Kita sudah bahas tiga fakta penting tentang bisnis FNB. Bisnis ini akan cepat naik, pertumbuhan pesaingnya juga cepat, tetapi cepat juga turun. Apa yang membuat bisnis ini turun? Ada faktor urgency, emosional, dan dopamin. Cara untuk mempertahankan bisnis ini adalah dengan menjaga dopamin konsumen, salah satunya dengan membuat menu baru, *collectible item*, serta menjaga *social influence*. Jika ada yang belum menonton episode sebelumnya, disarankan untuk menontonnya dulu agar memahami lanjutan pembahasannya.
Sekarang, kita bahas lebih lanjut apa saja yang bisa dilakukan untuk mempertahankan bisnis FNB dari ancaman tren musiman. **Pertama** adalah membangun habit (kebiasaan). Habit adalah impian banyak brand, karena setiap brand pasti ingin konsumennya memiliki kebiasaan menggunakan produk mereka.
Otak kita cenderung menyukai kebiasaan karena sejalan dengan program otak untuk menghemat energi. Otak bekerja dengan menyimpan hal-hal yang berulang dalam database sehingga bisa dilakukan tanpa perlu berpikir banyak, ini yang biasa disebut dengan hafal luar kepala. Namun, membentuk habit tidak mudah, prosesnya membutuhkan energi dan pengulangan yang menyita waktu.
Menarik Untuk DIbaca : Cara Menaikkan Omset
**Kedua**, produk yang dibeli secara habitual (*habitual product*) memiliki keuntungan lebih untuk membentuk kebiasaan konsumen. Contohnya kopi, banyak orang membeli dan mengonsumsi kopi setiap hari. Orang akan merasa pusing atau tidak semangat jika tidak minum kopi.
Oleh karena itu, bisnis kopi lebih stabil dibandingkan bisnis minuman musiman seperti boba atau es krim, karena kopi secara alami lebih mudah membentuk kebiasaan. Hal ini pula yang dimanfaatkan oleh berbagai pemain besar seperti Dunkin Donuts, KFC, Indomart, dan Alfamart yang mulai menjual kopi karena ingin menciptakan habit konsumsi rutin bagi konsumen.
**Ketiga**, habit juga bisa dibentuk dengan ritual. Kebiasaan dapat dipupuk dengan menciptakan ritual-ritual yang sudah melekat pada banyak orang, seperti nongkrong dan merokok. Bisnis FNB dapat membangun habit dengan menyediakan tempat yang nyaman untuk nongkrong dan merokok.
Contoh, kita bisa melihat coffee shop atau tempat-tempat makan yang memungkinkan pelanggan untuk nongkrong dan merokok lebih mudah membentuk kebiasaan konsumsi produk dibandingkan dengan tempat yang tidak menyediakan fasilitas tersebut.
Dalam ilmu behavioral science, ini dikenal sebagai *habit stacking*. Prinsipnya adalah menempelkan kebiasaan baru yang kita ingin bangun (misalnya konsumsi produk kita) pada kebiasaan yang sudah terbentuk (seperti nongkrong dan merokok). Dengan menyediakan tempat yang mendukung kebiasaan nongkrong dan merokok, kita dapat memfasilitasi terbentuknya kebiasaan konsumsi produk FNB kita.
**Keempat**, agar bisnis FNB tidak menjadi musiman, Anda juga harus membangun *seamless experience*. Kebiasaan akan lebih mudah dibentuk jika pengalaman konsumsi produknya tidak ribet dan effortless. Segala sesuatu yang memerlukan banyak usaha akan sulit dibiasakan karena otak kita cenderung malas dan mencari jalan termudah.
Sebagai contoh, kita bisa lihat kebiasaan *food delivery* yang sudah menjadi kebiasaan banyak orang. Meskipun harganya bisa lebih mahal 20% dibandingkan jika membeli langsung di restoran, orang tetap memilih layanan ini karena kemudahannya. Tidak perlu keluar rumah, tidak perlu berpakaian rapi atau berdandan.
