Yogyakarta, sebuah kota yang tak hanya dikenal sebagai pusat seni, budaya, dan spiritualitas, tetapi juga tempat lahirnya berbagai gagasan alternatif. Ramualam dilahirkan bukan dari ruang rapat perusahaan besar, bukan dari modal berlimpah atau rencana bisnis yang kaku, melainkan dari obrolan-obrolan penuh makna, dari keresahan bersama terhadap pola hidup modern yang kian jauh dari alam, dan dari hasrat tulus untuk menyambungkan kembali manusia dengan warisan tradisi yang telah hidup selama ratusan tahun di tanah Nusantara.
Ramualam digagas oleh Nasarudin pada tahun 2023 yang kemudian mengajak tiga sosok lainnya: Nur Sahid, Rizki Aulia, dan Cahyaningrum. Masing-masing datang dengan keahlian dan cara pandang yang berbeda, namun memiliki satu kesamaan: mereka percaya bahwa rempah dan hasil alam bukan hanya warisan, tapi juga harapan.
Semua berawal dari sesuatu yang sederhana: ketertarikan kami pada tanaman herbal dan rempah-rempah, yang sejak lama menjadi penawar alami saat tubuh merasa tak seimbang. Rempah bukan hal asing di hidup kami, namun baru ketika kami mulai menggali lebih dalam, membaca riset-riset ilmiah kami benar-benar tersadar: rempah-rempah Nusantara menyimpan kekayaan luar biasa. Bukan hanya dari sisi manfaat, tapi juga dari sejarah, filosofi, bahkan nilai keberlanjutan yang sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang.
Dari situlah Ramualam mulai dibentuk bukan sekadar bisnis, tapi sebuah gerakan kecil yang ingin menjadikan rempah sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang sehat, modern, dan berakar pada budaya. Kami ingin memutus batas antara yang disebut “tradisional” dan “kekinian”. Kami percaya bahwa ramuan leluhur bisa dikemas dengan pendekatan kreatif, dikomunikasikan dengan bahasa yang segar, dan dihadirkan dalam bentuk yang elegan serta fungsional.
Kami percaya bahwa keberlanjutan tidak hanya berarti ramah lingkungan, tapi juga adil secara sosial dan relevan secara budaya. Oleh karena itu, setiap produk Ramualam dirancang tidak hanya untuk memberi manfaat kesehatan, tapi juga untuk merayakan bumi, mendukung petani lokal, dan menyampaikan cerita.
Ramualam bukan sekadar nama. Ia adalah doa, cita-cita, dan jalan pulang. Jalan pulang ke tubuh yang lebih seimbang, ke kehidupan yang lebih bijak, dan ke bumi yang lebih lestari.
Para Peramu
Nasarudin
Intuisi, Lingkungan, dan
Visi tentang Masa Depan
yang Sehat
Di balik sebuah merek yang berbicara tentang tradisi, rempah, dan kehidupan yang lebih selaras dengan alam, ada sosok muda yang berpikir melampaui tren sesaat. Dialah Nasarudin, pemuda kelahiran Yogyakarta dengan latar belakang pendidikan Teknik Lingkungan, namun lebih dikenal di kalangan sekitarnya sebagai pengamat pasar yang cermat, pemikir senyap yang selalu memandang masa depan dari celah-celah yang tidak dilihat kebanyakan orang.
Tidak seperti dugaan banyak orang, Nasarudin bukan herbalist, bukan peracik jamu, juga bukan ahli botani. Ia bukan anak desa yang tumbuh dekat dengan hutan, atau seseorang yang sejak kecil akrab dengan tanaman obat. Justru sebaliknya, perjalanannya dimulai dari rasa ingin tahu, keresahan, dan intuisi. Tiga hal inilah yang kemudian membawanya memulai sebuah gagasan yang kemudian tumbuh menjadi Ramualam. Saat kuliah di Teknik Lingkungan, ia makin memahami bahwa setiap aktivitas manusia berjejaring dengan keseimbangan bumi. Bahwa ketika manusia mengubah sesuatu, ada efek berantai pada air, udara, tanah, dan makhluk hidup lainnya.
Namun, hal menarik dari sosok ini adalah kemampuannya menjembatani idealisme dan realitas. Dengan ketertarikannya pada dunia digital, Nasarudin mulai memperhatikan bagaimana produk-produk sehat, natural, dan berlabel “alami” mulai mendapatkan tempat di pasar e-commerce. Dari pengamatannya, ada peluang besar yang belum tergarap maksimal: Indonesia sebagai negeri kaya rempah dan hasil bumi alami, justru kalah bersaing dalam penyajian, kemasan, dan narasi. Produk lokal sering kalah hanya karena tidak memiliki pendekatan visual yang modern, bahasa komunikasi yang segar, atau sistem distribusi yang rapi.
Dari sinilah ide besar itu tumbuh. Bukan hanya karena ia menyukai kombucha atau jamu, tapi karena ia melihat adanya gap besar yang bisa dijembatani. Ia membayangkan sebuah gerakan yang tidak hanya menghadirkan produk alami berkualitas, tetapi juga mengangkat citra rempah Nusantara ke ruang-ruang digital, galeri modern, rak kafe urban, hingga komunitas internasional.
Namun Nasarudin juga sadar bahwa ide saja tidak cukup. Ia tidak ingin Ramualam sekadar menjadi toko online yang menjual minuman sehat. Ia ingin membangun sebuah ekosistem di mana budaya, sains, rasa, teknologi, dan edukasi bisa berjalan berdampingan. Maka ia mulai menyusun satu fondasi penting: tim yang tepat. Tim yang bisa menghidupkan mimpi ini dari berbagai sisi: teknologi, pengolahan, pemasaran, estetika, budaya.
Alih-alih mencari orang dengan latar belakang yang sama, ia justru mengundang orang-orang yang sangat berbeda darinya. Ia percaya, keberagaman bukan kelemahan, tetapi kekuatan. Maka ia mengajak Nur Sahid, seorang IT yang berpikir sistematis dan modern; Arum, perempuan dengan kepekaan tinggi terhadap aroma, bahan alami, dan pengelolaan produk; serta Riza Aulia, sosok kreatif yang peka terhadap budaya, psikologi, dan seni. Keempatnya kemudian membentuk kerangka kerja Ramualam, bukan sebagai bisnis biasa, tetapi sebagai ruang kolektif yang tumbuh bersama.
Sebagai pemrakarsa, Nasarudin mengambil peran penting dalam riset pasar, pemetaan produk, pengembangan strategi penjualan, serta membangun koneksi dengan berbagai pihak. Pengalaman berjualan di berbagai platform e-commerce memberinya bekal kuat untuk memahami dinamika konsumen, tren digital, serta bagaimana membangun cerita merek yang tidak hanya menjual, tapi juga menyentuh sisi emosional audiens.
