TikTok saat ini sudah menjadi live commerce yang handal. Apa perbedaan dari live commerce, e-commerce dan social commerce ?
E-commerce di Indonesia yang paling banyak transaksinya adalah Shoope, lalu tokopedia, disusul Lazada, terus Blibli, Orami dan yang terakhir JD.ID. Walaupun pasar di Indonesia sangat besar dan luas, E-commerce punya tantangan tersendiri pada tahun 2022 ini. Sehingga banyak karyawan yang terkena PHK, bahkan sampai gulung tikar.
Ini disebabkan salah satunya adalah dari para investor lebih berhati-hati dalam menginvestasikan uangnya untuk E-commerce. Karena perusahaan startup salah satu strategi marketing adalah istilahnya membakar uang, jadi iklan dan diskon di gencarkan untuk menarik pengguna, itu salah satu caranya.
Melihat trend E-Commerce terus naik, akhirnya menggoda media sosial untuk juga membuat marketplace. Seperti Meta dengan Facebook Shop, Twitter dengan Shops, Instagram dengan Instgram Shop, dan Pinterest menyediakan juga daftar belanja untuk para penggunanya.
Apa yang dilakukan oleh media-media di atas itulah yang disebut social commerce. Jadi secara definisi Social Commerce adalah media sosial yang fungsinya telah diperkaya dengan tambahan fitur marketplace.
Sekarang live commerce. Pionernya pada tahun 2019 adalah lazada. Mereka membuat pengguna bisa melakukan live untuk jualan dan ada fitur gamenya. Akhirnya Shopee dan Tokopedia juga tidak mau kalah. Mereka meluncurkan fitur live shopping pada marketplanya.
Nah, ketika persaingan dari marketplace tersebut sengit, tiba-tiba Tik Tok Muncul dengan fiturnya yaitu TikTok Shop.
Live Shopping menjadi trend belanja dengan cepat. Menurut Nailul Huda Seorang pengamat Ekonomi Digital Marketing mengatakan, “ Sebetulnya fenomena live shopping bukan barang baru. Instagram dan Facebook sudah memanfaatkan subscribers sebagai pasar, apalagi pemasaran dengan siaran langsung juga biasa ditemui di pasar offline. Ini kan hanya memindahkan offline ke online saja “
Produk yang sering dijual saat live shopping adalah fashion, kecantikan, elektronik dan dekorasi perbaikan rumah.
Apa yang menjadi strategi, peluang dan inovasi TikTok Shop ?
Septriana Tangkary Seorang Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo mengatakan Pertumbuhan nilai perdagangan elektronik ( e-commerce ) di Indonesia mencapai 78%, tertinggi di dunia.
Nah, itulah yang menjadi alasan kuat TikTok merangsek membuat live shop. Dan pengguna aktif bulanan TikTok di dunia sudah mencapai 1,46 Miliar. Ini berdasarkan laporan dari Business of Apps.
Menarik Untuk Ditonton : Masih Muda Sudah Punya Banyak Usaha
Sebanyak ⅔ atau 66% pengguna yang berpartisipasi dalam survei mengungkapkan bahwa lingkungan TikTok memotivasi mereka untuk berbelanja.
Berdasarkan fakta tersebut TikTok tidak hanya menjadi Social Commerce tetapi menjadi life commerce. Fakta yang lain juga tentang kepercayaan seorang pembeli bukan terhadap produsennya tapi percaya kepada teman, anggota keluarga atau influencer di platform sosial. Sebanyak 61% orang cenderung mempercayai rekomendasi dari teman, anggota keluarga atau influencer. Sedangkan 38% percaya dengan rekomendasi dari produsen.
Oleh sebab itu induk perusahaan TikTok ByteDance pada tahun 2021 gencar mengembangkan bisnis e-commerce terutama di Asia Tenggara. Bisa dilihat pada tahun 2022 nilai penjualan di Asia Tenggara bisa mencapai USD 90 Miliar.
Hasil survei Populix mengatakan Orang belanja di Tiktok Shop mencapai angka 45 %, kedua WhatsApp 21%, ketiga Facebook Shop 10%, keempat Instagram Shop 10%. Inilah fakta saat ini kenapa TikTok menjadi juara.
Apa yang menjadi tantangan Tik Tok Shop ? Tentu mereka harus berusaha keras untuk mengalahkan kompetitornya. Karena sampai saat ini Shoppe menjadi market leader dengan live shop nya. Berdasarkan survei di Indonesia JAKPAT ( Jajak Pendapat ) Shopee menempati peringkat pertama live shopping sebanyak 83%, kedua Tik Tok 42,2%, Ketiga Instagram 34,1%, Keempat Tokopedia 30,3% dan yang terakhir Facebook 25,9%.
Data di atas menunjukkan TikTok masih punya tantangan besar untuk bisa mengalahkan market leader. Selain itu TIkTok juga masih mahal dalam administrasi setiap transaksinya. Biaya administrasi Tiktok setiap transaksi 2.000 sedangkan kompetitor hanya 1.000
Tapi kita belum tahu, bisa jadi kalau TikTok bisa mengeksploitasi kemampuannya dalam dunia e-commerce bisa jadi mengalahkan para kompetitornya.
Salam sukses, Salam Satoeasa Untuk Indonesia.
Menarik Untuk Dibaca : Kenapa Harus Jualan di Tik Tok Shop ?
Mau Konsultasi?