Dari film tersebut kita bisa mempelajari ilmu marketing untuk Gen Z. Jika kita lihat pemeran uttamnya adalah Raili dengan 10 emosi yang yaitu Joy, Sadness, Anger, Fear dan Disgust, Anxiety, envy, nostalgia, ennui dan embarrassment.
Film ini bagus untuk dipejari dari sisi marketing. Memahami emosi dari benak Gen Z. Disini kita bahas Negative marketing. Maksudnya adalah kita meanfaatkan emosi yang negatif dari Gen Z untuk mentrigger pembelian dari cutomernya.
Biasanya ada 3 konsep psikologi yang fundamenta. Yang akan kita bahas.
Pertama. Personal Insecurities.Maksudnya adalah setiap orang punya sisi keminderan.Entah itu status sosialnya, lingkungan sosialnya ataupun penampilannya. Pasti setiap orang punya insecurities dalam dirinya.
Kedua. Social Taboos. Terutama masyarakat Indonesia yang menganggap sesuatu hal yang tidak pada umumnya di masyarakat. Ini ketika dilanggar merasa malu dan bahkan dijahui oleh lingkungan.
Ketiga. Risk Avoidance. Maksudnya adalah orang lebih takut kehilangan, daripada mendapatkan sesuatu yang baru. Ini sangat dirasakan oleh banyak orang. Karena orang itu pasti akan lebih takut kehilangan dibanding dengan ditambahnya barang atau asset baru.
Menarik Untuk Dibaca : Diskon Perlu Tapi Perhatikan Hal Ini
Selanjutnya ada 2 macam emosi negatif yang dimanfaatkan oleh marketing.
Pertama. Embarrasment atau rasa malu. Hal ini sering kali dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Seperti Dandruf untuk samponya mereka menyampaikan jika kotombean nanti akan di judge atau dijahui oleh teman kantor.
Contoh kedua Body Odor atau bau badan yang dimanfaatkan oleh produk-produk deodorant. Terus Bau mulut yang sering dimanfaatkan oleh produk perment mint. Selanjutnya jerawat yang sering dimanfaatkan oleh sabun cuci muka. Dan obesitas sering dimanfaatkan oleh Gym atau produk-produk suplemen.
Sehingga banyak produk atau brand yang sudah memanfaatkan Embarrasment untuk pertama membuat Hook agar orang mau membeli produk mereka.
Kedua. Fear atau rasa takut. Ini juga sering dimanfaatkan oleh perusahaan. Contoh ketakutan gagal. Akhirnya banyak orang yang membuka pelatihan seperti bisnis, mengelola keuangan dan lainnya, atas dasar rasa takut
Ada lagi keamanan. Seprti contoh yang dipakai para pengusaha stratup mengenai keamanan data. Contoh lagi Kesehatan yang sering dibuat oleh asuransi. Atau kematian yang sering digunakan juga oleh asuransi.
Contoh yang paling sering adalah FOMO ( Fear of Mising Out ) atau takut ketinggalan. Ini sering dipakai oleh produk – produk lifestyle dengan campaign jika tidak menggunakan produk mereka maka akan ketinggalan zaman.
Negatif marketing sangat relevan untuk saat ini. Mengapa ?
Pertama. Kegelisahan yang diciptakan oleh sosial media. Kita lihat contoh mudahnya, ketika kita melihat influencer, mereka seakan-akan hidupnya sangat mudah bahkan mewah. Akhirnya kita yang melihat membandingkan dengan diri sendiri. Muncullah rasa kegelisahan, saya kok tetap gini-gini saja atau perasaan cemas lainnya.
Kemudian ada tekanan dari teman sendiri. Kita melihat teman kita kehidupan financial maupun sosialnya mungkin sangat bagus. Seringkali ini membuat kegelisahan ketika orang sering melihat sosial media atau melihat influencer.
Kedua. Gen Z ini sudah mulai dewasa. Mereka sudah masuk pada dunia kerja, yang mereka itu tumbuh pada dunia online. Mereka juga membagun online persona di masing-masing platform. Dan mereka takut dinyinyir oleh Netizen ketika melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Ketiga. Persaingan untuk mendapatkan perhatian. Banyak informasi yang ingin masuk ke benak konsumen, sednagkan jendela informasinya sangat sempit. Sehingga harus ada campaign yang langsung tepat sasaran secara instant, tidak bisa menunggu lama. Karena sekarang itu konten yangbegitu banyak.
Inilah pentingnya memanfaatkan negatif marketing. Karena reletable dan memorable.
Negatif marketing ini sangat powerfull, tapi ingat jangan digunakan untuk menipu konsumen. Harus sesuai norma dan kejujuran. Jangan hanya mengejar orang mau membeli produk kita.
Lebih mudahnya adalah kita memberikan solusi pada masalah-masalah yang mereka hadapi. Solusinya terletak pada produk kita.
Bagaimana cara kita untuk memanfaatkan negatif marketing ini ?
Konsep ini sudah sangat populer. Yaitu Value Proposition Canvas.
Ada dua aspek. Yaitu Pain ( kesulitan ) dan Gain ( manfaat ) konsumen. Menurut ilmu psikologi PAIN ini lebih powerfull ketika dipakai untuk campaign. Karena orang itu lebih takut kehilangan daripada mendapatkan sesuatu yang baru.
Contoh usahanya adalah pelatihan public speaking. Pertama yang akan dilakukan adalah memahami customor jobs yang terkait produknya. Misal adalah Gen Z mereka biasanya disuruh untuk presentasi didepan umum. Sedangkan mereka masih fresh graduate dan masih minim pengalaman.
Inilah customer jobs gen Z yang sering dialami. Mereka takut karena minimnya pengalam.
Hal kedua yang dilakukan adalah coba cari ketakutan customer ini. Karena kita adalah pelatihan public speaking. Mereka ketika presentasi pasti takut atau demam panggung. Penyebabnya bisa lupa materi yang disampaiakn, takut di cemooh dan takut suaranya menjadi kecil karena grogi.
Langkah berikutnya adalah memberikan solusi untuk ketakutan-ketakutan yang belum terjadi tersebut. Misal mengajari teknik presentasi, latihan presentasi didepan orang-orang yang sama belajarnya. Dan ada personal coahing yang memang dilakukan untuk mendampingi mereka satu persatu.
Misal ketika membuat campaign kita beri judul. MIMPI BURUK PRESENTASI ? setelah itu baru kita beri solusi dari mimpi buruk tersebut. Solusinya memberikan teknik presentasi yang mutakhir, praktek langsung dan chocing one on one.
Ingat, jangan digunakan untuk hal-hal negatif. Gunakan dengan baik teknik ini.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Membuat Video Pendek
Mau Konsultasi?