Begitulah Nasarudin membangun Ramualam dari kepekaan pada peluang, dari intuisi yang ditanamkan oleh kesadaran lingkungan, dan dari semangat menyatukan masa lalu dengan masa depan dalam botol-botol yang membawa cerita besar.
![]() |
Nur Sahid
Sistem, Teknologi,
dan Cara Pikir Modern
Setiap langkah Ramualam tidak hanya dituntun oleh rasa dan tradisi, tetapi juga oleh struktur, sistem, dan pendekatan modern. Di sinilah peran Nur Sahid menjadi sangat penting. Ia bukan hanya datang dari dunia IT tetapi juga dari cara berpikir yang menjunjung efisiensi, ketepatan, dan keberlanjutan operasional. Dalam ekosistem yang penuh dengan intuisi dan emosi seperti bisnis rempah, kehadiran sosok seperti Sahid menjadi jangkar rasionalitas yang menjaga semuanya tetap seimbang.
Sahid adalah pribadi yang cenderung pendiam namun berpikir dalam. Ia tidak mudah terbawa euforia, tidak tergoda oleh tren sesaat. Ia terbiasa melihat pola, menganalisis data, dan membangun sistem yang bisa bertahan dalam jangka panjang. Latar belakang profesionalnya di bidang teknologi informasi membentuk cara pandangnya terhadap banyak hal ia melihat proses sebagai sesuatu yang bisa dioptimalkan, dan keberhasilan bukan sekadar keberuntungan, tetapi hasil dari kerja sistematis yang konsisten.
Sebelum terlibat dalam Ramualam, Sahid telah mengelola bisnis fashion yang khas: kaos tie-dye dengan pendekatan visual yang kuat dan manajemen produksi yang rapi. Di sana, ia tidak hanya bermain di sisi artistik, tetapi juga menangani sistem produksi, rantai pasok, hingga strategi pemasaran digital. Ia tahu bagaimana menciptakan produk yang menarik secara estetika sekaligus efisien dalam produksi. Pengalaman itu menjadi fondasi kuat ketika Ramualam mulai dibentuk karena meskipun berbeda dunia, prinsip dasarnya tetap sama: produk yang baik harus bisa dikemas, dikelola, dan disampaikan dengan cara yang relevan.
Di Ramualam, Sahid berperan sebagai arsitek sistem di balik layar. Ia mengembangkan sistem inventori sederhana namun terukur, memastikan bahwa setiap botol yang diproduksi dapat ditelusuri asal-usulnya dari batch kombucha, tanggal fermentasi, hingga varian rasa. Ia membangun dan mengelola website, memikirkan alur pemesanan agar mudah digunakan, serta merancang database pelanggan untuk mendukung hubungan jangka panjang dengan komunitas Teman Ramu.
Namun kontribusinya tidak berhenti di sisi teknis. Lebih dalam lagi, Sahid adalah penerjemah antara tradisi dan teknologi. Ia adalah orang yang sering bertanya “kenapa?” dan “bagaimana?” saat ide-ide besar dilontarkan oleh tim lain. Bagi Sahid, bukan soal menolak kreativitas, tetapi memastikan bahwa kreativitas itu bisa dieksekusi secara nyata dan berkelanjutan. Ia melihat bahwa semangat melestarikan budaya harus didukung dengan fondasi digital yang kuat karena di dunia saat ini, produk yang tidak bisa diakses secara daring akan mudah tertinggal.
Ramualam, baginya, adalah ruang pertemuan antara dua dunia yang selama ini jarang berdialog: dunia alam yang kaya kearifan, dan dunia digital yang penuh kemungkinan. Ia menyadari bahwa warisan budaya Nusantara begitu luar biasa nilainya, tetapi sering gagal menjangkau generasi muda karena tidak dikemas dalam bahasa zaman. Oleh sebab itu, ia tidak hanya bekerja membangun sistem, tetapi juga ikut memikirkan bagaimana Ramualam bisa “berbicara” dalam bahasa masa kini: dari visual yang bersih, antarmuka website yang sederhana, hingga pengalaman digital yang menyenangkan.
Ia percaya bahwa rempah dan teknologi tidak harus berada di dua kutub yang berbeda. Sebaliknya, justru ketika keduanya bersinergi, akan lahir produk dan pengalaman yang luar biasa. Maka, ketika Ramualam berbicara tentang kombucha berbasis rempah Nusantara, Sahid memastikan bahwa bukan hanya rasanya yang otentik, tetapi juga bahwa pengalaman digital pelanggan—dari klik pertama hingga produk sampai ke tangan mereka—juga mencerminkan kualitas dan nilai yang diusung.
Bagi Sahid, keteraturan adalah bentuk cinta. Ia mencintai produk Ramualam dengan caranya sendiri: dengan menyusun struktur kerja yang efisien, menyederhanakan alur produksi, mempercepat proses distribusi, dan menyusun data menjadi alat pengambil keputusan. Ia mungkin tidak meracik kombucha, tetapi ia menciptakan sistem yang memungkinkan kombucha diproduksi secara berkelanjutan, legal, dan konsisten kualitasnya.
Ia sering menjadi jembatan antara kebutuhan lapangan dan pengembangan digital. Misalnya, ketika tim mengalami kendala dalam pelacakan fermentasi atau distribusi, Sahid tidak hanya memberi solusi dari balik meja, tapi terjun langsung ke dapur produksi untuk memahami alur dan mencari cara otomatisasi yang sesuai. Ia juga senang mengevaluasi data penjualan dan respons konsumen, lalu menyusunnya menjadi insight strategis yang bisa digunakan tim lain.
Dalam narasi besar Ramualam, Sahid mewakili cara pikir yang futuristik, praktis, dan akurat. Ia membawa visi bahwa kearifan lokal tidak harus selalu tampil tradisional. Bahwa produk warisan nenek moyang bisa dikemas dengan pendekatan modern tanpa kehilangan jiwanya. Dan bahwa sistem yang baik bukan untuk membatasi kreativitas, tetapi untuk menjaganya agar tetap hidup dan tumbuh secara berkelanjutan.
![]() |
Cahyaningrum
Rasa, Aroma, dan
Kepekaan Terhadap Alam
Lalu ada Cahyaningrum yang akrab disapa Arum, perempuan yang membawa aroma khas dari dunia minyak atsiri. Pengalamannya dalam mengolah ekstrak tumbuhan dan hasil bumi menjadikannya peka terhadap kualitas bahan dan proses. Ia bukan hanya tahu teori, tapi juga memegang keterampilan olahan yang presisi. Di dunia atsiri, satu tetes bisa mengubah segalanya. Kepekaan seperti itulah yang ia bawa ke Ramualam.
