Beliau memilih ayam kampung karena kualitas dagingya jauh lebih enak dibanding jenis lain. Pun juga tahan dari berbagai jenis penyakit. Karena ayam ini ayam tropis, jadi tidak perlu adaptasi. Karena di Indonesia ini suhunya tropis.
Tetapi ayam kampung ini tentu punya kelemahan. Seperti bertelurnya dan tumbuh berkambangnya lama. Pak Agus ini mencari cara bagaimana caranya kelemahannya bisa teratasi tanpa mengurangi kelebihannya.
Awalnya dulu memang hobi. Sekarang menjadi hoki. Beliau juga memakai cara ilmiha, belajarnya dari kampus seperti UMM, Brawijaya untuk melakukan eksperimen-eksperimen terhadap ayamnya.
Jadi dulu itu tidak langsung dijual. Ketika sudah ketemu formula perawatannya barulah dijual lewat mulut ke mulut. Karena pada waktu itu tahun 2008 belum ada medsos seperti saat ini. Dulu ada tapi banyak masyarakat masih awam. Internetpun juga masih jarang. Hanya di warnet. Beda dengan saat ini. Internet menjadi kebutuhan pokok setiap orang.
Menarik Untuk Dibaca : Jualan di Gang Omset Miliaran
Jadi fokusnya adalah penjualan bibit dan daging. Beliau mengajak para mitranya untuk fokus produksi.
Bukan tidak ada tantangan dalam usaha ini. Waktu itu beliau sempat kehilangan anak. Padahal usaha sudah berjalan dan sudah pada fase pengembangan. Waktu itu memang beliau down, pada akhirnya mitra produksi dan tim pemasaran tidak terkontrol. Terus ada badai pandemi covid-19. Itu menjadi sebuah tantangan bagi beliau ketika menjalankan usaha tersebut. Barulah 2 tahun ini sudah mulai normal lagi.
Peternakan yang ada dirumahnya sekitar 100 ekor. Kenapa tidak bau ? karena pencernaan ayam kampung itu kelembabannya rendah, jadi tidak bau. Sehingga bakteri tidak gambang hidup. Oleh sebab itu ayam kampung tahan dari penyakit.
Saat ini usaha beliau skalanya masih UMKM. Cita-cita beliau ingin lebih besar lagi naik kel skala industri. Jadi akan bisa lebih mudah ketika ada problem di pemasaran. Targentnya ke depan sudah corporasi. Karena melihat ayam kampung ini sangat potensi memiliki peluang yang baik.
Beliau selalu bersyukur ata apa pemberian Allah kepadanya. Karena walaupun sempat usaha gagal beliau bisa bangkit lagi seperti saat ini. Karena bersyukur itu sangat penting. Semua itu milik Allah, kita hanya dititipi saja.
Untuk pemasaran bibit ayam kampun ini juga sudah sampai daerah di luar Malang. Saat ini pada tahun 2024 ini memang beliau masih pada tahap memulai lagi. Pemasarannya pun masih menyesuaikan jumlah ekor yang dirawat. Jadi belum bisa memproduksi banyak.
Saat ini fokus beliau memang tidak muluk-muluk. Ketika ada pesanan bibit maupun daging, berapapun pasti beliau layani selama stok yang tersedia masih ada.
Dalam hal perawatan beliau memang benar-benar menerapkan yang biasanya diterapkan pada ayam sub tropis seperti ayam potong, ayam petelor. Terutama di bidang Kesehatan ayam beliau sangat memperhatikan. Suatu misal diberikan vaksin pada setiap ekornya. Ini kan tidak dilakukan oleh peternak-peternak kampung itu. Sehingga untuk mencegah kematian masal.
Untuk pakan nya sendiri menggunakan pakan langsung dari pabrik. Karena belum bisa meramu pakan sendiri.
Memang jika dibandingkan dengan ayam potong harga ayam kampung lebih mahal. Segmennya menengah ke atas. Tapi memang ayam kampung dari segi rasa beda.
Jaminan untuk usaha itu tidak ada. Tapi dari usaha itulah yang bisa kita tahu. Karena orang usaha itu pasti ada jatuh bangunnya. Tinggal kuat apa tidak.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Memulai Usaha Sampingan Untuk Karyawan
Mau Konsultasi?