Kebanyakan para UKM menghitungnya adalah HPP + Margin , itu yang dijadikan harga. Itu benar, tapi…
asalkan harga bisa terjangkau oleh konsumen,
asalkan tidak ada kompetitor,
asalkan tidak ada produk subtitusi atau produk pengganti,
asalkan tidak ada biaya seperti distribusi,
asalkan bahan bakunya bisa dikendalikan
Itupun ada beberapa tambahan variabel lain dari asalkan tadi. Misal kompetitor banyak otomatis selain mempengaruhi harga jual, juga perlu menambah budget dalam pemasaran.
Coba asalkan di atas kita bahas. Yang paling penting ada tiga
Pertama. Harga terjangkau konsumen. Kita harus mempertimbangkan daya beli konsumen terhadap produk yang akan dijual. Semakin mahal harga jualnya tentu semakin sedikit yang membeli. Harga dikasih terjangkau maka pasti banyak yang akan membeli. Tetapi tentu saja akan membuat margin atau keuntungan semakin tipis. Hal ini akan menjadi perhitungan tersendiri untuk kita.
Menarik Untuk Ditonton : 5 Mindset Yang Harus Dimiliki Pengusaha Pemula
Kedua. Kompetitor, seproduk. Contoh soto dengan soto, bakso dengan bakso, rawon dengan rawon. Jika harga kompetitor jau lebih murah dibandingkan kita maka harus mempertimbangkan apakah kira-kira calon kunsumen mau membeli ? . Mungkin kita punya nilai lebih pada kemasan, varian dan rasa tapi apakah nilai tersebut bisa dibayar dua kali lipat. Mungkin harga jauh lebih mahal sedikit dari kompetitor. Kembali lagi, apakah konsumen mau membeli dengan harga lebih mahal dari kompetitor sebelah. Itu perlu diuji coba, di tes dan disesuaikan.
Ketiga. Produk subtitusi. Produk ini adalah produk pengganti yang serupa. Contoh Bakso melawan Soto. Bakso kompetitor langsungnya bakso, tapi ada kompetitor yang tidak langsung yaitu makanan yang berkuah lain, seperti soto, mie ayam yang harganya mirip dengan bakso. Dan ternyata produk subtitusi tersebut lebih murah dan bahkan lebih enak rasanya dibandingkan produk kita. MIsal ada orang ingin membeli bakso, tapi di daerah tersebut tidak ada bakso yang rekomendasi enak, akhirnya orang tersebut beralih ke soto. Yang penting sama-sama segernya.
HPP tadi masihkah diperlukan dalam menentukan harga jual ?
Itu sudah jelas, karena HPP ini sebagai batas ambang jangan sampai kita rugi.
Yang sering menjadi pertanyaan adalah, wah.. Kalau mengikuti harga kompetitor ini tidak masuk, untungnya sangat tipis. Mungkin kita menghitungnya satuan, tapi kompetitor menghitungnya ribuan pcs yang dijual.
Sebenarnya ekonomi liberal itu kurang begitu baik, karena orang yang memiliki modal besar pasti akan mengalahkan orang yang memiliki modal kecil. Dan imbasnya akan pada harga jual. Itu yang terjadi di Indonesia saat ini.
Tapi tenang, bagaimana caranya agar UKM bisa menang melawan pemodal yang besar tersebut ?
Hitung harga jual berdasarkan tiga hal di atas. Yaitu Konsumennya, kompetitor dan Produk Subtitusi.
Kemudian yang palin gpenting di atas HPP ( Harga Pokok Produksi ) kita meskipun untungnya tipis.
Harga produksi itu lebih bisa dikurangi jiga quantity kita bisa lebih masal.
Cari bahan pokok yang bisa melayani partai ataupun grosir. Dan ongkirnya yang murah.
Dengan cara seperti itu kita pasti bisa mengalahkan para pemodal besar. Yang penting kita terus belajar dan melihat perkembangan yang tersjadi saat ini.
Semoga bermanfaat, salam sukses. Salam Satoeasa untuk Indonesia. Sukses selalu UKM yang sedang berjuang.
Menarik Untuk Dibaca : Gara – Gara Bos Galak Perusahaan Ini Rugi Triliunan
Mau Konsultasi?