Latar belakang pendidikannya di bidang akuntansi membuatnya terbiasa bekerja secara sistematis dan presisi. Ia memahami pentingnya keteraturan dalam proses, pencatatan yang rapi, dan kejelasan dalam setiap keputusan. Namun jauh dari citra angka-angka yang kaku, hati Arum justru sejak lama berlabuh di dunia alam pada rasa, aroma, dan ketenangan yang hanya bisa diberikan oleh bahan-bahan murni hasil bumi.
Sebelum bergabung di Ramualam, Arum telah menjalankan bisnis aneka roti kuno, kue serta aneka makanan asli Indonesia yang ia kelola dengan rasa cinta terhadap budaya dan sejarah kuliner. Dari sana, ia membangun banyak relasi dengan pengrajin lokal, pemasok bahan alami, dan komunitas pelaku usaha kecil. Pengalaman itu membekalinya tidak hanya dengan rasa, tetapi juga jaringan—jaringan kehidupan yang kelak akan menjadi pondasi kuat bagi Ramualam untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.
Di dunia minyak atsiri yang sempat ia geluti, Arum mengenal betul betapa satu tetes bisa mengubah segalanya. Ia belajar untuk peka terhadap kualitas, proses, dan sumber bahan. Pengetahuan ini tidak ia bawa untuk meracik langsung seluruh produk Ramualam, tetapi untuk membantu memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan benar-benar aman, legal, dan berkualitas tinggi. Ia menjadi sosok yang mengurusi berbagai aspek penting yang sering luput dari sorotan: perizinan, legalitas produk, keamanan bahan, dan hubungan dengan regulator atau pihak ketiga yang berkaitan dengan produk-produk berbasis alam.
Dalam ekosistem Ramualam, Arum mengambil peran sebagai penjaga fondasi. Ia telaten dalam memastikan bahwa setiap bahan memiliki asal-usul yang jelas dan proses pengolahan yang sesuai. Ia berdiskusi dengan pemasok, memahami jalur distribusi bahan, hingga memastikan dokumen dan sertifikasi yang dibutuhkan tersedia dan sesuai. Kepekaannya terhadap detail menjadikan setiap langkah produksi Ramualam tidak hanya kreatif, tapi juga bertanggung jawab dan terstandarisasi.
Ia percaya bahwa mencintai alam bukan hanya soal memilih bahan alami, tetapi juga tentang merawat rantai prosesnya. Bahwa memproduksi minuman sehat tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab legal dan etis. Di tengah semangat inovasi yang ada di tim, Arum hadir sebagai pengingat bahwa keberlanjutan butuh aturan, struktur, dan kepatuhan.
Namun meskipun ia tidak langsung meracik rasa dalam setiap botol kombucha, sentuhannya tetap terasa. Relasi yang ia bangun dari bisnis sebelumnya menjadi modal sosial yang sangat penting bagi Ramualam untuk membuka banyak pintu.
Perannya juga sangat terasa dalam pengembangan produk baru. Meski ia tidak mencampur bahan secara langsung, namun ia kerap hadir dalam sesi uji coba, mencium aromanya, dan memberikan masukan dari sisi kenyamanan, kejelasan narasi bahan, atau kesesuaian dengan preferensi pasar yang ia kenali melalui pengalaman bisnisnya. Ia percaya bahwa rasa harus jujur, dan aroma harus bisa dipercaya karena di situlah letak koneksi antara produk dan manusia.
Arum juga sangat dekat dengan nilai-nilai inti Ramualam: keberlanjutan, kesehatan, dan pelestarian budaya. Ia melihat rempah bukan hanya sebagai komoditas ekonomi, tetapi sebagai warisan pengetahuan yang harus dijaga dan dikembangkan secara etis. Ia menyadari bahwa tanggung jawab bisnis herbal bukan hanya pada konsumen akhir, tapi juga pada para petani, pengrajin, dan alam tempat semua bahan itu berasal.
Dalam keseharian tim, Arum sering menjadi sosok yang menjembatani antara kebutuhan bisnis dan idealisme, antara semangat kreatif dan regulasi, antara kecepatan ekspansi dan ketelitian proses. Ia tahu bahwa yang tumbuh terlalu cepat bisa rapuh, dan yang dibangun dengan sabar akan bertahan lebih lama.
Arum adalah wujud dari kepekaan yang dibalut ketekunan. Di Ramualam, ia tidak hanya membantu memastikan bahwa produk sampai ke tangan konsumen dengan aman dan legal, tetapi juga menjaga agar seluruh prosesnya tetap sejalan dengan nilai-nilai yang diyakini bersama. Bahwa dalam setiap botol kombucha yang tersebar, bukan hanya rasa dan aroma yang berpindah tetapi juga tanggung jawab, cinta terhadap alam, dan ikatan antar manusia yang membentuknya.
Produk Ramualam tidak boleh hanya “bermanfaat”, tapi juga harus bisa membuat orang kembali dan terus kembali karena senang menikmatinya.
![]() |
Rizki Aulia
Psikologi Rasa,
Jiwa Budaya, dan
Suara Kolektif Ramualam
Rizki Aulia atau lebih akrab disapa Riza adalah sosok yang hadir di Ramualam dengan bekal yang unik: perpaduan antara ilmu psikologi, pengalaman kuliner, kecintaan pada seni, dan ketertarikan mendalam terhadap nilai-nilai budaya Nusantara. Latar belakang pendidikannya di bidang psikologi memberinya pemahaman tentang bagaimana pikiran, emosi, dan tubuh manusia saling terhubung dan bagaimana sesuatu yang sesederhana aroma rempah bisa membangkitkan ketenangan, kenangan, atau bahkan harapan.
Dari perspektif psikologi, aroma memiliki kekuatan luar biasa untuk menembus kesadaran. Ia menyadari bahwa wangi jahe, kayu manis, kapulaga, atau sereh bukan hanya menenangkan tubuh, tapi juga bisa menenangkan jiwa. Ada daya sugestif dalam rempah yang membawa orang pada memori rumah, pada kehangatan masa kecil, atau pada pengalaman spiritual yang mendalam. Inilah yang mendorongnya untuk terus menggali cara-cara bagaimana rempah bisa menjadi sarana pemulihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara batin.
Riza juga memiliki pengalaman nyata dalam bisnis kuliner, terutama salad sehat dan eksplorasi resep berbasis bahan alami. Ia terbiasa mengeksplorasi rasa, mencampurkan bahan-bahan lokal dengan pendekatan kreatif, dan menciptakan harmoni di atas piring. Ketertarikannya pada dunia rasa membuatnya sangat memperhatikan setiap detail produk Ramualam: dari pilihan bahan, kombinasi rasa, sampai cara menyajikannya agar terasa personal dan bermakna.
