Dua Minggu yang Hectic.
“Ok siap gaaasss” jawaban dari direktur Satoeasa, Imam Syafi’i saat dikontak oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY untuk mengerjakan lagi program Desa Preneur pada tahun 2022.
Tahun ini, Tim Satoeasa mendapatkan tambahan 6 desa baru sehingga total membersamai 14 desa. 6 desa baru pada tahap penumbuhan dan 8 desa lama tahap pengembangan. Desa Preneur sendiri merupakan desa yang memiliki kemampuan untuk menumbuhkan unit-unit usaha skala desa, yang diusahakan oleh warga desa itu sendiri melalui penguatan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha, peningkatan mutu produk/jasa, nilai tambah, dan daya saing dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa dan tercapainya kesejahteraan hidup warga. Program ini dijalankan untuk mendukung itu semua.
Desa Preneur sudah dijalankan Pemda DI Yogyakarta melalui Dinas Koperasi dan UKM sejak tahun 2016 dengan berbagai model seperti Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur dan K45PAK (Kiblat Papat Lima Pancer Adiluhung Kawentar) di berbagai desa/kalurahan. Mulai tahun 2021 ada dua model pendekatan tambahan, yaitu Giriloji (Gemah Ripah Loh Jinawi) dan juga Blangkon (Bermuatan Lokal, Bersaing Global, dan Berbasis Komunal) yang dijalankan oleh Satoeasa Untuk Indonesia.
Secara harfiah, Blangkon sendiri merupakan kependekan dari frasa Bermuatan Lokal, Bersaing Global, dan Berbasis Komunal. Sebuah konsep pengembangan ekonomi desa berbasis penguatan kapasitas secara komunal masyarakat desa (community development) dengan fokus mengangkat produk lokal unggulan desa sehingga mampu bersaing dalam kancah pasar global.
Baca Artike Menarik Lainnya di Mengenal Desa Preneur dengan Model Pendekatan Blangkon
Desa Preneur Blangkon merupakan salah satu pendekatan Desa Prenuer dengan pendampingan bisnis kepada produk unggulan lokal desa dimana dalam pelaksanaan Desa Preneur model Blangkon ini, peserta yang disasar adalah para pelaku usaha yang mempunyai produk bermuatan lokal seperti menggunakan bahan baku yang berasal dari wilayah desa, ataupun produk yang bahan bakunya berasal dari luar desa namun proses produksinya dijalankan di dalam desa sehingga ada nilai tambah yang berputar di wilayah desa, ataupun produk yang dia menjadi produk khas warisan dari nenek moyang atau produk-produk kultur dari desa tersebut.
Produk unggulan lokal desa ini didorong mempunya daya saing agar mampu bersaing di pasar global. Ada enam aspek penguatan daya saing pelaku usaha yang ditekankan diantaranya Aspek Produk/Produksi, Aspek SDM/Kewirausahaan, Aspek Penguasaan Pasar, Aspek Penguasaan Digital, Aspek Keuangan, dan Aspek Kelembagaan. Dengan memberikan enam aspek penguatan kepada para pelaku umkm yang memiliki produk unggulan lokal desa diharapkan mereka mempu bersaing di kancah pasar nasional dan global.
Selain itu, dalam pelaksanaannya, Desa Preneur ini tidak bisa terlaksana tanpa dukungan stakeholder yang ada di desa/kalurahan. Untuk itu diharapakan program Desa Preneur yang dijalankan oleh Dinas Koperasi dan UKM DI Yogyakarta ini menjadi gerakan bersama semua unsur yang ada di desa baik pemerintah desa, pelaku UMKM, kelompok usaha, dan juga BUMDESnya. Dalam desain program Desa Preneur Blangkon ditahun ke tiga perlu diinisiasi marketing hub yang bisa membantu pasar produk-produk unggulan lokal desa. Fungsi ini bisa dijalankan oleh kelompok usaha yang ada di desa namun akan lebih optimal jika bisa berada di bawahnya BUMDES sebagai salah satu unit usahanya.
Ke-hectic-kan sebenarnya sudah kami mulai dari sebelum lebaran kemarin dengan melakukan survei ke calon desa baru dan menjalin komunikasi monitoring kepada desa lama terkait penggunaan dana BKK untuk Desa Preneur.
Tercatat mulai tanggal 1 Juni 2022 pelatihan Desa Preneur Model Blangkon Tahap Penumbuhan mulai dilakasanakan. Enama desa penumbuhan ini meliputi:
1. Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul
2. Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul
3. Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo
4. Kalurahan hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo
5. Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo
6. Kalurahan Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo
Total pelaksanaan pelatihan selama 18 hari, cullll kesana cull kesini tim harus segera pindah desa setelah dari satu desa.
“Pelatihan harus segera kita selesaiakan, agar kita bisa segera fokus melaksanakan pendampingan.” ungkap Uun Agung Prasetyo, Koordinator Lapangan Desa Preneur Model Blangkon.
Dalam rencananya, setelah menyelesaikan pelatihan, Satoeasa menargetkan pendampingan sebanyak 16 kali pertemuan untuk setiap desanya. Untuk mengoptimalkan pendampingan sehingga hasilnya lebih optimal, pendampingan harus dijalankan intensif dan dengan sunguh-sungguh.
“Pendampingan ke-14 desa sudah kami mulai, desa baru/Penumbuhan setelah pelatihan ini ada yang sudah melaksanakan pertemuan. Sedangkan untuk desa lama/Pengembangan sudah mulai kita kerjakan meski belum melaksanakan pelatihan. Ini di karenakan pelakasanaan pelatihan di desa lama masih dimulai pada minggu terahir bulan juni.” Uun Agung Prasetyo menambahkan.
Adapun target tahun ini untuk desa penumbuhan, Satoeasa akan fokus pendampingan kepada penguatan produk seperti kemasan produk, izin usaha, standarisasi produk, dan penguatan digital marketing tingkat dasar. Sedangkan untuk desa lama fokus pendampingan lebih kepada penguatan kepengurusan Desa Preneur, Akses pasar dengan mendorong munculnya fungsi MarketHub di tingkat desa, Mengejar standarisasi produk bagi pelaku usaha yang belum memenuhi di tahun sebelumnya, literasi keuangan usaha, dan juga digital marketing lanjutan.
“Kami berharap pelaksanaan pelatihan dan pendampingan pada tahun ini bisa lebih optimal sehingga memberikan hasil yang maksimal.” Imbuh Imam Syafi’i
Untuk mendapatkan informasi tentangan pelaksanaan program Desa Preneur yang Satoeasa kerjakan bisa mengunjungi website kami di www.satoeasa.com
Mau Konsultasi?