Pada tahun tersebut, pendapatan BYD bahkan melampaui ekspektasi analis yang sebelumnya memprediksi hanya 766 miliar yuan. Di sisi lain, pendapatan Tesla tercatat hanya 97,7 miliar dolar AS. Laba bersih BYD pun meningkat dari 34% menjadi 40,3%, mencerminkan performa bisnis yang kuat sekaligus daya tarik produk mereka di mata konsumen. Kepercayaan pasar terhadap BYD juga terlihat dari lonjakan saham sebesar 50% sejak awal 2025. Sebaliknya, saham Tesla justru turun 26,6%.
Tak hanya dari sisi pendapatan dan saham, BYD juga menyalip Tesla dari segi jumlah produksi. Pada kuartal keempat 2024, BYD memproduksi 1.779.65 unit mobil listrik, melampaui Tesla yang hanya 1.774.42 unit. Meski selisihnya hanya sekitar 4.500 unit, ini merupakan tonggak penting dalam persaingan global. BYD yang dulu nyaris tak dikenal kini tampil sebagai pemimpin baru industri kendaraan listrik. Berbekal pengalaman sebagai manufaktur elektronik dan otomotif, BYD di bawah kepemimpinan Wang Chuanfu berhasil tumbuh menjadi pemain kunci dalam sektor baterai, elektronik, dan kendaraan energi baru.
Menarik Untuk Dibaca : Samsung Panik
Namun dari sisi valuasi pasar, Tesla masih unggul jauh dengan kapitalisasi sekitar 800 miliar dolar AS, sementara BYD baru mencapai 157 miliar dolar. Begitu pula dengan laba bersih, Tesla masih mencatat keuntungan 7,6 miliar dolar. Meski begitu, keberhasilan BYD tidak datang tiba-tiba. Kunci utama keberhasilannya adalah strategi harga yang terjangkau. Di pasar Tiongkok yang sensitif terhadap harga, BYD menawarkan berbagai pilihan mobil dengan harga lebih murah dibanding Tesla yang modelnya dijual mulai 231.000 yuan (sekitar 32.600 dolar AS). Tak heran, pada Oktober 2024 saja, BYD berhasil menjual setengah juta unit mobil penumpang.
Menariknya, BYD tidak hanya bermain di segmen bawah. Mereka juga menawarkan kendaraan mewah seperti SUV Wang U8 seharga 150.000 dolar AS yang dilengkapi dengan drone. Ini menunjukkan ambisi BYD untuk menguasai seluruh segmen pasar, termasuk konsumen premium yang mengutamakan kenyamanan dan teknologi. Hal ini tentu menjadi ancaman nyata bagi merek-merek Eropa seperti Mercedes-Benz dan BMW.
Selain strategi harga, BYD juga gencar melakukan ekspansi global. Untuk mengatasi hambatan tarif tinggi di AS dan Eropa, mereka membangun pabrik di negara-negara seperti Meksiko dan Brasil. Targetnya, dalam waktu dekat, 50% penjualan BYD berasal dari luar negeri. Keunggulan lain BYD terletak pada lini hybrid-nya, sesuatu yang tak dimiliki Tesla yang hanya fokus pada kendaraan listrik murni. Mobil hybrid BYD sangat populer di Tiongkok. Bahkan pada Oktober 2024, dari 500.000 unit yang terjual, 300.000 unit di antaranya adalah hybrid. Teknologi hybrid generasi kelima mereka berhasil meningkatkan penjualan hingga 62%.
BYD juga unggul dalam penguasaan rantai pasok. Mereka memproduksi sendiri hampir semua komponen penting, mulai dari baterai hingga chip, sehingga bisa menekan biaya, menjaga kualitas, dan mempercepat proses produksi. Hal ini memberikan fleksibilitas tinggi dalam menentukan harga sekaligus menjaga margin keuntungan tetap sehat.
Investasi besar dalam riset dan pengembangan juga menjadi pendorong utama inovasi BYD. Anggaran R&D mereka tahun lalu mencapai 53 miliar yuan (sekitar 7,3 miliar dolar AS), jauh lebih besar dibanding Tesla yang hanya 4,5 miliar dolar. Hasilnya nyata: fitur mengemudi otonom dan sistem bantuan Gods Eye kini hadir di berbagai model BYD tanpa biaya tambahan. Sementara Tesla masih mengenakan biaya langganan untuk fitur serupa. Selain itu, BYD memperkenalkan teknologi pengisian daya super cepat—cukup 5 menit untuk menempuh 470 km—dan membangun 4.000 stasiun pengisian baru.
Di saat yang sama, Tesla tengah tertekan. Pemangkasan tenaga kerja besar-besaran, penarikan hampir seluruh unit Cybertruck, dan kebijakan politik di AS yang mengurangi subsidi kendaraan listrik membuat posisi Tesla makin sulit. Meski Tesla berencana meluncurkan model mobil murah yang 20% lebih murah dari Model Y, upaya ini baru akan terealisasi mulai tahun depan di Shanghai.
Sementara itu, BYD terus memperluas pasar internasional, terutama di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Eropa. Tahun lalu, pendapatan internasional BYD mencapai 13,7 miliar dolar, meski 95% penjualan mereka masih dari Tiongkok. Meski belum masuk pasar AS karena tarif tinggi, mereka sudah membangun pabrik di Hungaria dan sedang mengembangkan fasilitas di Turki, Brasil, dan Asia Tenggara. Bahkan ada rencana membangun pabrik ketiga di Jerman, markas para raksasa otomotif Eropa.
Tiga pelajaran penting bisa kita petik dari keberhasilan BYD. Pertama, mereka mengendalikan sendiri rantai pasok komponen inti seperti baterai dan chip. Ini memberi ketahanan jangka panjang dan fleksibilitas harga. Kedua, mereka berhasil mengangkat citra produk Tiongkok melalui desain modern dan kualitas tinggi, bukan sekadar lewat harga murah. Citra ini dibangun lewat konsistensi produk, bukan iklan. Ketiga, strategi harga BYD yang agresif namun terukur memungkinkan mereka menanam pengaruh dan membentuk kebiasaan konsumen di pasar massal.
BYD membuktikan bahwa kesuksesan global tidak selalu datang dari gebrakan dramatis. Keunggulan mereka lahir dari konsistensi membangun fondasi yang kuat, sistem yang efisien, dan langkah-langkah kecil yang presisi. Ini menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Kita tidak harus bersaing lewat kecepatan atau sensasi. Kita bisa bertumbuh lewat ketekunan, keberanian membangun struktur sendiri, dan menghidupkan potensi yang selama ini belum tergarap. Mungkin ini saatnya kita berhenti mencari jalan pintas dan mulai percaya pada kekuatan jalan panjang yang kita bangun sendiri.
Menarik Untuk Ditonton : Sukses Dari Desa !
Mau Konsultasi?