Selain itu, Riza aktif dalam kegiatan kesenian dan budaya, terlibat dalam pameran, festival, dan berbagai ruang kolaborasi kreatif. Dari sana, ia belajar bahwa budaya tidak harus dikurung dalam museum atau ritual-ritual formal. Budaya bisa dihadirkan dengan cara yang ringan, menyentuh, dan relevan dengan generasi masa kini. Dan rempah-rempah, menurutnya, adalah bagian dari budaya yang hidup bukan hanya warisan, tapi juga bahasa. Bahasa yang digunakan oleh para leluhur untuk berbicara tentang penyembuhan, kekuatan alam, dan keseimbangan hidup.
Di Ramualam, Riza bertanggung jawab dalam mengelola branding. Ia menaruh perhatian besar pada bagaimana pesan Ramualam disampaikan ke publik. Ia percaya bahwa sebuah merek bukan sekadar logo atau produk, tapi tentang pengalaman. Maka dari itu, ia merancang komunikasi yang terasa jujur dan dekat. Ramualam tidak berbicara kepada “konsumen”, melainkan kepada Teman Ramu, sebuah panggilan yang penuh rasa persahabatan dan ajakan untuk tumbuh bersama.
Dalam setiap konten yang disusun, dalam label produk, bahkan dalam pemilihan kata-kata di media sosial, Riza ingin agar setiap orang yang bersentuhan dengan Ramualam merasa dihargai, dimengerti, dan diajak untuk ikut dalam cerita yang lebih besar. Bukan sekadar cerita tentang rempah, tapi tentang akar budaya, tentang koneksi dengan alam, dan tentang membangun masa depan yang lebih sadar.
Ramualam, di tangannya, bukan sekadar bisnis minuman herbal. Ia menjelma menjadi ruang yang menyatukan rasa, visual, dan makna. Setiap botol kombucha adalah pengalaman. Setiap produk adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Dan setiap langkah kecil—dari memilih bahan baku, meracik rasa, hingga menyapa audiens dilakukan dengan penuh perhatian dan cinta.
Melalui perannya, Riza membawa Ramualam ke berbagai ruang kolaborasi: komunitas dan pasar kreatif. Ia membuka jalan agar Ramualam tidak hanya dikenal karena produknya, tetapi juga karena nilai-nilai yang dibawanya. Nilai tentang keberlanjutan, kesehatan, budaya, dan kesadaran hidup.
Ia percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal sederhana. Seperti duduk bersama, menikmati kombucha rempah, dan merasakan bahwa kita sedang menyatu dengan tubuh kita, dengan tanah tempat kita berpijak, dan dengan warisan yang telah lama menunggu untuk dihidupkan kembali.
Nama adalah Doa
Dari empat sosok itulah Ramualam terbentuk: satu orang dengan kemampuan membaca pasar, satu dengan keahlian teknologi, satu dengan tangan pengolah yang terlatih, dan satu dengan jiwa budaya yang hangat. Empat elemen itu bersatu dalam nama yang tak sembarangan: Ramualam.
“Ramu” adalah proses yang sakral di mana manusia mengolah bahan dari alam dengan hati dan ilmu. “Alam” adalah sumber segala kebaikan dan keseimbangan. Nama ini bukan hanya identitas, tapi juga filosofi kerja. Di Ramualam, semua diramu: rasa, fungsi, estetika, nilai, dan keberlanjutan. Semua kembali pada satu prinsip: sehat, alami, dan penuh makna.
Bukan Sekadar Brand, Tapi Sebuah Gerakan
Ramualam tidak diniatkan hanya sekadar menjadi sebuah bisnis. Sejak awal, ini adalah ruang kolaborasi. Ruang untuk menyuarakan bahwa hidup sehat tidak harus mahal, bahwa budaya bukan barang usang, dan bahwa kita masih punya banyak hal berharga dalam tanah dan tradisi kita sendiri.
Lewat Ramualam, Ramualam ingin menciptakan perubahan kecil yang konsisten, alami, dan berdampak. Dari Yogyakarta, mereka berharap bisa menjangkau lebih banyak orang mengenalkan cara hidup yang lebih selaras, lebih sadar, dan lebih menghargai bumi. Ramualam bukan hanya tentang produk. Ia adalah tentang hidup yang diramu ulang: hidup yang lebih lembut, lebih peduli, dan lebih terhubung dengan apa yang sebenarnya penting.
Awal yang Sederhana, Langkah yang Bermakna
Di tahun 2023, Ramualam memulai langkah pertamanya bukan dari gedung megah atau kantor besar yang dilengkapi fasilitas lengkap. Kami memulai dari sebuah ruko kecil yang sederhana di Jalan Sambisari, Sleman, Yogyakarta. Ruang itu tidak luas, bahkan sering terasa sempit saat kami harus menyusun stok produk, meracik bahan, atau sekadar duduk berdiskusi sambil menyusun mimpi-mimpi besar.
Kalau hujan turun, biasanya akan ada bocor di beberapa sudut ruangan. Kami sudah hafal di mana harus menaruh ember dan lap kain seolah itu bagian dari rutinitas harian. Sementara kalau siang datang dan matahari sedang terik, suasana di dalam ruko terasa seperti oven, panas menyengat, sesekali mengipas diri dengan kardus bekas kemasan. Tidak ada AC, hanya kipas angin yang bunyinya lebih kencang daripada anginnya.
Tapi justru di ruang sempit, pengap, dan kadang bocor itulah semua ide besar kami lahir, ide tentang bagaimana rempah bisa menjadi jembatan antara budaya, kesehatan, dan gaya hidup modern. Ruang yang serba terbatas itu mengajari kami banyak hal: tentang ketahanan, kreativitas, dan pentingnya percaya pada proses.
Kami menyadari bahwa untuk membuat Ramualam dikenal, kami tak bisa hanya menunggu orang datang. Kami harus hadir di tengah-tengah mereka. Maka, keputusan pun dibuat: kami harus mulai turun ke event, ke pasar komunitas, ke ruang-ruang yang mempertemukan kami dengan para calon Teman Ramu, sebutan kami untuk audiens dan pelanggan yang kami cintai.
Event Pertama: Kotabaru Ceria 2024
Pertengahan tahun 2024 menjadi titik awal yang tak terlupakan. Kami mendapat ajakan dari seorang rekan Riza, yang terlibat sebagai salah satu panitia di sebuah event bertajuk Kotabaru Ceria. Acara itu diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan menjadi salah satu ruang bertemunya UMKM, pegiat budaya, dan masyarakat yang haus akan inovasi lokal.
Awalnya, kami ragu. Jujur saja, kami sempat takut. Ini bukan sekadar event biasa. Ini adalah kali pertama kami harus “tampil di panggung” secara langsung, bukan hanya di balik layar media sosial atau platform digital. Ada rasa seperti “demam panggung”, layaknya seorang penyanyi yang pertama kali tampil di hadapan penonton.
