Daerah Istimewa Yogyakarta selain terkenal dengan daerah tujuan wisata juga terkenal dengan potensi kulinerannya. Di sini, ada ribuan aneka jenis kuliner yang siap memanjakan lidah kita mulai dari kuliner legend seperti bakpia dan gudeg, ada juga kuliner ngehit kekinian yang menyuguhkan pemandangan, dan tentu ada kuliner kreatif hasil inovasi warganya.
Salah satu kuliner legendaris dari kabupaten Kulon Progo adalah geblek. Makanan ini dulu sangat terkenal di kalangan masyarakat Kulon Progo. Makanan berbahan dasar pati telo berbentuk seperti angka delapan ini mempunyai tekstur sedikit alot jika digigit dan tak jarang yang mempunyai rasa sedikit kecut. Kini, tak jarang keberadaaanya tidak banyak dikenal oleh orang awam terutama generasi muda yang lebih menyukai junk food.
Adalah Supriyadi, warga yang berdomisili di Dusun Klepu, Desa Banjar Arum, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo mulai mengembangkan ide usaha geblek Mr. Telo. Awalnya beliau memang sudah mempunyai usaha penggilingan pati telo. Singkong digiling diambil patinya dan dijual curah sebagai bahan dasar pembuat geblek maupun mie.
Tidak mau hanya sekedar jual bahan pati telo saja, Supriyadi berpikir bahwasanya bagaimana caranya makanan tradisional dari kebupaten Kulon Progo ini tidak sekedar dikenal sebagai produk tradisional dan kuno namun bisa menjadi produk kekinian dan sangat layak ditenteng menjadi oleh-oleh khas oleh para wisatawan yang ke Jogja.
Dengan modal nekat lahirlah geblek inovatif Mr. Telo dengan beraneka ragam rasa dan varian kemasan kekinian. Geblek yang rasanya itu-itu saja kini bisa dinikmati dengan rasa yang lebih memanjakan lidah kita. Total kini ada enam varian rasa geblek dari Mr. Telo. Ada rasa udang, tuna, tengiri. saus kacang, cabai, dan tidak ketinggalan varian aslinya original. Kini jika sobat Satoeasa ke Jogja makan akan menemui salah satu produk oleh-oleh yang dijajakan di beberapa toko oleh-oleh adalah geblek dengan beragam varian rasa dari Mr. Telo ini.
Meski kini produknya mulai dikenal oleh masyarakat dan pewisatawan, Supriyadi menuturkan bahwa tidak mudah untuk mengembangkan usaha ini. Butuh waktu lama untuk menguji coba produk sehingga lebih tahan lama dan mempunyai citra rasa yang enak.
“Butuh waktu enam bulan untuk mendapatkan formula rasa yang pas. Dari mengikuti pameran ke pameran para pengunjung mencicipi dan memberikan masukan.” jelas Supriadi.
“Geblek ini produk yang tidak tahan lama, nah untuk mendapatkan formula agar lebih awet itu sudah pekerjaan sendiri. Ditambah lagi setelah produknya jadi maka kita juga harus memikirkan bagaimana kemasan dan brandingnya.” Imbuh beliau.
Terus berusaha menyempurnakan produk besutannya, Supriyadi melakukan pengamatan kemasan pada makanan lain yang sejenis, dari sanalah lantas dipilihlah kemasan vacuum sealer yaitu kemasan hampa udara yang dapat membuat geblek tahan hingga dua bulan.
“Awalnya pake kemasan plastik biasa tapi tidak tahan lama dan dua hari harus tarik. Makanya saya pikir harus divacuum jadi lebih awet dan mudah dalam mendistribusikannya.” ungkapnya.
Kini, produk Geblek Mr. Telo dapat ditemukan di berbagai swalayan dan retail maupun toko oleh-oleh. Selain itu juga, produk tersebut sudah merambah bisnis online lewat para reseller. Harga yang ditawarkan variatif mulai dari Rp 12 s/d18 ribu tergantung varian rasa. Dengan harga segitu tentu sangat terjangkau sekali untuk dijadikan pilihan sebagai produk oleh-oleh jika mengunjungi Jogja.
Dengan omzet mencapai sekitar Rp 100 juta per bulan, Supriadi tidak hanya sekedar melestarikan geblek tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Tercatat sampai saat ini sudah ada sembilan karyawan, bahkan bisa mencapai 12 karyawan disaat ramai.
Mau Konsultasi?