Awalnya dulu ketika pulang sekolah Prian jualan jamur tiram dengan mengendarai sepeda motor menuju pasar Wonosari. Biasanya membawa 20 kg. Awal – awal hanya terjual 3 – 5 kg. Tetapi lambat laun karena istiqomah jualan, banyak yang kenal dan minta nomor HP. Akhirnya mereka pesan lewat HP dan sampai pasar menreka tinggal ambil dan bayar. Sempat dulu itu membawa jamur tiram 1 kwital atau 100 kg pakai sepeda motor karena banyak yang pesan.
Tetapi setelah 3 bulan, jamur tiram sulit didapat karena cuaca, akhirnya jualannya menurun. Akhirnya Prian berfikir bagaimana cara mendapatkan uang jajan lagi.
Dulu sama Ayah diberi modal 6 juta. Prian membeli sayur dari para petani untuk dijual kembali. Atau kita sebut menjadi tengkulak. Omset Prian per bulan bisa ratusan juta. Tetapi ketika cuaca mendukung atau musim hujan, karena di Gunung Kidul itu air sangat sulit. Pertanian hanya mendandalkan tadah hujan. Penjualan menurun drastis. Ketika musim kemarau omset sekitar 60 – 70 juta.
Sayur yang dijual Prian ada gambas, ceme, pare, timun, terong, cabai. Yang paling banyak dijual sampai luar gunung kidul gambas dan jamur tiram.
Menarik Untuk Dibaca : Cara Scale Up Inovasi Untuk Tim Internal
Prian ini awalnya mencari para petani sayur untuk dijualkan hasil panennya. Tetapi sekarang sudah banyak yang datang menawarkan hasil panennya. Karena sudah banyak yang mengenalnya.
Fokus menjualnya di pasar, setelah sampai pasar ada pedagang sendiri yang mengambil sayur Prian. Biasanya pedagang dijual ecer keliling.
Pernah satu bulan tidak bisa jualan. Karena pengaruh dari cuaca, sayur tidak begitu banyak yang bisa dipanen. Prian mengambil keuntungan sangat sedikit dari para petani. Karena dia punya cita-cita untuk mensejahterakan petani lokal. Selama ini mereka menjual harga panen yang rendah. Bahkan oleh Prian ketika ada projeck besar, para petani dipinjami modal untuk menanam.
Mas Prian memiliki karyawan tetap satu orang untuk membantu mencatat keuangan. Kalau pas waktu barang banyak dia mengajak teman sekolahya untuk membantunya, dari pada mereka hanya main game mending diajak bekerja mendapatkan uang.
Saat ini memiliki mitra petani masih belasan. Cita-citanya bisa memiliki mitra penani bisa puluhan orang, agar bisa lebih membantu meningkatkan ekonomi para petani.
Sempat ketika awal – awal jualan dikatai teman-temannya tukang jamur. Tapi sekarang mereka pada tanya bagaimana caranya kok bisa menghasilkan banyak uang dari jualan sayur. Itulah mental dan mindset yang dimiliki pemuda satu ini.
Memang mindset dan mental beliau tidak lepas dari didikan orang tua yang terus memberikan motivasi. Orang tua sudah mengajarinya berjualan sejak kecil. Oleh sebab itu mas Fabri sudah tertata secara mindset dan mental.
Turunkan gengsimu, pakailah masa mudamu di saat remaja, dan jika kamu sudah tua tidak malu-maluin. Lihatlah orang dari cara bicaranya bukan cara berpakaianya. Karena belum tentu orang berpakaian rapi memiliki atitude. Itulah pesan dari Mas Prian.
Meskipun jurusan di SMK saat ini tidak nyambung dengan usahanya, Prian tetap gigih belajar. Pun dari pihak sekolah juga memberikan support dari mata pelajaran kewirausahaan. Mungkin ketika kuliah akan mengambil jurusan bisnis.
Beliau juga ngaji di Pondok Al Qur’an. Diajari juga terjun di masyarakat. Beliau secara rohani juga sangat kuat iman dan taqwanya. Pesannya ketika berada di atas jangan sampai lupa kepa Allah yang telah memberikan kesuksesan.
Definisi sukses menuru beliau adalah kita tidak bekerja kepada orang, melainkan oranglah yang bekerja kepada kita.
Salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia.
Menarik Untuk Ditonton : Mulai Bisnis Dari Rumah, Kenapa Tidak !
Mau Konsultasi?