Giant berdiri pada tahun 1994 dari negeri jiran Malaysia. Pendirinya bernama Theng Men chin. Setelah sukses di Malaysia beliau mulai ekspansi ke luar negeri salah satunya Indonesia. Dengan bekerja sama pengusaha lokal yaitu M.S Kurnia yang memiliki usaha retail P.T Hero Supermarket. Pada tahun 2002 pertama kali membuka di Tangerang tepatnya di Vila Melati. Pada saat itu Hero sangat terbantu dengan kerjasama tersebut. Bahkan bisa penjualannya bisa menjadi pesaing Carrefour yang pada saat itu juga naik daun.
Pada saat itu Hero memiliki gerai Giant sampai 100 yang tersebar di berbagai tempat dan memiliki karyawan 400 ribu orang.
Sedangkan Matahari Departement Store memiliki sejarah yang lebih panjang. Pada tahun 1958 Hari darmawan pada waktu itu masih usia 15 tahun membuka toko fashion anak-anak di daerah pasar baru Jakarta.
Pada tahun 2015 Hero mulai menutup gerainya di beberapa wilayah karena hembusan angin kencang yang membuat mereka harus menutup gerai tersebut. Tentu masalah utamanya adalah semakin sedikitnya orang yang mendatangi Giant untuk berbelanja.
Pada tahun 2020 Hero melaporkan Penurunan pendapatan dari Rp. 12, 2 triliun pada tahun 2019 menjadi 8,9 Triliun di tahun 2020. Hero juga melaporkan kerugian sebesar 1,2 Triliun. Akhirnya Direktur PT Hero menutup semua gerai pada Juli 2021.
Sedangkan Matahari juga hampir sama dengan Giant. Mulai menutup Gerainya di berbagai wilayah. Walaupun juga membuka gerai – gerai kecil yang memiliki tempat yang berpotensi. Hal ini memang adalah salah satu dampak dari pandemi covid-19.
Matahari mencatat rugi bersih sebesar 823 M sepanjang tahun 2020. Kondisi ini berbalik pada tahun 2019 yang masih mencatat laba bersih 1,34 T. Sementara pada tahun 2021 kerugian meningkat.
Mungkin Giant dan Matahari lambat dalam merespon perkembangan tersebut. Saat ini para pelanggan lebih suka belanja online. Mereka bisa memilih barang kesukaannya kapanpun dan dimanapun. Tanpa harus datang ke gerai. Apalagi adanya pancemi covid sangat mengubah gaya hidup masyarakat yang sangat cepat. Semuanya harus dilakukan secara online. Nah, hal ini lah yang mungkin mereka terlambat dalam beradaptasi.
Yongky Susilo seorang staf ahli Himpunan Peritel Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia mengatakan bahwa format hypermarket telah menderita pertumbuhan negatif dalam 7 tahun terakhir.
Pada november 2021 Matahari membeli saham Bank Nobu sebesar 549 M sebagai bentuk keseriusan omnichannel untuk pelayanan para pelanggan menggunakan transaksi digital.
Apakah Giant dan Matahari bisa sukses dalam memenangkan pasar lagi ?
Bisa iya bisa tidak. Mereka akan terus mencoba langkah-langkah baru. Kita lihat saja.
Apa yang bisa kita ambil dari kisah-kisah ini untuk bisnis yang sedang kita jalankan ?
Oke, salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia.
Mau Konsultasi?