Kami bertanya-tanya: “Siapa yang akan mampir ke booth kita? Apakah produk kita cukup menarik? Bagaimana jika orang tidak suka rasanya?” Tapi kami sadar, jika kami ingin dikenal, kami harus berani tampil. Kami pun mulai mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Persiapan Mental dan Materi
Kami menyusun apa saja yang akan kami bawa: kapsul herbal, jamu seduh, teasane, VCO, dan tentu saja Fertea kombucha khas Ramualam yang perlahan mulai menjadi primadona. Kami membuat daftar kebutuhan: botol tester, banner besar, rak display sederhana, dan bahkan beberapa toples kecil berisi rempah-rempah kering untuk keperluan edukasi.
Kami tahu bahwa banyak orang belum familiar dengan bentuk asli rempah yang sering mereka nikmati hanya dalam bentuk bubuk atau bumbu dapur. Maka kami ingin mengedukasi: “Inilah bentuk asli cengkeh, inilah jahe merah, inilah kapulaga dan kayu manis.” Kami percaya bahwa edukasi adalah bagian dari pelayanan, dan Ramualam harus mampu mengemban peran itu.
Kami menyiapkan tester Fertea dalam gelas-gelas kecil bukan untuk dijual, tapi untuk dikenalkan dan diceritakan. Kami tahu, memperkenalkan sesuatu yang baru tak bisa dengan paksaan. Maka strategi kami pun sederhana: suguhkan rasa, bukan rayuan. Kami tidak buru-buru menawarkan harga atau promosi. Kami hanya ingin para Teman Ramu berhenti sejenak, mencicipi, merasakan, lalu bertanya dalam hati: “Ini apa, ya?”
Bagi kami, Fertea bukan sekadar minuman fermentasi. Ia adalah pengalaman pertama, dan pengalaman pertama tak boleh terburu-buru. Kami biarkan rasa bicara, kami biarkan aroma menjelaskan. Dan ketika satu tegukan memunculkan rasa penasaran, barulah cerita kami dimulai.
Kami percaya, jika sesuatu menyentuh hati, orang tak butuh alasan tambahan untuk kembali. Bukan harga murah yang membuat mereka datang, tapi rasa yang bermakna.
Insight, Review, dan Pelajaran Pertama
Booth kami mungkin tidak paling besar, tapi kami memastikan tampil maksimal. Banner Ramualam kami bentangkan dengan bangga, dan display kami susun seindah mungkin. Meja kami tata dengan penuh cinta ada sentuhan rustic dengan rempah kering yang aromanya mulai menyebar.
Saat pengunjung mulai berdatangan, kami menyiapkan senyum dan pengetahuan. Tapi tetap saja, jantung kami berdetak kencang. Lalu saat pengunjung pertama datang dan berkata, “Ini apa, ya? Kombucha itu apa sih?” kami tahu, inilah momen yang kami tunggu.
Rasa takut perlahan berganti jadi rasa percaya diri. Kami mulai bercerita, menjelaskan, menawarkan tester, mendengarkan komentar dan pertanyaan. Dari situlah muncul interaksi yang paling berharga. Kami melihat bagaimana ekspresi orang berubah saat mencicipi kombucha: ada yang mengernyit penasaran, ada yang mengangguk sambil berkata, “Seger juga, ya,” dan ada juga yang langsung minta satu botol lagi untuk dibawa pulang.
Hari itu, kami tidak hanya membawa pulang hasil penjualan, tapi juga insight yang luar biasa banyaknya. Kami belajar bahwa pengunjung sangat menghargai produk yang jujur dan edukatif. Mereka ingin tahu apa isi produknya, bagaimana cara pembuatannya, dan manfaatnya bagi tubuh.
Kami juga belajar bahwa product knowledge adalah kunci. Bukan hanya sekadar tahu rasa enak atau tidak. Tapi harus tahu, misalnya, “Apakah kombucha aman untuk penderita diabetes?”, “Kalau saya punya asam lambung, boleh minum ini nggak?”, atau “Kandungan rempahnya apa saja?”
Kami sadar, menjual produk alam bukan seperti menjual minuman biasa. Ini bicara soal kepercayaan, kredibilitas, dan nilai. Maka sejak saat itu, kami makin serius mempelajari produk-produk kami. Kami menggali lebih dalam literatur tentang rempah dan kami memastikan bahwa setiap kata yang kami ucapkan kepada Teman Ramu memiliki dasar dan niat baik.
Event Selanjutnya: Pasar Wiguna dan Pasar Mustokoweni
Keberhasilan di Kotabaru Ceria memberi kami semangat baru. Kami mulai percaya bahwa Ramualam bisa hadir bukan hanya sebagai produk, tapi sebagai ruang perjumpaan nilai: antara tradisi dan inovasi, antara alam dan gaya hidup sehat.
Beberapa minggu kemudian, kami mendapat kesempatan mengikuti event Pasar Wiguna di Plaza Ambarrukmo dan Pasar Mustokoweni di kawasan dekat Tugu Jogja. Kali ini, kami lebih siap secara teknis, secara materi, dan secara mental. Kami bawa produk dengan packaging yang lebih rapi dan edukasi yang lebih tertata.
Namun, tantangan baru muncul. Di dua event ini, audiens yang kami temui lebih beragam. Ada dokter, pemerhati gaya hidup bahkan penggiat budaya. Pertanyaan mereka jauh lebih dalam: tentang komposisi, sourcing bahan baku bahkan beberapa bahkan ingin tahu: “Apakah kalian bekerja sama dengan petani lokal?”, atau “Bagaimana proses fermentasi kombuchanya?”
Di titik ini kami menyadari satu hal: untuk bisa berdiri di tengah komunitas yang sadar akan kesehatan dan budaya, kami tidak boleh hanya menjual rasa. Kami harus menjual pengetahuan, makna, dan integritas.
Kepercayaan Dibangun Lewat Proses
Setiap kali Teman Ramu membeli produk kami, itu bukan hanya transaksi ekonomi. Itu adalah perwujudan kepercayaan. Mereka percaya bahwa kami jujur tentang bahan, bahwa kami peduli pada proses, dan bahwa kami membawa nilai-nilai yang sejalan dengan mereka.
Event demi event membuat kami makin yakin bahwa Ramualam bukan sekadar brand, tapi medium perubahan. Perubahan gaya hidup, pola pikir, dan cara melihat kekayaan rempah Nusantara. Kami tidak ingin dikenal hanya karena “Ferteanya enak” atau “Wedrink nya nyegerin.” Kami ingin dikenal karena niat dan nilai yang kami bawa.
Refleksi dan Visi ke Depan
Perjalanan dari ruko kecil di Sambisari menuju panggung event komunitas bukan hanya soal langkah fisik. Ia adalah perjalanan dari niat. Kami belajar tentang ketakutan dan keberanian, tentang mendengar dan menyampaikan, tentang keraguan dan keyakinan.