Inilah beberapa poin penting yang bisa dilakukan untuk menjaga bisnis FNB agar tidak terjebak menjadi bisnis musiman, tetapi bisa bertahan dan berkembang dalam jangka panjang.
Bisnis FNB (Food and Beverage) memang menarik, terutama karena begitu mudahnya orang mengakses berbagai layanan hanya dengan membuka smartphone. Kita bisa memilih makanan yang diinginkan dengan cepat. Salah satu faktor yang memudahkan pengalaman ini adalah metode pembayaran yang semakin fleksibel, terutama *cashless payment*. Salah satu hambatan paling umum yang dihadapi konsumen saat berbelanja adalah metode pembayaran.
Toko-toko yang hanya menerima pembayaran tunai menghadapi hambatan tersendiri. Studi menunjukkan bahwa toko-toko yang mulai mengadopsi pembayaran *cashless*, seperti kartu kredit, debit, atau QRIS, mengalami peningkatan transaksi. Hal ini terjadi karena kita tidak selalu membawa uang tunai, dan menunda pembelian untuk ke ATM cukup berhasil mengalihkan pembelian ke toko lain yang menawarkan opsi *cashless*.
Untuk menciptakan kebiasaan, brand owner juga perlu memastikan *seamless experience*, yang tidak hanya terbatas pada metode pembayaran, tetapi juga kemudahan pemesanan, jarak outlet ke tempat pembeli, apakah perlu parkir atau tidak, waktu tunggu, hingga waktu pengiriman. Salah satu contoh yang baik dalam bisnis FNB terkait *seamless experience* adalah McDonald’s (McD).
McD memiliki outlet yang tersedia di mana-mana, dekat dengan pemukiman, dan biasanya berada di pintu masuk atau pintu keluar komplek perumahan atau di area kemacetan. McD juga sering memiliki outlet terpisah sehingga orang tidak perlu repot mencari parkir. Fasilitas *drive-thru* yang nyaman, *self-service kiosks* untuk memesan tanpa interaksi dengan karyawan, dan berbagai metode pembayaran juga ditawarkan.
Bahkan, McD membuka *pop-up outlets* yang hanya menjual menu ringan seperti es krim di tempat-tempat tertentu, sekadar untuk menangkap peluang sekaligus membangun loyalitas pelanggan dan mendorong terbentuknya kebiasaan. Ketika pengalaman dibuat dengan sedikit hambatan, kebiasaan akan lebih mudah terbentuk.
Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan agar bisnis tidak musiman adalah program loyalitas. Kebiasaan dan loyalitas tidak selalu terbentuk secara otomatis, sering kali dibutuhkan program khusus untuk membentuknya. Misalnya, program makan sehat, program bangun pagi, atau program olahraga, semuanya butuh usaha untuk berjalan.
Oleh karena itu, penting untuk mendesain program yang membantu membentuk kebiasaan ini, seperti *loyalty program*. Program ini bisa berupa pengumpulan poin yang kemudian ditukar dengan keuntungan tertentu, dengan tujuan untuk membangun investasi emosional. Misalnya, jika kita sudah mengumpulkan banyak poin, rasanya sayang jika berhenti membeli produk.
Dalam merancang program, penting untuk memahami perilaku pelanggan. Ini bukan sekadar memberi kartu loyalitas di mana setiap pembelian mendapatkan stempel, dan setelah 10 stempel terkumpul, mendapatkan satu produk gratis.
Penting untuk mengetahui perilaku pelanggan, seperti kapan mereka membeli, apa yang mereka beli, metode pembayaran yang mereka gunakan, apakah mereka masih membeli jika tidak ada diskon, waktu yang diperlukan dari satu pembelian ke pembelian berikutnya, outlet mana yang sering mereka kunjungi, dan lain sebagainya.
Dengan memahami ini, kita bisa menerapkan perlakuan yang dipersonalisasi untuk mendorong mereka kembali membeli, terutama ketika terlihat bahwa mereka mulai jarang bertransaksi.
