Inspirasi Usaha ~ Bagaimana kita mengonversi limbah menjadi satu kegiatan ekonomi baru dengan dampak sosial yang nyata, seperti terciptanya lapangan pekerjaan, merupakan hal yang selalu saya pikirkan. Perkenalkan, nama saya Dimas Kristi Kusumaputra, founder dari Rejo Farm Integrated Farming yang berlokasi di Dusun Rejontani, Kelurahan Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Di sini kami menjalankan kegiatan sociopreneur integrative farming yang bergerak di bidang pengolahan limbah, budidaya tanaman hortikultura, dan pengembangan usaha lainnya.
Awal mula usaha ini lahir dari obrolan santai ketika nongkrong di pos ronda atau rumah teman. Dari obrolan itu muncul ide bagaimana membuat kegiatan yang bisa dilakukan di sekitar kita, bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan dapat diandalkan sebagai usaha. Ide awalnya adalah mengolah limbah menjadi pupuk. Setelah memiliki pupuk, kami memanfaatkannya untuk bertanam. Dari situ berkembang lagi: kami menemukan beberapa jenis limbah lain, seperti susu dan roti kadaluarsa, yang kemudian kami kembangkan untuk usaha perikanan dan peternakan. Kini Rejo Farm tumbuh menjadi sebuah sistem utuh yang mencakup pengolahan limbah, pertanian, peternakan, perikanan, hingga wisata edukasi.
Menariknya, hampir tidak ada anggota Rejo Farm yang berlatar belakang sebagai petani. Teman-teman datang dari berbagai bidang, ada yang bekerja di rumah makan, perhotelan, engineering, pertukangan, hingga buruh kasar. Namun, karena pertanian erat kaitannya dengan teknik, kami menyusun SOP budidaya yang jelas. Dalam setiap percobaan, kami menguji dua hingga empat teknik sekaligus. Dari kendala yang muncul, kami menyempurnakan metode hingga menjadi standar baru. Memang awalnya sulit, tetapi seiring berjalannya waktu, kami menyadari semua tergantung pada keahlian dan ketekunan.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Memasarkan Produk Dengan Canvasing
Contoh kecil adalah ketika membuat bedengan melon. Awalnya terasa rumit, tetapi setelah terbiasa, ternyata mudah dilakukan. Dari situlah muncul optimisme untuk mengeskalasi usaha agar lebih besar. Teman-teman di Rejo Farm pun mulai melihat adanya jenjang pendapatan yang jelas: semakin besar tanggung jawab, semakin besar pula hasil yang didapat. Hal ini menjadi penyemangat, sekaligus membuka wawasan mereka tentang pentingnya sociopreneurship yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberi dampak sosial dan lingkungan.
Kini, masyarakat yang dulunya bingung membuang limbah organik justru menjualnya kepada kami. Limbah yang tadinya dianggap masalah, berubah menjadi sumber ekonomi baru. Contohnya adalah log jamur, yang dulu hanya dibuang. Karena kami membutuhkannya, akhirnya muncul vendor-vendor lokal yang khusus mengumpulkan dan menyetorkan log jamur ke Rejo Farm. Prinsip ini mirip dengan bisnis pengumpulan barang bekas, hanya berbeda pada material yang diolah.
Dalam pembuatan pupuk, kami memanfaatkan bahan sederhana di sekitar, misalnya urin kelinci dan buah. Namun, untuk melengkapi nutrisi, kami menambahkan bahan lain seperti guano. Dari sana lahirlah pupuk organik cair (POC) dan pupuk semi-organik. Kami menggabungkannya dengan pupuk kimia untuk menghasilkan formulasi yang siap digunakan oleh tanaman, baik dalam sistem konvensional maupun hidroponik.
Proses riset selalu dimulai dengan studi literatur, memastikan bahan yang dipilih memang memiliki kandungan hara makro dan mikro yang baik. Kami juga bekerja sama dengan profesor dari bidang mikrobiologi, kimia material, serta menjalin joint operation dengan universitas seperti ITS dan Telkom University. Kolaborasi ini membantu menghasilkan produk-produk pupuk hormonal maupun enzimatik yang inovatif. Limbah padat kami olah menjadi media tanam dan pupuk padat, sementara limbah cair kami proses menjadi POC. Semua formulasi ini kami gunakan untuk budidaya melon, semangka, tomat, terong, dan tanaman hortikultura lainnya.
Mayoritas tanaman yang kami kembangkan adalah melon, karena melon dianggap salah satu komoditas paling sulit. Prinsip kami, jika petani sudah mampu menanam melon dengan baik, maka tanaman lain akan lebih mudah. Sistem budidaya yang kami terapkan disebut kocorponik atau hidroponik kering, di mana nutrisi dialirkan melalui air. Awalnya kami menggunakan sistem kocor manual, tetapi kini dengan banyaknya greenhouse, kami beralih ke sistem independent drip. Sistem ini memanfaatkan limbah jerigen bekas, pipa konduit, dan tetesan langsung ke tanaman. Harapannya, model ini bisa ditiru oleh petani lain, baik di greenhouse modern maupun lahan konvensional.
Tentu dalam perjalanan ada kendala, terutama soal bibit yang beragam dengan karakteristik berbeda. Selain itu, karena lokasi kami memiliki kelembaban tinggi, serangan jamur menjadi tantangan terbesar. Namun alhamdulillah, dengan konsistensi dan inovasi, kami bisa panen secara teratur setiap dua minggu sekali.
Harapan kami, Rejo Farm bisa menjadi perusahaan berbasis sosial yang berkembang hingga tingkat nasional bahkan internasional. Saya percaya bahwa anak muda hanya perlu diinspirasi. Nasihat seringkali tidak mereka dengarkan, tapi inspirasi bisa menggerakkan mereka. Saya selalu mengibaratkan pertanian seperti bermain game: membangun sesuatu, mengatasi tantangan, lalu unggul di level berikutnya. Konsep ini yang ingin saya tularkan agar anak muda melihat pertanian sebagai sesuatu yang menarik dan menjanjikan.
Untuk siapa saja yang ingin berbagi ilmu atau tertarik dengan produk kami, silakan datang langsung ke Rejo Farm.
Menarik Untuk Dibaca : Masa Depan Sritex
Mau Konsultasi?