Tetapi kejayaan itu tidak bertahan lama. Selang beberapa bulan kemudian pada tahun 2014 mulai ada skandal kasus yang menghantam mereka. Apa yang membuat mereka jatuh ?
Pada bulan September tahun 2015, Badan perlindungan lingkungan AS menuduh VW telah berbuat curang. Menurutnya VW telah memasang perangkat lunak pada mesin diesel mereka. Perangkat lunak tersebut mampu merubah hasil emisinya sehingga VW bisa menjadi green car. Awalnya VW menyangkal tuduhan tersebut, tetapi pada akhirnya mereka mengakui bahwa benar mereka memasang perangkat tersebut untuk mempengaruhi hasil uji gas. Setiap mobil mereka pasti lulus gas buang atau gas emisi.
Ada 11 juta unit mobil VW yang dipasang perangkat lunak tersebut dan sudah beredat ke berbagai belahan penjuru dunia. Itulah yang disebut dieselgate. Terbongkarnya skandal ini berdampak buruk kepada VW. Tidak hanya reputasi, tapi juga menggrogoti financial mereka sehingga menjadi masalah berkepanjangan.
Sejak skandal terbongkar, VW menyiapkan uang sebesar 112 Ttriliun untuk kebutuhan hukum. Membayar denda dan lain sebagainya. Dan ternyata dana tersebut tidak cukup. Pada tahun 2020 VW harus mengeluarkan uang 537 Triliun untuk masalah tersebut.
Tidak hanya perusahaan yang merugi, melainkan juga para pemegang saham otomatis ikut merugi. Karena sejak skandal kecurangan VW terkuak, nilai pasar langsung turun drastis.
Tentu tidak hanya itu. Pada tahun 2016 VW memberhentikan 30.000 karyawan di seluruh dunia. Terakhir yang dirugikan adalah image negera Jerman. Karena Jerman diakui dunia sebagai produsen otomotif yang sangat handal dalam mengembangkan teknologi.
Kenapa dieselgate bisa sampai terjadi ?
Itu bermula sejak tahun 2007 ketika pimpinan utama VW berganti. Yaitu Martin Winterkorn. Dia memiliki ambisi besar untuk melipatgandakan penjualan di Amerika Serikat. Dia ingin mengalahkan Toyota dan General Motor. Ambisi itu dimulai dengan gagasan membuat mobil bermesin diesel. Selain hemat bahan bakar, performa mesin ini harus luar biasa.
Wolfgang Hatz seorang manager teknisi VW mengatakan : sebenarnya gagasan Winterkorn tidak realistis. Sebab seperti kita tahu, mesin diesel menghasilkan nitrogen oksida lebih banyak daripada bensin. Padahal Amerika Serikat punya standart ketat untuk lingkungan. Kontradiksi itu tidak dihiraukan, dia tetap mendesak sang manager untuk mencari solusinya.
Menarik Untuk Ditonton : Mantan TKI Sukses Jual Serabi
Pada akhrinya manager dan tim bisa membuat sebauh software atau perangkat lunak yang bisa ditanamkan pada mesin diesel VW. Nah, kerja perangkat lunak tersebut hanya sederhana. Perangkat lunak tersebut bisa membaca ketika akan uji emisi. Perangkat tersebut akan mematikan emisi ketika uji emisi. Tetapi ketika sudah turun dijalanan, gas buang emisi tersebut kembali normal ke sedia kala.
Jadi pas di uji mobil bisa lolo uji emisi, tapi pas balik ke jalan kembali normal seperti sedia kala. VW tetap mengeluarkan gas buang Nitrogen Oksida yang itu lama kelamaan membuat pencemaran udara. Dan kadarnya 40 kali lipat dari batas yang diperbolehkan.
Jelas hal tersebut di Amerika Serikat adalah penipuan atau kecurangan. Selama 10 tahun hal tersebut tidak terungkap. Ada sebuah perusahaan nirlaba yang penasaran akhirnya mereka membongkar mesin VW yang beredar di pasaran dan melakukan penelitian. Ternyata perangkat lunak tersebut ditemukan dan mereka melaporkan ke badan perlindungan lingkungan Amerika Serikat. Pada waktu itu akhrinya CEO langsung mengundurkan diri dari perusahaan.
Sekarang kita pelajari, kok bisa perusahan sebesar VW melakukan kecurangan. Ada masalah apa sehingga kejujuran mereka luntur.
Ungakapan dari Manager VW : Selalu ada jarak, rasa takut dan hormat. Ketika dia hadir atau anda harus berteu dengannya, tekanan daran anda naik. Jika membawa berita buruk, suasana bisa menjadi snagat menegangkan, diiringin teriakn adan hinaan.
Winternkorn memang senang merendahkan bawahannya di depan umum. Konon dia pernah memarahi insinyur karena ada kekurangan cat sedikit dari produksi. Tidak hanya itu semua karyawan sangat tidak senang dengannya karena Dia memanfatkan kekuasaanya untuk selalu mendesak semua pekerjaan berdasarkan ambisinya.
Menurutnya karyawan tidak mencapai target jika tidak diancam. Dia lupa bahwa cara seperti itu tidak bisa sepernuhnya digunakan, karena tidak akan tercipta kreatifitas dan inovasi. Gaya kepemimpinan Winterkorn menular kepada pimpinan lainnya. Akhirnya di lingkungan internak VW para karyawan takut untuk membantah dan memberi masukan kepada atasan. Apapun yang diminta akan dikerjakan.
Itulah budaya kerja VW yang menyebabkan mereka jatuh dan tidak bisa naik sampai saat ini.
Dari cerita tersebut, kita bisa mengambil pelajaran penting. Apa itu ?
Pertama. Di dalam bisnis selalu ada pemimpin yang hanya mau mendengan kabar baik. Winterkorn salah satunya. Dia telah membuat bawahan merasa lebih aman dengan berbohong. Daripada mengungkapkan kebenaran.
Kedua. Memang penting menetapkan standar tinggi di dalam usaha meraih sukses. Tetapi harus diimbangin dengan keamanan psikologis atas kegagalan. Karena ketika karyawan merasa terpojok dengan target tidak realistis dan tidak menyediakan ruang untuk gagal. Maka mereka akan mengambil jalan pintas. Dan itulah yang dilakukan VW untuk memanipulasi uji emisi.
Ketiga. Mengakui kegagaln kecil di awal, bisa membantu mengurangi dampak kegagalan besar di masa depan. Jika saja VW mengakui tidak bisa memenuhi standar AS pasti tidak akan terjadi skandal dieselgate. Mungkin mereka bisa bekerja dengan baik dan mencari solusi lain yang lebih etis.
Sebagai leader kita harus bisa menjaga keamanan psikologis tim kita. Jangan hanya semaunya sendiri tidak mau mendengarkan masukan dan ide-ide dari tim. Jadi jangan sampai ada mindset “asal bapak senang”.
Salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia.
Menarik Untuk Dibaca : Pentingnya Headline Dalam Copywriting
Mau Konsultasi?