
Mungkin di antara kamu ada yang sedang berkeinginan untuk membuka usaha, tapi masih bingung harus mulai dari mana, atau hal-hal apa saja yang perlu dipikirkan sebelum memulai. Pastikan kamu menonton video ini sampai selesai, ya!
Sebelumnya, aku juga pernah membuat video tentang tahapan memulai bisnis dari nol, dan penontonnya sudah cukup banyak. Jadi, pastikan kamu juga menonton video itu. Nah, kali ini aku akan membahas topik yang serupa, tetapi dari sisi yang berbeda. Aku ingin membahas poin-poin penting yang perlu dicermati sebelum menentukan jenis bisnis yang akan dijalankan. Tahap ini sebenarnya sangat penting, namun sering kali diabaikan. Akibatnya, banyak orang yang membuka usaha hanya bermodalkan nekat. Setelah keluar banyak modal, ternyata penjualan tidak sesuai harapan, bisnis rugi, dan akhirnya malah kapok berbisnis.
Memang, kesuksesan bisnis dipengaruhi oleh banyak faktor: mulai dari modal, waktu, ketepatan eksekusi, lokasi strategis, hingga faktor keberuntungan dan koneksi. Namun, kali ini aku ingin berbagi satu konsep teori menarik dari Michael Porter, seorang profesor di Harvard Business School. Michael Porter merupakan konsultan bisnis senior yang telah puluhan tahun meneliti perkembangan dunia bisnis—dari jatuh bangunnya perusahaan hingga faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan sebuah bisnis. Ia bahkan telah enam kali mendapatkan penghargaan Best Harvard Business Review Article of the Year dari McKinsey Award.
Menarik Untuk Dibaca : Jangan Salahkan Marketing
Michael Porter mengembangkan sebuah model analisis yang disebut Porter’s Five Forces Model, yaitu rumus untuk melihat kelayakan dan ketahanan suatu bisnis dalam jangka panjang. Melalui model ini, kita bisa menilai apakah sebuah usaha memiliki prospek yang sehat atau justru memiliki titik lemah yang perlu segera diperbaiki.
Poin pertama adalah jumlah pesaing di industri yang kamu incar. Pernah tidak kamu membuka usaha yang sedang hits, tetapi kemudian tidak bertahan lama karena kalah saing dengan kompetitor yang sudah lebih dulu mulai? Inilah yang dimaksud Porter sebagai rivalry among existing competitors. Jika jumlah pesaing sudah sangat banyak, ruang gerak kamu akan menjadi sempit karena industri yang penuh pesaing biasanya cenderung mengalami perang harga. Industri seperti ini sulit ditembus oleh pemain baru. Sebaliknya, jika industri tersebut masih memiliki sedikit pesaing, artinya masih banyak peluang untuk berkembang. Kamu bisa lebih bebas berinovasi, bereksperimen, dan menciptakan variasi produk.
Aspek kedua adalah ancaman dari pendatang baru. Ini berarti kita perlu memahami seberapa mudah industri tersebut dimasuki oleh pemain baru. Beberapa industri memiliki entry barrier yang tinggi—misalnya membutuhkan modal besar, pengetahuan teknis, lokasi tertentu, izin usaha, atau sertifikasi khusus. Sementara itu, ada juga industri yang sangat mudah dimasuki siapa saja.
Mengapa hal ini penting? Karena semakin mudah pesaing baru masuk ke pasar, maka bisnis kamu akan semakin rentan terhadap gangguan dan kompetisi baru. Idealnya, bisnis yang berada di industri dengan hambatan masuk yang tinggi akan lebih stabil dan tidak mudah terganggu oleh pendatang baru.
Poin ketiga adalah daya tawar pemasok atau supplier. Supplier adalah pihak yang menyediakan bahan baku atau produk setengah jadi yang kamu butuhkan untuk berproduksi. Misalnya, bagi pengusaha kopi kekinian, supplier-nya adalah petani atau distributor biji kopi. Bagi pengusaha furnitur, supplier-nya adalah penjual kayu.
Masalah muncul ketika bisnis terlalu bergantung pada satu atau dua supplier saja. Jika salah satu mengalami kendala—seperti bangkrut, menaikkan harga, atau menurunkan kualitas—operasional bisnis bisa terganggu. Maka dari itu, Porter menekankan pentingnya memiliki beberapa alternatif supplier agar bisnis tidak terlalu bergantung pada satu pihak. Idealnya, tidak boleh ada pihak yang memiliki kekuatan dominan hingga bisa mengendalikan harga bahan baku atau pasokan.
Berikutnya adalah daya tawar pelanggan. Hubungan antara penjual dan pembeli selalu bersifat tarik menarik. Penjual ingin menjual dengan harga tinggi agar mendapatkan keuntungan besar, sedangkan pembeli ingin mendapatkan harga serendah mungkin.
Customer dengan daya tawar tinggi bisa memengaruhi harga jual dan margin keuntungan kamu. Misalnya, dalam bisnis B2B, di mana hanya ada beberapa pelanggan besar yang membeli dalam jumlah banyak, biasanya mereka memiliki kekuatan untuk menekan harga. Jika kamu terlalu bergantung pada segelintir customer, bisnis menjadi rentan. Sebaliknya, jika pelanggan sangat membutuhkan produk atau jasa kamu dan memiliki daya tawar rendah, posisi bisnis kamu akan jauh lebih kuat.
Poin terakhir adalah ancaman dari produk substitusi, yaitu produk dari industri lain yang memiliki fungsi serupa dan dapat menggantikan produk kamu. Misalnya, aplikasi belanja online menjadi substitusi bagi toko fisik, atau aplikasi transportasi online menjadi substitusi bagi transportasi umum. Dalam bisnis konvensional, minimarket bisa menjadi substitusi bagi toko kelontong, dan restoran cepat saji bisa menjadi substitusi bagi warung tradisional.
Kamu perlu menilai seberapa mudah pelanggan beralih ke produk substitusi tersebut. Bisnis yang memiliki keunikan tinggi dan nilai tambah tersendiri biasanya lebih tahan terhadap ancaman produk substitusi.
Itulah penjelasan mengenai Porter’s Five Forces Model. Semoga penjelasan ini bisa menambah wawasan dan membantu kamu yang sedang berencana memulai usaha atau sedang merintis bisnis baru.
Menarik Untuk Ditonton : Public Speaking Untuk Bisnis
Mau Konsultasi?