Dan kini, Ramualam bukan lagi sekadar brand yang duduk diam di satu ruko. Kami telah melangkah ke luar, menjejak tanah komunitas, menghirup aroma pasar, dan berbicara langsung dengan mereka yang menjadi alasan kami ada.
Kami tahu, perjalanan ini masih panjang. Tapi dari setiap event, kami belajar satu hal yang tak pernah berubah: bahwa relasi adalah segalanya. Ramualam tumbuh karena jaringan, karena kolaborasi, karena kepercayaan yang dibangun pelan-pelan. Dan karena keberanian untuk memulai meski hanya dari ruko kecil yang penuh impian.
“Kami tidak akan pernah melupakan event pertama itu, karena di sanalah kami berhenti merasa takut, dan mulai percaya bahwa kami bisa.”
Meramu Ulang Tradisi, Menyuguhkan Inovasi
Awal mula Ramualam tidak langsung penuh warna seperti sekarang. Ketika kami memutuskan untuk benar-benar terjun dan menjual produk pertama kami, pilihan kami jatuh pada bentuk paling konvensional dan paling dikenal oleh masyarakat: kapsul herbal.
Waktu itu, pertimbangan kami sangat sederhana. Banyak orang yang sudah familiar dengan khasiat rempah-rempah seperti sambiloto, brotowali, daun jati cina, hingga ekstrak cacing tanah. Herbal-herbal ini telah lama dikenal sebagai penurun panas, pelancar pencernaan, hingga membantu metabolisme. Semua itu memang nyata, terbukti secara empiris dari zaman nenek moyang kita.
Jadi, ketika kami memformulasikan kapsul herbal Ramualam, kami membawa prinsip dasar yang sama: menyederhanakan kebaikan alam ke dalam bentuk yang mudah dikonsumsi. Kapsul menjadi jalan tengah antara dunia tradisional dan dunia modern. Tidak semua orang suka pahitnya brotowali dalam bentuk rebusan, tapi dalam kapsul, ia bisa ditelan tanpa harus berkompromi dengan lidah.
Namun, seiring berjalannya waktu, kami menyadari satu hal: jika kami hanya bermain di produk herbal konvensional, pertumbuhan kami akan terbatas. Masyarakat sudah akrab dengan bentuk produk seperti ini, namun pendekatannya sering terasa “jauh” bagi kalangan muda. Kami ingin menghadirkan sesuatu yang tidak hanya menyehatkan, tapi juga menarik dan relevan khususnya bagi generasi baru yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan dan keseimbangan gaya hidup.
Signature Ramualam: Saat Tradisi Bertemu Inovasi
Dari keresahan itu, lahirlah produk Signature Ramualam: jamu bubuk seduh dengan resep yang kami gali dari serat-serat kuno peninggalan leluhur Jawa. Bukan sekadar jamu, ini adalah bentuk penghormatan terhadap ilmu warisan yang telah ada jauh sebelum kita. Kami menyusun lima varian dengan khasiat yang spesifik, lengkap dengan nama-nama yang “njawani” dalam arti harfiah maupun filosofis.
Nama-nama ini bukan sekadar identitas, tapi bentuk narasi kecil yang ingin kami bangun—bahwa jamu bukan hanya pahit dan tua, tapi bisa juga berdaya pikat, segar, dan modern.
Setelah produk ini kami rilis, langkah berikutnya adalah menempatkannya di titik-titik strategis yang memiliki audiens yang selaras dengan nilai Ramualam. Kami mulai masuk ke apotek dan toko-toko organik di Yogyakarta, seperti Saridewi Organik dan Javaqu Organik. Dari sini, kami belajar satu pelajaran penting: membangun ekosistem itu tidak bisa sendirian. Dibutuhkan kerja sama dengan banyak pihak yang sevisi.
Namun, pertanyaan penting muncul kembali di tengah langkah ini: Apa produk yang bisa dikonsumsi setiap waktu, tanpa harus menunggu tubuh merasa sakit dulu? Sebab kenyataannya, banyak orang baru mengingat jamu atau herbal ketika tubuh mereka mulai lelah atau ada keluhan. Kami ingin hadir bukan hanya sebagai penawar, tapi juga sebagai teman harian yang bisa dikonsumsi secara santai dan preventif.
Kami pun mulai bertanya: “Bagaimana caranya agar rempah bisa menjadi bagian dari hidup, bukan hanya saat sakit?”
Pertanyaan itu tidak dijawab dalam semalam. Kami berdiskusi panjang, mencoba menggali pengalaman masing-masing, melakukan riset kecil-kecilan, dan mengamati tren global yang terus bergerak ke arah gaya hidup sehat berbasis natural.
Dari situlah lahir satu kesadaran baru: jika ingin membawa rempah ke ruang-ruang kehidupan modern, kami perlu menciptakan produk yang tidak hanya fungsional, tapi juga menyenangkan. Produk yang bukan hanya dirasakan manfaatnya, tapi juga dinikmati prosesnya. Harus ada rasa, aroma, tekstur, sesuatu yang lebih dari sekadar “sehat”.
Fertea: Kombucha Berjiwa Nusantara
Kami sempat terpikir membuat jamu segar seperti kunyit asam atau beras kencur—yang memang populer dan melekat erat dengan budaya kita. Tapi kami juga sadar, produk ini sudah banyak di pasaran, dan Ramualam ingin tampil beda. Maka kami mulai berdiskusi lebih dalam, membaca tren, dan menghidupkan kembali kekuatan kami: relasi.
Dari berbagai percakapan itu, lahirlah ide membuat kombucha minuman fermentasi teh yang dikenal sebagai probiotik alami dan sudah lebih dulu populer di kalangan penggiat gaya hidup sehat di luar negeri. Kombucha memiliki sensasi ringan seperti soda, tapi hadir dari proses alami, dengan manfaat yang kaya untuk pencernaan dan imun tubuh. Kami kembangkan, kami formulasi, lalu kami beri nama: Fertea.
Nama ini bukan sekadar permainan kata dari “Fermented” dan “tea”, tapi juga simbol bahwa produk ini lahir dari upaya penyatuan nilai-nilai alam, ilmu, dan cita rasa. Dalam waktu singkat, Fertea menjadi semacam “anak emas” Ramualam. Bukan karena kami memanjakannya, tapi karena ia benar-benar menjadi pintu masuk banyak Teman Ramu untuk mengenal Ramualam lebih jauh.
Melalui Fertea, kami hadir di berbagai event, menyebar tester, dan memancing percakapan. Banyak Teman Ramu yang awalnya penasaran, lalu akhirnya jatuh cinta. Sebab Fertea bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita: tentang fermentasi yang hidup, tentang tubuh yang sehat, tentang pilihan gaya hidup yang lebih selaras dengan alam.
