Cerita Usaha Tani ~ Untuk cabe jawa ini saya sukanya nanam sekali, panennya bisa berulang kali, dan harganya stabil sampai Rp97.000 per kilo kering. Penyimpanannya juga bisa lama, enggak langsung panen lalu jual. Jadi bisa disimpan seperti nabung emas.
Nama saya Sukma. Saya berasal dari Dusun Pripeh, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya fokus menekuni cabai Jawa, atau cabe puyang, atau ada juga yang menyebutnya cabe jamu. Latar belakang saya menekuni budidaya cabe jamu ini berawal dari pengalaman pribadi. Dulu saya bekerja di Jakarta, tetapi karena anak saya mengalami kecelakaan dan harus berobat seumur hidup, saya memutuskan pulang kampung. Saya sudah terbiasa bekerja, sehingga ketika menganggur rasanya tidak nyaman. Kebetulan ada lahan, dan saya teringat tetangga saya dulu pernah menanam cabe jawa meskipun hanya sedikit, tapi tanaman itu berumur panjang. Dalam hati saya berpikir, kenapa saya tidak menekuni itu saja.
Akhirnya saya mulai menanam cabe jawa karena umur tanamannya panjang, harganya relatif stabil (setelah saya survei ke pasar), budidayanya mudah, dan modalnya terjangkau. Cabe ini bisa dipanen seminggu sekali dan akan terus berbuah. Awalnya saya menjual hasil panen di Pasar Beringharjo dengan harga kisaran Rp50.000–Rp65.000 per kilo kering. Bagi saya itu sudah lumayan, apalagi sambil mengurus anak saya tetap punya penghasilan tambahan.
Setelah itu, saya mencari informasi harga cabe jawa di KUD. Ternyata di KUD harganya lebih tinggi, bisa sampai Rp80.000 per kilo kering. Lebih praktis juga, karena saya cukup naik motor bawa hasil panen tanpa perlu jauh-jauh ke Jogja naik kereta. Tidak lama kemudian, ada eksportir datang ke kebun dan menawarkan kerja sama dengan harga yang lebih tinggi lagi. Itu membuat saya semakin semangat karena harga cabe jawa ini relatif stabil. Bahkan ketika harga mencapai Rp97.000 per kilo kering, saya merasa sangat terbantu. Kalaupun anjlok, paling rendah Rp40.000 per kilo kering, dan itu masih untung.
Menarik Untuk Dibaca : Persaingan Marketplace
Cabe jawa ini satu famili dengan lada, sehingga rasanya pedas khas dengan kandungan minyak atsiri yang membuat pedasnya terasa sampai tenggorokan. Berbeda dengan cabe rawit atau cabe keriting. Penggunaannya pun beragam, mulai dari bahan jamu, bumbu masakan, hingga herbal. Dari sisi pemasaran jangan khawatir, karena banyak sekali yang mencari. Saya sering mendapat telepon dari pembeli yang berebut ingin membeli. Untuk pengolahan hasil panen, saya mengikuti permintaan konsumen. Ada yang minta dijemur langsung di bawah matahari, ada juga yang melalui proses perebusan dulu selama 1–2 menit, lalu ditiriskan, dijemur angin-angin, baru kemudian ke matahari. Kelebihan cara perebusan ini adalah jamurnya mati, sehingga hasil lebih tahan lama. Inilah yang membuat cabe jawa bisa disimpan seperti emas, menunggu harga naik sebelum dijual.
Untuk proses budidaya, pertama tanah digemburkan, dibersihkan dari rumput, lalu dibuat bedengan. Dua bulan sebelumnya saya sudah menanam ajir sebagai rambatan. Ajir yang saya gunakan ada yang dari kelor, dadap, dan kelir cedeh. Setelah berjalan, saya melihat kelir cedeh paling bagus dibandingkan kelor dan dadap yang cepat lapuk. Ajir saya buat setinggi dua meter karena buah cabe jawa cenderung muncul di bagian atas untuk mengejar sinar matahari.
Lubang tanam dibuat ukuran 20 × 20 × 10 cm, lalu dicampur setengah kilo pupuk kandang. Pada usia 1–4 bulan, perawatan hanya penyiraman (sehari dua kali saat masih muda, lalu seminggu dua kali setelah besar) dan pemupukan organik dengan pupuk kohe kambing yang dikocorkan dua kali sebulan. Setelah umur 4 bulan ke atas hingga 1 tahun, baru saya kombinasikan dengan pupuk kimia seperti NPK dan KCl, tetap selang-seling dengan pupuk organik. Cabe jawa mulai berbuah di usia 1 tahun.
Perawatan lain adalah memastikan tanaman mendapat sinar matahari minimal 85%, sehingga ajir harus dipangkas agar tidak menaungi. Untuk hama penyakit, di musim kemarau biasanya ada daun menggulung yang saya atasi dengan insektisida (sekitar tiga kali pemakaian). Di musim hujan tantangannya adalah penyakit layu, dan saya berusaha mengatasinya dengan arang kayu serta trikoderma.
Menurut saya modal budidaya cabe jawa tidak terlalu besar. Dulu saya hanya keluar biaya wajar untuk membayar tenaga mencangkul, sementara ajir bisa didapat dari lingkungan sekitar. Untuk lahan yang lebih luas, saya sarankan menggunakan ajir dari randu, gamal, atau jati putih, karena semakin tinggi ajirnya, semakin lebat buahnya. Tanaman cabe jawa sendiri bisa berumur 10–20 tahun.
Cabe jawa kini sudah mulai langka, tapi saya berharap dengan adanya konten-konten pertanian, tanaman ini bisa kembali populer. Pasarnya sangat luas, banyak yang membutuhkan. Bagi siapa saja yang berminat budidaya cabe jamu, saya siap berbagi informasi sesuai fakta, bukan janji kosong. Saya senang sekali bisa membantu masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan. Semoga ilmu ini bisa menjadi amal jariyah.
Menarik Untuk Ditonton : Penyebab Gagal
Mau Konsultasi?