Kemudian Microsoft juga menyusul akan membuat metaverse yang digunakan untuk mengintegrasikan produk dan layanan mereka. Satya Nadella mengatakan : “ Metaverse adalah wilayah baru bidang komputasi yang memungkinkan pengguna bisa berkolaborasi, berkreativitas dan menekuni bisnis baru.”
Microsoft juga membuat avatar 3D untuk tim internal mereka, ini sebagai bentuk dukungan membangun metaverse. Selain itu industri hiburan seperti Disney juga akan mengembangkan metaverse untuk produk dan layanannya.
Tidak berselang lama, ketika mencari kata kunci di google dengan metaverse, pencariannya memudar. Ini menunjukkan minat masyarakat masih sangat kurang. Kenapa ini terjadi ?
Sebagai contoh Horizon Workroom yang dibangun Meta dalam satu tahun hanya dimanfaatkan oleh 2.000 pengguna saja. Akibatnya pada kuartal ke 3 tahun 2022 Meta rugi sebesar USD 3,6 Miliar atau setara 56 Triliun.
Ini terjadi karena ada masalah dalam internal Meta. Para karyawan tidak antusias mengembangkan Metaverse. Bahkan mereka membuat plesetan yang disebut MMH “ Make MArk Happy”.
Di tempat lain microsoft juga memberhentikan AltspaceVR. Platform virtual yang diakuisisinya pada tahun 2017. Mereka juga memecat MRTK ( Mixed Reality Toolkit ). Berarti ini sebagai bukti bahwa Microsoft sudah tidak tertarik lagi mengembangkan Metaverse. Bahkan Disney memecat semua tim yang fokus pada pengembangan Metaverse.
Kenapa Metaverse ini sudah tidak diminati pengembangannya ?
Menarik Untuk Ditonton : Dirumah Dasteran Omset Milyaran
Metaverse ini kompleks dan biaya perangkat yang digunakan mahal. Metaverse juga memerlukan keamanan tinggi yang itu tidak mudah untuk dicapai. Butuh dana besar untuk membangun infrastruktur dan semua pendukungnya. Melihat dari keuntungannya pun belum pasti. Akhirnya mereka semua melakukan efisiensi.
Apakah metaverse akan mati ? tentu tidak, metaverse butuh use case yang tepat. Ini soal waktu saja. Metaverse butuh alat-alat yang lebih efisien dan efektif untuk menunjang di pengembangan metaverse.
Ada dua fase kondisi metaverse saat ini yaitu Trough of Disillusionment dan Peak of Inflation Expectation.
Dalam kondisi seperti ini muncullah kecerdasan buatan seperti Chat GPT salah satunya. Melalui survey Grtner.co mengatakan dalam setahun terakhir jumlah perusahaan yang menerapkan AI tumbuh tiga kali lipat. Mereka mau mengimplementasikan AI, karena menilai teknologinya sudah matang.
Dalam beberapa hal AI lebih unggul dari metaverse.
Pertama, Teknologi AI lebih mudah dikembangkan. Buktinya pengembang Chat GPT di tahun 2016 hanya punya 6 karyawan saja. Beda dengan Metaverse yang harus dikembangkan oleh perusahaan besar dan melibatkan SDM yang tidak sedikit.
Kedua. Manfaat teknologi AU bisa dirasakan langsung oleh para pengguna untuk berbagai aktivitas seperti marketing, sales, pembuatan konten, penerbitan, pemrograman sampai penciptaan karya seni.
Ketiga. Pengguna metaverse harus memiliki perangkat VR ( Virtual Reality ) yang cukup mahal. Sedangkan AI dapat diakses gratis di HP ataupun Laptop.
Keadaan seperti itulah yang membuat 795 warga Indonesia sangat antusias serta optimis terhadap AI.
Tetapi sebenarnya AI itu bagian dari metaverse. Karena tanpa adanya AI metaverse juga tidak bisa berjalan. Namun, memang masyarakat biar menikmati AI terlebih dahulu sambil menunggu sempurna.
Mark Zuckerberg mengatakan membangun proyek Metaverse adalah proyek jangka panjang, tetapi dasar pemikirannya tetap sama dan kami tetap berkomitmen terhadapnya.
Pada data survey 2022 Metaverse banyak digunakan di industri game. Sebanyak 97% menggunakanya. Sampai tahun 2027 pasar game metaverse akan tumbuh 38% per tahun.
Dari Metaverse ini kita bisa mengambil pelajaran.
Pertama, teknologi revolusioner selalu memerlukan waktu untuk menjadi matang dan bisa diadopsi masyarakat. Kedua jangan berinvestasi untuk mengembangkan teknologi hanya demi teknologi itu sendiri.
Ketiga. Pastikan bahwa sebelum mengembangkan teknologi baru, Anda sudah menemukan use case yang tepat.
Apapun teknologi yang berkembang di masa depan, tentu akan mempengaruhi pola perilaku dan budaya masyarakat. Dan itu tentu akan mempengaruhi semua jenis usaha. Oleh karena itu kita sebagai pengusaha jangan sampai bosan untuk terus beradaptasi dengan teknologi yang baru yang bisa kita manfaatkan untuk kepentingan usaha kita.
Salam sukses, salam Salam Satoeasa Untuk Indonesia.
Menarik Untuk Dibaca : Cara TikTok Mengalahkan Ecommerce
Mau Konsultasi?