Fertea hadir dengan tujuh varian rasa. tujuh varian rasa, masing-masing dengan karakter uniknya sendiri. Perjalanan formulasi dan pengujian rasa dari ketujuh varian ini adalah hasil dari diskusi panjang, uji coba bertahap, dan masukan langsung dari Teman Ramu.
Berikut adalah ketujuh rasa Fertea yang saat ini tersedia:
Ketujuh varian ini adalah hasil dari eksplorasi kami terhadap kemungkinan rasa dalam fermentasi teh, sekaligus menjadi cerminan filosofi Ramualam: bahwa rempah bisa menjelma menjadi apapun—selama kita memiliki keberanian untuk mengeksplorasi dan meramu.
Setiap rasa juga memiliki “pasarnya” sendiri. Misalnya, Strawberry dan Mangga banyak digemari remaja dan pemula kombucha, sementara Mix Herbs dan Cengkeh justru digandrungi oleh para penggiat gaya hidup sehat yang sudah familiar dengan cita rasa kuat dan manfaat probiotik alami.
Melalui ragam rasa ini, kami tidak hanya menghadirkan variasi produk, tapi juga menghadirkan pilihan gaya hidup yang lebih inklusif. Karena kami percaya bahwa sehat bisa menyenangkan, rempah bisa akrab, dan fermentasi bisa fashionable.
Namun inovasi tidak berhenti di situ. Kami ingin menghadirkan produk lain yang lebih “santai” yang tidak terlalu niche seperti kombucha, tapi tetap unik dan punya daya tarik khas Ramualam.
Wedrink: Minuman Rempah yang “Seru”
Melihat antusiasme masyarakat terhadap Fertea, kami merasa semangat ini bisa dikembangkan lagi. Lalu lahirlah produk Wedrink, minuman siap minum berbahan dasar rempah yang kami kombinasikan dengan buah kering dan chia seed. Kami menciptakan dua varian:
Kedua varian ini juga kami lengkapi dengan buah kering dan chia seeds, yang tidak hanya menambah tekstur dan keunikan visual, tapi juga nilai gizi. Chia seeds mengandung omega-3, serat, dan antioksidan, sementara buah kering memberikan sensasi kunyahan kecil yang membuat minuman ini tidak datar. Keduanya menyajikan perpaduan rasa yang kompleks namun bersahabat. Banyak Teman Ramu menyebut Wedrink sebagai minuman yang “seru” karena sensasinya tidak biasa, tapi tetap menyegarkan dan familiar. Wedrink menjadi cara lain bagi orang untuk berkenalan dengan rempah tanpa harus merasa seperti “minum obat”. Cocok diminum kapan saja. Saat kerja, istirahat, atau setelah olahraga ringan.
Herbsyrup: Kreativitas dalam Botol
Tak lama setelah Wedrink, kami menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang satu visi untuk menghadirkan produk lain bernama Herbsyrup. Ini adalah sirup herbal yang bisa dikreasikan oleh Teman Ramu sendiri—bisa dicampur air dingin jadi mocktail, dijadikan bahan baking, bahkan untuk masakan.
Kami membuat delapan varian rasa:
Herbsyrup adalah jawaban atas kebutuhan masyarakat yang ingin sesuatu yang fleksibel, enak, dan tetap sehat. Ia menjembatani antara dunia modern yang penuh kreativitas dan dunia lama yang kaya kearifan.
Menjamu: Wedang Sekali Seduh
Terakhir, namun sangat istimewa, adalah produk Menjamu. Ini bukan serbuk instan atau jamu bubuk, melainkan wedang seduh sekali pakai. Sejenis wedang uwuh, tapi kami kemas lebih modern dan praktis. Saat tubuh sedang tidak enak badan, banyak orang enggan repot meracik sendiri. Di sinilah Menjamu hadir sebagai solusi alami yang tetap nikmat. Kami merilis dua varian:
Melalui Menjamu, kami ingin membawa kembali kebiasaan baik: minum ramuan hangat saat tubuh mulai memberi tanda. Produk ini juga menjadi salah satu bentuk inovasi kami untuk tetap menghadirkan kehangatan budaya dalam balutan kemudahan zaman sekarang.
Menatap ke Depan
Kini, dengan enam lini produk utama: Kapsul Herbal, Ramualam Signature, Herbsyrup, Fertea, Wedrink, dan Menjamu, Ramualam terus melangkah maju. Setiap produk adalah hasil dari eksplorasi, riset, dan keterbukaan terhadap masukan. Tapi lebih dari itu, mereka adalah wujud komitmen kami untuk menghadirkan alternatif hidup sehat yang membumi, berakar budaya, dan berpijak pada keberlanjutan alam.
Inovasi bagi kami bukan sekadar menciptakan yang baru. Inovasi adalah keberanian untuk menyambungkan masa lalu dengan masa depan, melalui rasa, cerita, dan kesadaran yang tumbuh perlahan-lahan. Ramualam bukan hanya soal produk, tetapi tentang bagaimana kita merawat diri dan bumi dengan cara yang lebih bijaksana, setiap hari.
Melangkah Lebih Berani
Setelah melewati beberapa bazar lokal, semangat kami di Ramualam tumbuh semakin kuat. Bukan hanya karena produk kami mulai dikenal, tapi karena kami mulai mengenali diri kami sendiri, mengenali potensi, nilai, dan visi yang kami bawa. Dari awalnya hanya berani menyapa pelanggan lewat tester kecil dan cerita ringan di booth sederhana, kini kami mulai membayangkan langkah yang lebih besar.
Di akhir tahun 2024, kami memutuskan untuk mendaftarkan Ramualam dalam sebuah program inkubasi bisnis nasional bernama PFPreneur. Program ini diselenggarakan oleh Pertamina Foundation dan berada di bawah naungan Pertamina. Rasanya seperti ingin ikut perlombaan maraton, padahal baru saja bisa berjalan.
Namun, justru karena itulah kami berani. Kami sadar, untuk tumbuh, kami perlu belajar lebih banyak. Kami ingin melihat apa yang terjadi di luar lingkar kecil kami di Yogyakarta. Kami ingin tahu seperti apa wajah-wajah UMKM dari Sabang sampai Merauke. Seperti apa produk, inovasi, dan cara mereka menyampaikan nilai-nilai lokal yang mereka bawa. Dan yang paling penting, kami ingin mengukur seberapa siap Ramualam diterima di lingkup yang lebih luas.
Pendaftaran dilakukan secara online, dan tahapannya cukup panjang. Setiap minggunya kami harus menyelesaikan beragam tugas: menulis esai, membuat video konten, menyusun analisis pasar, hingga merancang strategi bisnis jangka panjang. Prosesnya cukup intens, dan semua dilakukan sambil kami tetap menjalankan produksi, melayani pelanggan, dan menjaga alur harian bisnis kami yang masih kecil ini.
