Karena itu, saya ingin menawarkan perspektif yang lebih sederhana namun tajam. Tools yang paling saya sukai untuk membuat marketing plan adalah 5A, yang sering juga disebut sebagai Customer Journey, Customer Path, atau Marketing Funnel. Model ini menggambarkan lima tahapan interaksi pelanggan dengan brand Anda, yaitu:
Awareness – saat pelanggan pertama kali terekspos pada brand melalui iklan atau media lainnya.
Appeal – saat mereka mulai tertarik.
Ask – saat mereka mulai mencari informasi, membandingkan produk dan harga.
Act – saat mereka memutuskan untuk membeli dan menggunakan produk Anda.
Advocacy – saat mereka merekomendasikan brand Anda kepada orang lain.
Langkah pertama untuk membuat marketing plan yang lebih tajam adalah melakukan audit. Tanyakan: Apa yang salah dari marketing plan tahun lalu? Apa yang sudah benar? Audit ini membantu menilai apa yang perlu ditingkatkan dalam siklus berikutnya, dan bisa dilakukan menggunakan framework 5A.
Menarik Untuk Dibaca : Tips Marketing WhatsApp
Contohnya, jika Anda menemukan bahwa brand Anda lemah dalam transisi dari aware ke appeal, artinya awareness-nya rendah. Bisa juga appeal-nya lemah—tidak ada daya tarik. Saya menyebut ini masalah no attraction. Atau, bisa jadi brand Anda tidak dicari dan tidak diperbincangkan, yang saya sebut no curiosity. Atau mungkin tidak ada yang membeli (nobody buys it), bahkan meskipun ada niat beli, produk Anda sulit ditemukan—masalah channel. Lalu ada juga kasus no love, di mana pelanggan kecewa dan tidak merekomendasikan brand Anda. Ini semua adalah masalah-masalah klasik dalam pemasaran.
Maka, tugas utama dalam membuat marketing plan adalah menentukan objektif yang tajam: apa yang benar-benar perlu diperbaiki. Saya membaginya ke dalam empat jenis objektif berdasarkan masalah utama yang terjadi sebelumnya:
Improve attraction: Jika masalah Anda adalah rendahnya daya tarik, maka perbaiki marketing communication. Pilih media yang lebih tepat, perbaiki pesan kreatif Anda, atau lakukan repositioning bila positioning saat ini tidak relevan dengan target market.
Improve curiosity: Jika masalah Anda adalah rendahnya rasa penasaran atau minat eksplorasi dari calon pelanggan, fokuslah pada content marketing. Buat konten menarik di media sosial, optimalkan SEO agar mudah ditemukan, dan bangun komunitas yang aktif membicarakan brand Anda.
Improve commitment: Jika tantangannya ada di penjualan atau distribusi, perbaiki channel management dan sales force Anda. Evaluasi struktur tim penjualan, cara pendekatan, sistem insentif, dan pertimbangkan untuk mencari partner distribusi baru atau menyempurnakan channel yang sudah ada.
Improve affinity: Jika pelanggan tidak mencintai produk Anda dan tidak merekomendasikannya, maka tingkatkan loyalty mereka. Bisa lewat loyalty program atau menciptakan pengalaman yang menyenangkan setiap kali mereka berinteraksi dengan brand Anda.
Intinya, marketing plan yang tajam tidak perlu panjang atau generik. Fokuslah pada masalah utama yang nyata terjadi, lalu pilih solusi yang paling relevan. Dengan demikian, marketing plan Anda akan benar-benar menjawab kebutuhan, dan jadi jauh lebih efektif.
Jika Anda ingin saya bahas solusi lainnya secara lebih mendalam, tuliskan di kolom komentar. Sampai jumpa di artikel berikutnya.
Menarik Untuk Ditonton : Mindset Dasar Menjadi Pengusaha
Mau Konsultasi?