Di Indonesia tragedi yang melibatkan Boeing 737 Max 8 telah mengguncang industri penerbangan. Pesawat jenis ini sempat dilarang terbang oleh Retno Tri Wardani yaitu Menhub pada saat itu pada tahun 2019. Baru di izinkan kembali pada tahun 2021. Kurang lebih selama 33 bulan diberhentikan.
Pemicu dari kecelakaan ini adalah Pesawat Lion Air JT-610. Sebanyak 189 orang meninggal pada Oktober 2022 termasuk penumpang dan awak pesawat. Dengan type 737 Max 8. Gak genap satu tahun juga menimpa Ethiopian Air Lines dengan type yang sama. Kecelakaannya juga sama seperti Lion Air, yaitu jatuh setelah beberapa saat lepas landas. Akibatnya 149 orang penumpang dan awak meninggal dunia.
Dengan kejadian ini menjadi pemicu reaksi global. Banyak negara yang melarang menerbangkan 737 Max 8 Boeing. Dan ada beberapa pesawat lagi yang terjadi kecelakaan dengan mesin Boeing. Yang terparah adalah yang menimpa maskapai Malaysia Airlines MH370 dengan insiden hilang kontak pada tahun 2014. Dengan jalur penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Hingga kini pada tahun 2024 belum ditemukan keberadaannya.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Daftar PIRT Part 1
Saat ini pelarangan terbang pesawat Boeing 737 Max 9 di seluruh dunia selama 18 bulan sampai semua masalah keamanan diperbaiki.
Dari insisiden – insiden yang sudah banyak terjadi, menjadikan rasa ketakutan dari para penumpang dan industri penerbangan. Karena kepercayaan terhadap pesawat Boing menurun drastis. Lebih-lebih yang type Boeing 737 max 9.
Hal ini juga memicu perdebatan global mengenai standart keamanan yang harus diterapkan secara global.
Mike Whitaker dari FAA atau penerbangan federal mengungkapkan rasa kekhawatirannya. FAA akan mengaudit lini produksi Boieng 737 Max 9 dan para manufaktur pemasoknya.
Mike mengatakan bahwa : “ Pesawat Max 9 yang baru mengalami keadaan darurat di udara itu ternyata memiliki masalah signifikan.”
Di sisi lain, CEO Boeing mengiyakan masalah tersebut. “ Saya dan banyak penggan merasa tergunjang sampai dasar hati. Ini adalah saatnya bagi Boeing untuk berusaha keras memulihkan kepercayaan yang hilang. Dalam beberapa minggu ke depan, kita akan dihadapkan pada tantangan besar.”
Ed Pierson seorang mantan manajer senior di Boieng sempat mengatakan kondisi di pabrik Boieng tidak melakukan perbaikan. “ Ini adalah alarm yang sangat keras bagi kita semua. Ironianya, kejadian yang sangat mencolok ini mungkin menjad berkah tersembunyi, yang memaksa mereka untuk mengakui adanya masalah yang seirus.
Kondisi ini membuat industri penerbangan berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam bersaing untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
“ Saya meragukan kemampuan tim manajemen Boeing saat ini untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada. Mengingat fokus mereka selama ini adalah pada keuntungan financial jangka pendek. Boeing berupaya menekan pemasok untuk memberi potongan harga dan memperpanjang jangka waktu pembayaran, yang pada akhirnya menyebabkan sumber daya dan pendanaan yang tidak memadai.” Menurut Richard Aboulafia dari Aeoro Dynamic Advisory.
Dia menambahkan juga yang lebih mengkritik CEO Boeing. Karena sejak menjabat pada tahun 2020, Calhoun CEO Boeing kebanyakan bekerja dari rumahnya di New Hampshire. Dia mengatakan langsung : “ Anda memerlukan manajemen senior yang terlibat dalam proses pembuatan pesawat, yang benar-benar mengunjungi lokasi, berkomunikasi dengan para pekerja, dan memastika sumber daya yang tersedia cukup, serta mengunjungi pemasok untuk memeriksa hal yang sama.”
Boeing ini sudah lama memimpin selama beberapa dekade tentang pembuatan pesawat. Akhirnya saat ini dikalahkan oleh AirBus. Boeing sejak tahun 2019 mengalami masalah dan mencatatkan kerugian yang berlanjut hingga 2022.
Di sisi lain perusahaan multinasional Eropa yaitu AirBus melejit mengalahkan Boeing. Pada tahun 2023 kuartal III pengiriman 488 pesawat komersial selama sembilan bulan pertama. Ini juga ditunjukkan kenaikan nilai saham sebesar 12% atau setara dengan Euro 42,56 Miliar. AirBus mengirimkan 661 pesawat pada tahun 2023, jah lebih banyak daripada Boeing yang hanya 480.
Saat ini Boeing yang dulunya raja langit harus berusaha keras untuk mengembalikan kepercayaan kepada para mitra bisnisnya.
Dari sini kita bisa belajar, bisnis itu memang terus berputar. Jika tidak berhati-hati, terlalu senang dengan capaian yang mengakibatkan lalai. Akan merusak semua sistem yang ada. Salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia.
Menarik Untuk Dibaca : Anak Introvet, Sukses Jualan Ayam Geprek
Mau Konsultasi?