Namun, justru dalam tekanan itulah kami ditempa. Kami belajar mengelola waktu, menyusun prioritas, dan yang terpenting mengartikulasikan ulang siapa kami dan untuk apa kami hadir. Kami juga disadarkan bahwa inovasi bukan berarti harus canggih dan rumit. Terkadang, keunikan lokal yang dikemas dengan cara yang jujur dan relevan sudah cukup untuk menjadi inovasi. Di sinilah kami melihat bahwa Ramualam punya kekuatan. Kombinasi antara rempah, budaya, dan pendekatan hidup sehat ternyata belum banyak disentuh secara menyeluruh oleh brand lain. Ada celah, ada ruang, dan ada kebutuhan nyata yang bisa kami isi.
Ketika pengumuman Top 350 PFpreneur se-Indonesia diumumkan dan nama Ramualam masuk dalam daftar, kami sempat terdiam beberapa saat. Senang? Tentu saja. Tapi yang lebih besar adalah rasa percaya diri yang tiba-tiba muncul. Sebuah validasi bahwa apa yang kami bangun bukan sekadar khayalan idealis, tapi benar-benar punya tempat dalam ekosistem usaha berbasis keberlanjutan di Indonesia.
Dari program tersebut, kami tak hanya mendapatkan ilmu dari para mentor, tapi juga jaringan baru: sesama pelaku UMKM dari berbagai daerah yang menghadirkan produk dengan nilai luhur dan inovasi luar biasa. Ada yang membawa anyaman khas daerah, ada yang mengolah rendang dari jamur, ada yang memiliki produk kuliner khusus penyintas down syndrom, semuanya membuat kami merasa kecil, tapi juga bersemangat. Karena di tengah keragaman itu, kami merasa Ramualam punya posisi yang unik.
Program ini juga mempertemukan kami dengan banyak perspektif baru dalam mengelola usaha. Kami belajar menyusun strategi jangka panjang dengan lebih terarah, mengenal lebih dalam tentang segmentasi pasar, dan menyadari pentingnya storytelling dalam membangun brand yang punya jiwa.
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian program dan berhasil masuk dalam daftar peserta unggulan, kami merasakan lonjakan semangat yang besar. Kami mulai menyusun ulang roadmap Ramualam, bukan hanya untuk satu atau dua tahun ke depan, tapi dalam skala lima hingga sepuluh tahun. Kami mulai membayangkan bagaimana cara kami bisa menumbuhkan usaha tanpa kehilangan akar. Bagaimana membawa nilai budaya dan kebaikan alam tanpa menjadi sekadar tren musiman.
Lalu memasuki tahun 2025, kami mulai memantapkan langkah untuk membawa Ramualam lebih dalam lagi ke ranah pengembangan bisnis berkelanjutan. Kami pun mendaftarkan diri ke Program Inkubasi Bisnis 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY. Program ini kami anggap sebagai lanjutan dari perjalanan belajar kami.
Dapatkan materi dan cerita INKUBASI BISNIS 2025 di sini!
Di sini, fokusnya lebih kepada penguatan struktur bisnis. Bagaimana membuat pencatatan keuangan yang solid, menyusun manajemen inventaris, memetakan perizinan yang diperlukan, hingga menyusun sistem distribusi. Pendekatannya lebih teknis, tapi justru sangat kami butuhkan. Karena kami sadar, kreativitas dan nilai saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan manajemen yang rapi dan kuat.
Mentoring dalam program ini juga banyak bersinggungan dengan realita UMKM lokal: tantangan dalam menjaga kualitas produksi, menjaga relasi dengan supplier, hingga memahami kebutuhan pasar DIY yang sangat unik dan beragam. Kami merasa tertantang dan terus terdorong untuk berpikir lebih strategis. Kami juga bertemu dengan sesama pelaku usaha lokal yang punya semangat serupa dalam mengangkat potensi daerah masing-masing.
Yang membuat kami terus maju adalah satu keyakinan: bahwa Ramualam adalah lebih dari sekadar produk. Ia adalah narasi yang ingin kami bawa ke mana pun kami melangkah. Narasi tentang bagaimana rempah tidak hanya menyembuhkan, tapi juga menghubungkan: antara manusia dengan alam, antara masa lalu dan masa depan, antara budaya dan inovasi.
Dari ruko bocor di Sambisari yang panasnya seperti oven saat siang hari, kini kami mulai berjalan menembus ruang-ruang baru yang tak pernah kami bayangkan. Masih banyak hal yang belum kami ketahui, masih banyak kesalahan yang mungkin kami lakukan. Tapi kami tahu, setiap langkah ini adalah bagian dari pertumbuhan.
Inkubasi demi inkubasi, program demi program, kami ikuti bukan semata ingin menang atau diakui. Kami ingin belajar. Kami ingin membentuk Ramualam menjadi rumah yang kokoh bagi nilai-nilai yang kami percaya. Rumah yang bisa menjadi tempat bernaung bagi ide-ide baru, untuk kolaborasi lintas komunitas, lintas budaya, bahkan lintas generasi.
Dan di setiap langkahnya, kami tidak pernah sendiri. Ada Teman Ramu yang selalu mendukung, memberi masukan, mencicipi dengan jujur, dan ikut tumbuh bersama kami. Kami percaya, perjalanan ini masih panjang. Tapi satu hal pasti:
“Kami akan terus melangkah, karena kami percaya bahwa apa yang kami bangun bersama ini, adalah untuk kehidupan yang lebih sehat, lebih berkelanjutan untuk Alam dan Budaya Nusantara.”
Terus Meramu Langkah Pasti
Ramualam tidak berhenti pada menciptakan produk berbasis rempah, tapi terus bergerak menjadi ruang yang lebih luas: tempat belajar, berbagi, dan bertumbuh bersama. Kami percaya bahwa kekuatan rempah bukan hanya soal rasa dan manfaatnya, tapi juga tentang bagaimana ia bisa menyatukan gaya hidup sehat, keberlanjutan alam, dan pelestarian budaya. Maka dari itu, kami berkomitmen untuk mengembangkan Ramualam sebagai wadah edukatif dan kolaboratif—baik secara online melalui konten yang inspiratif, maupun secara offline lewat workshop, temu komunitas, dan kegiatan yang selaras dengan nilai-nilai kami.
Setiap langkah kami berpijak pada sepuluh nilai utama: keberlanjutan (sustainability), kesehatan (health), warisan budaya (cultural heritage), inovasi, integritas, edukasi, pemberdayaan, kolaborasi, tanggung jawab, dan kemurnian alami (natural). Kami percaya bahwa dengan merawat bumi dan budaya, mendukung petani lokal, serta terus berinovasi secara bertanggung jawab, Ramualam dapat menjadi jembatan antara kearifan lama dan kebutuhan zaman. