Inspirasi Bisnis ~ Memulai semuanya dari nol. Kurang lebih seoerti itu perjalanan Fadli Ridho Prisani dalam membangun bisnisnya. Pria yang akrab dipanggil Ridho ini benar – benar memulai bisnis kulinernya dari bawah. Dengan modal terbatas dan tanpa latar belakang serta pengalaman di dunia kuliner sama sekali. Hanya keyakinan dan doa yang menjadi pegangannya. Alhamdulillah, keyakinan dan doa itulah yang akhirnya membawa bisnisnya terus berkembang sampai saat ini.
“Saya memulai bisnis ini sejak Februari 2018. Awalnya saya berfikir untuk buka bisnis roti bakar, kebab atau pisang keju, karena istri saya dulu kuliah sambil kerja di gerai pisang keju. Tapi saat jalan – jalan, saya dan istri sukanya jajan takoyaki. Dari sinilah saya memilih bisnis takoyaki. Gerai takoyaki pertama kami ada di jalan Menganti Lidah Kulon, Surabaya. Waktu pertama buka serba apa adanya. Saya pakai gerobak bekas, tenda bekas, bahkan alat dapurnya pun bekas dapur sendiri,” tutur pria yang sebelum terjun ke dunia bisnis, bekerja sebagai teknisi komputer ini.
Ridho belajar memasak takoyaki secara otodidak dengan menonton video tutorial di youtube. Untuk mendapatkan rasa khas takoyaki dirinya keliling merasakan takoyaki dari gerai – gerai yang sudah ada. Setelah merasakan berbagai macam takoyaki, Ridho bertekad untuk membuat takoyakinya berberbeda dari yang sudah ada. Harus ada penyesuaian rasa.
“Ya, saya ingin membuat takoyaki yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Pada umumnya takoyaki memiliki tekstur yang lembut menyerupai bubur. Tetapi tidak semua orang Indonesia suka dengan tekstur tersebut. Jadi saya berusaha membuat adonannya menjadi crispy luar dalam. Untuk saosnya saya tidak pakai saos tako, karena kebanyakan saos tako di luaran dibuat pakai sake yang mengandung alkohol. Kami ingin membuat makanan halal, jadi kami membua saos sendiri yang tidak menggunakan campuran sake. Sebelum produk kami lempar ke pasar, kami juga melaksanakan tria. Prosesnya selama satu minggu. Jadi selama satu minggu itu kami membuat takoyaki, kami bagikan kepada saudara – saudara untuk mendapatkan saran dan masukan dari mereka,” imbuhnya.
Ridho mengenalkan produknya kepada masyarakat dengan memanfaatkan sosial media. Ia pilih karena efektif, bisa menjangkau banyak orang dan minim biaya. Selain dari sosial media Ridho juga sangat terbantu dengan promosi mulut ke mulut dari para pelanggannya.
Menarik Untuk Dibaca : Mantan Tukang Mie Ayam Jadi Jutawan
“Satu tahun pertama, saya jaga sendiri outletnya. Di satu tahun pertama itu sama sekali tidak berkembang. Satu hari cuma laku dua sampai tiga porsi. Bahkan juga pernah tidak laku sama sekali. Saat itu energi saya habis karena semuanya saya urus sendiri. Saya jadi tidak sempat memikirkan bagaimana menaikkan penjualan dan mengembangkan bisnis ini. Akhirnya setelah berpikir secara matang, saya ubah mindset saya. Harus ada karyawan yang membantu saya. Dari sinilah saya bisa mengerjakan yang lain. Bisa fokus ke pengembangan usaha sehingga penjualan terus naik dan saya bisa mulai membuka franchise,” imbuhnya.
Meskipun dengan adanya franchise, Ridho harus bekerja lebih keras lagi karena menurutnya, franchise memiliki tantangan tersendiri. Misalnya, dirinya pernah mendapat mitra yang kurang kooperatif. Rasa takoyaki buatan mitranya tersebut tidak sesuai standar yang telah ditetapkan. Setelah dicek ternyata bahan bakunya telah diubah. Takaran bumbunya tidak seperti yang telah diberikan.
Soal karyawan juga memiliki tantangan tersendiri. Karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda – beda. Ada yang cara komunikasinya harus tegas. Tapi ada juga yang sangat perasa sehingga tidak bisa kalau terlalu tegas. Untuk mensiasati ini, Ridho menggunakan cara yang didapatkan dari tempatnya bekerja dulu. Yaitu mengadakan sesi motivasi setiap satu minggu sekali. Dari sesi inilah ia memberi suntikan semangat kepada para karyawannya dan bisa berbicara dari hati ke hati. Harapannya, dengan cara ini karyawannya akan lebih merasa diperhatikan sehingga nyaman bekerja dan hasil kerjanya pun maksimal.
Tak hanya soal franchise dan karyawan. Pandemi covid – 19 juga menjadi tantangan. “ Ya, pandemi covid-19 ini bagi saya seperti dua sisi koin. Sisi pertama, pandemi ini membawa dampak negatif. Beberapa gerai, terpaksa kami tutup karena pendapatannya turun drastis. Tapi disisi lain, pandemi justru memberikan keuntungan. Selama pandemi kita kan dilarang berkerumun. Banyak orang yang biasanya berkumpul di mall, ajjan di mall, akhirnya memilih jajanan di luar mall. Apalagi takoyaki, kan kebanyakan memang dijual di mall. Mereka yang biasa beli takoyaki di mall akhirnya menjadi pelanggan kita. Gerai kita yang masih beroperasi pun jadi banyak dikunjungi pembeli.” Ujarnya.
“ Ke depan kami masih ingin berkembang lagi. Kami ingin menyediakan tempat yang lebih nyaman dan menambah menu baru. Yang sudah ada gambaran, kami akan menambah menu mie ramen. Yang paling penting adalah percaya, jalani dan syukuri. Syukur itu sangat penting. Orang yang percaya pasti bersyukur. Orang yang percaya meski diuji tidak mudah tumbang. Ia akan berusaha terus, bergerak terus. Dan dalam bisnis terkadang kita tidak terlalu banyak mikir. Jalan saja dulu. Karena tidak ada orang yang diam, tiba – tiba langsung bisa. Kita jadi bisa karena kita mau mencoba. Kalau ada salah, perbaiki terus sampai benar.” tutupnya
Sumber : Rubrik Isbis Majalah Hikmah Nurul Hayat
Mau Konsultasi?
1 Comment
Asking questions are really pleasant thing if
you are not understanding something entirely, however this article
provides fastidious
understanding yet.