Artikel ini bisa menjadi tambahan informasi kenapa TikTop Shop di Indonesia sekarang ditutup.
Kita coba pelajari dulu dari akar permasalahannya. Apa itu private label ?
Yaitu merek yang dibuat oleh pengelola ritel market, buka merek dari pabrikan aslinya.
Sebenarnya Projeck S TikTok ini sama saja dengan marketplace lain. Intinya mereka masuk dengan menampilkan produk lokal. Tetapi dikemudian hari mereka akan menciptakan produknya sendiri.
Contoh Zalora ketika masuk ke Indonesia pada tahun 2012. Mereka masuk dengan menampilkan produk lokal atau internasional. Nama groub Zalora ini adalah Rocket Internet. Dengan memasukkan brand lokal mereka bisa membaca perilaku konsumen yang berbelanja melalui kanal Zalora.
Nah, sekitar tahun 2013 mereka sudah membuat produk sendiri atau disebut private label yang diproduksi di China. Merknya Zalora, Ezra, Smoething Boorowed dan Zalia. Bahkan Zalia ini adalah produknya hijab.
Salah satu chief Zalora pada tahun 2017 mengungkap bahwa sudah 70 % private label yang dijual di Zalora. Jadi produk mereka sendiri yang paling banyak dijual. Padahal namanya sebuah marketplace itu jembatan antara penjual dan pembeli.
Perlu kita pelajari fundamentalnya ekosistem E-Commerce. Ada 4 besar stake holder yang menjadi dasar Ecommerce.
Traffic seperti media sosial : Facebook, Instagram, TikTok. Atau bahkan Social Chat seperti WhatsApp, Line dan Telegram. Pun juga media seperti youtube.
Platform,seperti blibli, shopee, tokopedia dan lainnya.
Payment / pembayaran seperti Ovo, dana, gopay, Shoopaydan Qris tentunya
Logistic. Seperti JNE, JNT, Si Cepat, Guyub, Ninja Ekspres dan lainnya.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Mudah Mendapatkan Modal Usaha Dari Bank
Masing – masing dari mereka saling berkolaborasi. Membentuk ekosistem dan saling beririsan.
Dan masalahnya kenapa hanya TikTok yang hanya diributkan ?
Karena 2 dari 4 stake holder di atas ada pada satu platform yaitu TikTok. Pertama traffic mereka membangunnya sendiri, setelah itu marketplacenya juga dijadikan satu dalam media sosial tersebut. Dan yang paling diributkan adalah private labelnya sangat banyak diproduksi dari China. Mereka juga memprioritaskan algoritma yang produk mereka sendiri. Sehingga selalu muncul di halaman terdepan. Otomatis produk lokal atau UMKM kalah.
Tidak hanya itu, TikTok Shop yang sekarang sudah ditutup itu sangat mengancam brand-brand besar lokal terutama di bidang kosmetik dan fashion.
Untuk UMKM bagaimana ? kalau UMKM pasti sudah dihabisi oleh brand-brand besar.
Apakah hanya TikTok yang melakukan penyimpangan ( Traffic + Marketplace ) ?
Tidak juga. Coba lihat facebook. Mereka juga punya marketplace. Instagram juga ada InstagramShop hanya tidak booming. Shopee pun juga ada video-video yang mirip Tiktok.
Bahkan Shoope ini malah lengkap, Ada videonya yang seperti media sosial, Ada Walletnya, ada logisticnya. Ini kan malah banyak melanggar. Kenapa tidak diributkan ?
Itu kami tidak bisa menjawaba. Lebih baik coba kita analisa lagi tentang 4 stake holder e commerce.
Traffic dan platform sudah dikuasai asing. Hampir full semuanya dikendalikan asing.
Ini dia lima besar dari traffic yang full dikendalikan oleh asing : WhatsApp, Instagram, Facebook, Tiktok dan Telegram. Kelima media sosial tersebut adalah punya asing.
Sekarang kita liha Stake Holder Platform : Shoope, Goto, Lazada, Blibi. Itu semua banyak yang dipegang asing. Kecuali Blibli, ini punya orang lokal, tapi sayangnya produk yang dijual adalah produk impor.
Payment. Ovo, Dana, GoPay, ShoopeePay. Pun sama tidak ada milik warga lokal. Yang sahamnya punya mereah putih adalah LinkAja, itupun prosesntase marketshare nya paling kecil.
Jadi dalam kondisi digital, kita dalam kondisi terjajah. Kasihannya UMKM ini hanya dijadikan alat kampanye ketika Pilkada atau bahkan pilihan kepala desa. Setelah mereka jadi yah UMKM gitu-gitu aja tidak ada perubahan yang signifikan.
Sekarang OJOL coba kita liat. Semakin hari mereka semakin menaikkan potongannya untuk grab Food dan Go Food. Ada sebuah cerita, pengusaha martabak pada tahun 2021 memiliki omset 6 Miliar satu tahun. Profitnya 1 Miliar. Nah, pada tahun 2022 Omsetnya 6 Milliar dalam satu tahun. Dan profitnya hanya 500.000
Ketika ditanya kenapa kok seperti itu ? ternyata terkena potongan OJOL.
Tetapi ya mau bagaimana lagi, itulah yang terjadi saat ini. Sekarang hanya bagaimana caranya memanfaatkan semuanya yang sudah terjadi.
Kalau melihat China sendiri, mereka kenapa perdagangan nya berkembang pesat. Pertama China membatasi dengan ketat masukkan e-commerce. Pada akhirnya lahirlah raksasa-raksasa lokal seperti Baidu, Alibaba, Tencent.
Kedua China punya strategi mengekspor produk lokal ke seluruh penjuru dunia dengan menggunakan platform-platfom yang sudah dibangunnya.
Pasti ada solusi untuk masalah ini jika para penguasa memang fokus dalam membantu UMKM menaikkan kelasnya. Salam sukses, salam Satoeasa Untuk Indonesia.
Menarik Untuk Dibaca : Peluang Usaha di Bidang Otomotif
Mau Konsultasi?
1 Comment
63y0tm