Kita bisa memberikan promosi yang relevan dengan produk yang sering mereka beli, menambahkan promo jika mereka sudah lama tidak membeli, atau mengetahui kapan saatnya berhenti memberikan diskon berdasarkan kebiasaan belanja mereka. Ini menghindari pemberian insentif yang berlebihan dan meningkatkan relevansi promosi.
Terakhir, yang tidak kalah penting adalah membangun *brand attractiveness*. Produk-produk yang sedang tren cenderung terjebak dalam kesamaan fitur, mudah ditiru, dan ketika kita hanya mengandalkan fitur sebagai daya tarik, kesempatan untuk menjadi berbeda akan tertutup. Jika tidak ada perbedaan, maka produk sulit diingat, dan jika tidak diingat, sulit mengharapkan pembelian. Brand harus fokus pada diferensiasi, meskipun produk yang ditawarkan generik.
Secara fitur, produk mungkin terlihat sama saja, namun salah satu cara yang efektif untuk membedakan brand adalah dengan membangun **brand interactiveness**. Ini mencakup berbagai aspek seperti kepribadian atau karakter brand yang dibuat berbeda, cerita brand (*brand story*), penampilan, hingga bahasa atau *lingo* yang digunakan.
Brand yang unik dan relevan dapat menjadi pembeda yang sangat berharga di tengah persaingan yang ketat dan fitur produk yang mirip-mirip. Contohnya adalah Kopi Kenangan. Jika melihat dari produknya, kopi dari Kopi Kenangan, Fore, dan lain-lain tidak begitu berbeda, terutama jika membahas rasa yang bersifat subjektif. Namun, Kopi Kenangan berhasil membangun identitas unik yang relevan dengan pasarnya, yaitu dengan memanfaatkan tren soal percintaan dan membuli diri sendiri.
Mereka secara konsisten menggunakan tema ini di berbagai aspek brand, mulai dari nama produknya seperti “Kopi Kenangan Mantan,” kemasannya dengan grafis yang sesuai, hingga iklan dan materi komunikasi lainnya yang tetap konsisten. Dengan demikian, mereka berhasil membangun identitas yang akhirnya menciptakan hubungan yang lebih personal dengan konsumen.
Kopi Kenangan pun dikenali dan diingat tidak sebagai brand yang dingin, tetapi sebagai brand yang memiliki karakter dan rasa. Ini merupakan contoh bagaimana membangun **brand attractiveness** yang konsisten, relevan, dan unik.
Dampaknya pada bisnis sangatlah nyata. Prinsip dasar dari penjualan dan pemasaran adalah kita perlu menjual diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum produk. Orang tidak akan membeli produk dari seseorang yang tidak mereka percayai atau sukai. Begitu juga dengan brand. Ketika fitur produk sama-sama mirip, brand yang terasa akrab dan memiliki karakter akan lebih menarik. Di sinilah brand bisa menjadi pembeda. Brand yang terasa akrab dan memiliki kepribadian yang unik akan lebih mudah diingat oleh konsumen.
Kesimpulannya, seperti yang telah dibahas dari episode sebelumnya hingga sekarang, ada tiga fakta penting tentang bisnis F&B. Pertama, bisnis ini cepat naik, pertumbuhan pesaingnya cepat, mudah ditiru, dan cepat turun.
Penyebab turunnya antara lain adalah urgensi emosional dan *dopamine search*. Cara untuk mempertahankannya adalah dengan mempertahankan *dopamin* melalui pembuatan menu baru, item koleksi, atau lainnya. Kedua, menjaga **social influence** agar orang-orang terus melihat bahwa tempat tersebut masih ramai dan layak dikunjungi.
Ketiga, **membangun kebiasaan** melalui berbagai cara, seperti menyediakan produk yang habitual, membentuk ritual habitual, menghadirkan pengalaman tanpa hambatan (*seamless experience*), ataupun melalui program loyalitas. Terakhir, membangun kecintaan pada brand melalui **brand personality** yang unik dan menarik.
Menarik Untuk Ditonton : Bisnis Model Canvas
Mau Konsultasi?