahaan kita. Kita tumbuh bersama.
**Poin nomor lima**, ketika Anda tidak paham ilmu tertentu, jangan paksakan diri untuk mempelajarinya sendirian. Misalnya, apakah Anda paham ilmu *Facebook Ads*? Apakah Anda mengerti *TikTok Ads* atau cara membuat landing page? Jika jawabannya tidak, maka jangan habiskan waktu untuk mencari tahu caranya sendiri. Cari saja orang yang sudah ahli dalam hal tersebut. Kuncinya adalah mencari “orangnya”, bukan sekadar ilmunya. Ketika saya tidak paham tentang suatu ilmu, saya tidak akan repot-repot belajar sendiri. Saya akan mencari orang yang jago di bidang tersebut.
Apa yang saya lakukan selanjutnya? Saya bisa meng-hire mereka, melakukan kolaborasi atau partnership, atau mempercayakan kepada agensi untuk mengurus hal tersebut. Inilah cara main yang cerdas. Kita tidak perlu melakukan semuanya sendirian atau belajar berjam-jam hingga berhari-hari yang belum tentu menghasilkan.
Menarik Untuk Ditonton : Goal dalam Bisnis
Mau Konsultasi?