Dalam konteks bisnis, branding menjadi salah satu aspek krusial yang sering diabaikan oleh UMKM. Banyak pelaku usaha lebih memprioritaskan transaksi dan operasional tanpa memperhatikan bagaimana membangun brand mereka di benak konsumen. Padahal, branding adalah pondasi utama dalam menarik perhatian pasar. Analogi sederhananya, seperti membuat pesta di rumah: sebelum mengundang orang, kita harus memastikan rumahnya nyaman, makanannya enak, dan suasananya menarik. Jika hal-hal mendasar ini tidak beres, sulit mengundang orang datang, apalagi menikmati pesta. Begitu juga dengan brand, yang tidak hanya soal fungsi produk, tapi juga aspek emosional yang membuat konsumen tertarik.
Branding adalah lebih dari sekadar produk. Produk yang biasa saja tetap bisa menjadi pilihan konsumen jika memiliki persepsi brand yang kuat. Misalnya, brand konsumen seperti Apple atau Tesla, selain produknya unggul, mereka juga didukung oleh personal branding dari figur seperti Steve Jobs atau Elon Musk. Personal branding ini mengangkat citra brand sehingga semakin diminati pasar. Bahkan, banyak artis menggunakan strategi personal branding untuk mempercepat kesuksesan bisnis mereka, seperti di industri kosmetik atau restoran. Prinsip utamanya adalah “people buy you before your product”—jika seseorang berhasil menjual citra dirinya, produk apapun yang mereka jual cenderung lebih mudah diterima pasar.
Untuk meningkatkan brand UMKM, ada beberapa komponen utama yang harus diperhatikan. Pertama, appearance atau penampilan produk. Meski ada pepatah “jangan menilai buku dari sampulnya”, kenyataannya konsumen sering kali menilai produk dari kemasan dan visualnya. Penampilan mencakup desain kemasan, presentasi produk, hingga foto-foto pemasaran. UMKM perlu memprioritaskan investasi pada desainer, fotografer, atau product designer yang berkualitas untuk membuat produk terlihat lebih profesional. Contoh kasus adalah Hyundai dan Kia, yang dahulu desain mobilnya kurang menarik, namun kini mampu bersaing dengan merek Eropa berkat pembenahan desain yang signifikan. Contoh lain adalah Apple, yang selalu menjaga kemasan, desain, dan foto produknya agar terlihat sempurna. Hal ini membuktikan bahwa tanpa penampilan yang menarik, produk yang sebenarnya bagus tetap sulit bersaing.
Kedua, people atau sumber daya manusia yang berinteraksi langsung dengan konsumen. Belajar dari Apple dan Starbucks, keduanya menjaga agar staf mereka terlihat percaya diri, memiliki gestur profesional, dan mampu memberikan kesan positif kepada konsumen. Starbucks, misalnya, tidak sekadar menjual kopi, tetapi membangun persepsi melalui barista yang memberikan pelayanan setara. Sumber daya manusia yang kurang percaya diri atau berpenampilan tidak profesional dapat menurunkan persepsi brand di mata konsumen.
Menarik Untuk Dibaca : Mau Menjadi Marketing Handal ?
Ketiga, experience, yaitu pengalaman konsumen dengan produk dan layanan. Pengalaman ini mencakup seluruh proses sejak keputusan pembelian hingga produk digunakan. Mulai dari kemudahan transaksi, kecepatan pelayanan, hingga hal-hal sederhana seperti unboxing, semuanya dapat memengaruhi persepsi brand. UMKM perlu memperhatikan setiap detail pengalaman konsumen agar tetap positif dan berkesan.
Setelah membangun brand, barulah kita bicara soal marketing, yaitu cara mengomunikasikan brand kepada pasar. Marketing adalah sarana untuk membuat brand yang sudah bagus dikenal oleh lebih banyak orang. Analogi sederhananya, branding adalah soal bagaimana kualitas lagu yang kita nyanyikan, sementara marketing adalah mikrofon yang membantu suara kita didengar oleh audiens lebih luas. Sayangnya, banyak UMKM yang memulai dari marketing tanpa memperhatikan kualitas branding. Akibatnya, meski pemasaran berhasil menjangkau banyak orang, persepsi produk tetap rendah karena fondasi branding yang lemah. Hal ini berlaku pula pada personal branding—jangan tergesa-gesa memasarkan diri sebelum memiliki kejelasan tentang citra yang ingin dibangun.
