Insipirasi Bisnis ~ Apa yang ada di pikiran Anda ketika mendengar kata teyeng atau karat besi ? Sesuatu yang tentu menggangu keindahan ? atau sesuatu yang merusak. Ya, kita semua tahu bahwa karat besi itu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Tetapi, ditangan yang tepat karat besi ini diolah menjadi sesuatu yang sangat indah.
Firman Azhari inilah sosok yang bisa mengubah karat besi menjadi batik yang indah. Beliau adalah pebisnis batik dengan nama brand Batik Teyeng. Firman membagikan kisah bagaimana dirinya menjadikan karat besi sebagai bahan batik. Serta juga bagaimana perjuangan bisnisnya tersebut.
‘Saya memutuskan keluar dari pekerjaan dan memulai usaha. Berbagai usaha saya jalani termasuk bisnis kuliner, tapi hasilnya belum seperti yang diharapkan. Di sela – sela menggeluti usaha, saya juga menjajal berbagai pekerjaan. Saya pernah menjadi supir taksi dan supir pribadi. Saat menjadi sopir, saya kenal banyak orang. Salah satunya teman sesama supir yang menekuni dunia batik. Dari teman inilah akhirnya saya belajar batik.” Tutur beliau.
Setelah belajar membatik, firman mulai bersiap terjun ke bisnis batik. Dia mulai mencari ciri khas atau keunggulan dari produk batiknya. Karena dia menyadari, pebisnis batik jumlahnya sangat banyak. Sehingga kalau produknya tidak memiliki ciri khas yang menarik, maka akan sulit dikenal orang.
“Ide ciri khas untuk batik yang akan saya buat akhirnya muncul tatkala seorang kawan bercerita bahwa batik yang ia buat terkena karat besi saat dijemur. Karat besi yang menempel di kainnya itu susah dihilangkan. Dari sini saya menangkap peluang bahwa karat besi ini berarti bisa dijadikan pewarna untuk membatik.” Imbuhnya.
Menarik dibaca : Mantan Tukang Mie Ayam Jadi Jutawan
Tahun 2021, setelah mendapat ide tersebut Firman pun langsung mencoba praktik. Ia mencari cara agar kain putih polos bisa diteyengkan secara penuh. “Proses uji cobanya sekitar setengah tahun. Awalnya kain saya rol pakai besi, terus pakai spon. Saya juga mencari apa yang bisa mempercepat proses karat. Ternyata bisa menggunakan air asam. Tapi lebih ekonomis bisa menggunakan air asin atau air garam.
Hasilnya memang beda, antara yang menggunakan air asam dan air garam. Dan teyengnya ini memang harus langsung. Maksudnya, teyeng yang keluar dari besi langsung meresap ke kain kemudian dikunci oleh udara, sehingga susah hilang.” Kata Firman.
Selang satu tahun, Firman akhirnya berhasil membuat karat besi di atas kain. Karat besi itu kemudian ia padu padankan dengan berbagai motif batik. Setelah berhasil membuat 20 lembar kain batik teyeng, Firman pun melaunching batiknya. Pada waktu itu, produknya dilaunching bersamaan dengan sebuah acara yang digagas komunitas batik Jawa Timur.
Alhamdulillah, Batik Teyeng kini telah tersebar di berbagai lokasi. DI Surabaya, ada empat tempat. Termasuk salah satunya di bandara Juanda. Tak hanya di dalam negeri, produk batik teyeng bahkan sudah sampai Singapura. Dirinya juga memasarkan batik teyeng secara online melalui facebook, instagram hingga WA.
Meskipun sudah tersebar di berbagai daerah, Firman mengakui memasarkan batik adalah sebuah tantangan tersendiri. Orang – orang yang sepenuhnya belum memahami bagaimana proses membatik mungkin akan sedikit tidak terbiasa dengan harganya. Karena untuk membatik dibutuhkan skill dan waktu yang tidak sebentar. Proses pembuatannya setidaknya membutuhkan waktu tiga pekan. Oleh sebab itu perlu adanya edukasi kepada para pembeli.
Salah satu solusinya adalah komunitas batik akan membuat sebuah marketplace khusus untuk produk batik. Tentu akan ada proses seleksi dan kurasi untuk memastikan produk yang dijual benar – benar batik, bukan printing ataupun sablon.
Tak hanya fokus mengembangkan bisnis batiknya. Tak segan, Firman juga membagikan ilmunya kepada siapa saja. Ia sering memberikan pelatihan ke berbagai instansi di berbagai wilayah.
Ke depan ia ingin mengembangkan teknik membatik agar menjadi lebih mudah dan cepat.
Semoga kita bisa mengambil inspirasi dari bisnis mas Firman.
Sumber : Majalah Hikmah Nurul Hayat
Mau Konsultasi?