Padahal jika budaya inovasi ini ditumbuhkan untuk semua tim, maka tentu dampak positifnya akan sangat terasa.
Seorang leader wajib mengetahui hal ini. Wajib tahu bagaimana caranya membangun budaya inovasi di dalam sebuah tim atau bisnis.
Kita ambil contoh Zappos sebuah perusahaan bergerak di bidang fashion. Yaitu lebih khususnya sepatu. Yang sangat terkenal dengan pelayanannya.Pada saat ada konsumen datang, dan sepatu yang mereka cari itu kehabisan stok. Maka apa yang dilakukan oleh karyawannya tersebut ?
Kebanyak di toko atau perusahaan pasti bilang, “maaf bapak/ibu stok kami habis” Kira-kira perasaan konsumen, bagaimana ? pasti sedih, karena barang yang mau dibeli tidak ready.
Apa yang dilakukan karyawan Zappos tadi ? Tanpa izin atasan, dia langsung mencarikan sepatu yang konsumen cari ke toko lain bahkan ke kompetitor. Pokoknya sampai dapat. Akhirnya dia beli dan di jual ke konsumen tadi, dan pastinya rugi secara financial, karena harus membutuhkan tenaga untuk mencari sepatu tersebut.
Tujuannya apa, agar konsumen yang datang di toko Zappos tersebut tidak sedih. Mereka bahagia. Itulah yang menjadi budaya karyawan Zappos.
Apa yang harus kita lakukan agar tim atau karyawan bisa mempunyai budaya inovasi pada pekerjaannya ?
Pertama yang harus dilakukan adalah ubahlah asumsinya dulu. Asumsi karyawan tersebut. Ketika asumsi berubah maka perilaku juga berubah dan akan menjadi budaya.
Pertanyaan besarnya bagaimana caranya ?
Kita harus paham dulu mengenai asumsi. Asumsi pada kepala itu tidak muncul begitu saja. Ada penyebabnya yaitu adanya pemicu yang datangnya dari luar. Apa itu ? perilaku dan keputusan yang dibuat oleh atasan, baik secara sadar atau tidak sadar. Dimana ketika atasan melakukan aktivitas harian, seorang karyawan pasti mempunyai asumsi pekerjaannya, oh ini boleh, oh ini tidak boleh.
Contoh : Ada karyawan baru di perusahaan anda. Karyawan ini memiliki gagasan – gagasan dan ide yang brilian. Pada saat itu ada meeting bersama leader. Ketika leader sedang menyampaikan gagasan dan idenya, tiba-tiba karyawan baru tersebut, interupsi dan mendapatkan tanggapan yang seolah-olah kok berani-berani interupsi pimpinan atau leader. Akhirnya, karyawan baru tersebut berasumsi bahwa di lingkungan kerja yang baru ini, ketika pimpinan berbicara, kita harus diam. Menyampaikan gagasan ketika hanya ditanya. Jadi budayanya seperti itu.
Untuk menciptakan budaya inovasi itu tidak hanya memainkan bentuk artefak atau kondisi ruang kerja. Tetapi mainkan pada asumsi para karyawan.
Menarik Untuk Dibaca : Bisnis Sebaiknya Fokus Apa Palugada ?
Sekarang, contoh di atas kita balik keadaannya. Seorang leader sangat terbuka dengan pendapat atau gagasan dari karyawannya, dan memberikan dukungan pengalaman-pengalaman baru yang secara spesifik untuk para karyawan.
Pengalaman – pengalaman ini tentu untuk menunjang kinerja dan loyalitas para karyawan. Ketika leader terbuka dengan pendapat para karyawan, maka seorang karyawan akan berasumsi lingkungan pekerjaannya sangat nyaman dan itu akan menciptakan perilaku-perilaku baik dan akhirnya menjadi budaya semua karyawan.
Contoh ringan saja. Sebuah perusahaan menerapkan, ketika waktunya sholat semuanya yang muslim harus berhenti bekerja dan melakukan sholat Jama’ah. Ini adalah sebuah budaya kecil yang penting dan menciptakan asumsi positif, terutama para karyawan baru.
Jadi, ketika menjadi seorang leader atau pemimpin, buatlah experience-experience baru untuk para karyawan. Ketika sudah merasa nyaman di lingkungan kantor, bahkan menganggap kantor adalah rumah kedua. Maka mereka pasti akan memiliki inovasi-inovasi dan kreasi di dalam pekerjaannya. Muncullah budaya-budaya inovasi yang baik.
Salam Sukses, Salam Satoeasa Untuk Indonesia.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Scale Up Dengan Shiiper
Mau Konsultasi?