Anda mungkin tidak langsung memasukkan produk ke keranjang; sistem tetap melacak selama beberapa hari. Jika akhirnya Anda membeli apa pun di toko yang sama, komisi rata-rata sekitar 4 persen akan masuk ke kreator, asalkan pesanan tidak dibatalkan atau direfund. Dari satu video podcast, misalnya, saya menghasilkan lebih dari 2.000 transaksi dan sekitar Rp 1,7 juta komisi.
Angka ini mungkin terdengar kecil, tetapi pergi ke kanal teknologi seperti Jagat Review—produk yang mereka tautkan bernilai jutaan rupiah, sehingga dengan persentase komisi yang sama, penghasilan mereka jauh lebih besar. Di sisi lain, penonton diuntungkan: tak perlu lagi menangkap layar rekomendasi, mencari manual di marketplace, lalu was-was tertipu produk palsu. Klik saja link resmi dan barang asli segera didapat.
Menarik Untuk Dibaca : Langkah – Langkah Memulai Blog Untuk Meningkatkan Bisnis Anda
Berdasarkan riset Kantar, 67 persen pengguna Indonesia lebih percaya pada brand yang dibahas kreator YouTube ketimbang platform lain. Nilai return on ad spend di YouTube bahkan 2,3 kali lebih tinggi dibanding kanal digital lain menurut Nielsen. Contoh konkret: kampanye “Divine” L’Oréal di Thailand—menggabungkan YouTube Shopping dan kolaborasi kreator—menghasilkan tayangan 10 kali lipat dan biaya dua kali lebih efisien dibanding format lama.
Mengapa ini relevan bagi pemilik UKM atau marketer? YouTube memiliki 120 juta pengguna di Indonesia; video commerce di Asia Tenggara melonjak empat kali lipat dalam dua tahun terakhir dan kini menyumbang sekitar 20 persen total penjualan e-commerce di Indonesia. Memasuki pasar lebih awal membuat Anda selangkah di depan kompetitor.
Kuncinya terletak pada storytelling. Produk harus hadir organik di dalam cerita, bukan muncul tiba-tiba sebagai iklan kaku. Gunakan kerangka Building a StoryBrand: jadikan audiens sebagai tokoh utama yang punya masalah, posisikan brand Anda sebagai “guide” yang memberi rencana jelas, lalu tunjukkan hasil akhir yang mereka inginkan.
Contoh singkat: penonton adalah pekerja kantoran yang kepanasan di KRL; brand Anda menyuguhkan kemeja adem anti-bau; solusi ditutup dengan ajakan klik link YouTube Shopping.
Banyak yang masih mengeluh, “Iklan lagi, iklan lagi.” Padahal frekuensi iklan ditentukan algoritma YouTube, bukan kreator. Kita punya dua pilihan: nikmati konten gratis diselingi iklan, atau bayar YouTube Premium tanpa iklan—yang keuntungannya pun tak langsung ke kreator. Klik link belanja adalah cara termudah mendukung kreator tanpa mengeluarkan biaya tambahan.
Jadi, apa langkah Anda?
Pengusaha/marketer: manfaatkan YouTube Shopping sebelum pasar sesak.
Kreator: mulailah menautkan produk relevan; tidak menambah kesulitan, tapi menambah pendapatan.
Penonton: bila konten membantu Anda, hargai kreator dengan belanja lewat link resmi mereka—atau, minimal, tekan tombol super thanks.
Ekosistem ini hanya sehat jika semua pihak saling mendukung. Mari kita manfaatkan peluang ini bersama-sama.
Menarik Untuk Ditonto : Cara Membuat Bisnis Plan Dalam Bisnis
Mau Konsultasi?