Dengan membangun branding yang kuat, baik dari sisi produk, penampilan, sumber daya manusia, hingga pengalaman konsumen, UMKM dapat meningkatkan daya saing dan daya tariknya di pasar. Setelah itu, marketing dapat dimaksimalkan untuk memperluas jangkauan brand. Hal ini akan membantu UMKM berkembang lebih cepat dan mencapai level yang lebih tinggi, termasuk di pasar internasional.
Sebelum memulai strategi pemasaran, sangat penting untuk memahami positioning merek yang ingin dibangun. Banyak yang terburu-buru memilih channel pemasaran seperti membuat podcast tanpa memahami target audiens dan relevansi channel tersebut bagi konsumen. Bagian penting dari pemasaran adalah memastikan eksposur merek tetap terjaga. Eksposur ini tidak hanya untuk memperkenalkan produk, tetapi juga untuk mengingatkan konsumen agar tetap terhubung dengan brand. Salah satu cara menjaga eksposur adalah dengan mencatat data konsumen, seperti siapa yang membeli dan kapan mereka membeli. Database ini adalah aset berharga untuk mengatur waktu dan cara yang tepat dalam menjangkau kembali konsumen.
Selain itu, membangun hubungan dengan konsumen adalah kunci. Brand besar seperti Apple dan Starbucks menonjolkan interaksi positif melalui staf mereka, seperti barista atau pramuniaga, yang memberikan pengalaman berbeda dibandingkan toko biasa. Hubungan ini tidak harus selalu dalam bentuk iklan, tetapi bisa berupa konten edukasi atau hiburan yang relevan bagi audiens. Dalam pemasaran, persuasi melalui pesan kreatif juga sangat penting. Iklan harus dirancang untuk menarik perhatian konsumen, bukan hanya menyampaikan apa yang ingin perusahaan katakan. Pesan yang menarik dan relevan lebih mudah diingat oleh konsumen.
Rekomendasi dan ulasan dari orang lain juga menjadi faktor penting dalam keputusan konsumen. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari validasi melalui testimoni atau review sebelum membuat keputusan. Oleh karena itu, pastikan brand memiliki keunikan yang membedakannya dari pesaing. Keunikan ini bisa berupa produk, pengalaman layanan, atau nilai tambahan lainnya. Keunikan akan mengurangi ketergantungan pada perang harga dan meningkatkan daya tarik brand.
Promosi juga merupakan langkah penting untuk menarik konsumen, terutama bagi mereka yang baru mengenal produk. Promosi seperti diskon, bonus, atau voucher dapat mengurangi risiko konsumen mencoba produk baru. Namun, penting untuk tidak terlalu lama menawarkan promosi, karena konsumen akan menghargai produk hanya berdasarkan harga promosi tersebut. Ketika promosi dihentikan, mereka cenderung enggan membeli dengan harga normal.
Dalam hal harga, jika tidak bisa menjadi yang termurah, maka berikan nilai tambah seperti layanan ekstra agar konsumen melihat alasan di balik harga yang lebih tinggi. Strategi lain adalah menawarkan produk dengan harga menengah, karena konsumen cenderung memilih opsi tengah dari tiga pilihan yang tersedia. Harga menengah dianggap lebih aman dibandingkan yang paling murah atau paling mahal.
Selain promosi, saluran distribusi juga harus diperhatikan. Produk harus mudah ditemukan dan dibeli, baik melalui kerjasama dengan berbagai channel retail maupun online. Untuk UMKM, fokus utama harus dimulai dari membangun brand yang kuat. Brand yang jelas dan baik akan mempermudah langkah selanjutnya, seperti pemasaran, promosi, dan distribusi. Ketika brand belum terbangun, bisnis akan terus berputar di langkah awal tanpa kemajuan. Jika merek sudah kokoh, langkah pemasaran hingga penjualan dapat berjalan lebih lancar dan konsisten.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Optimasi Instagram
Mau Konsultasi?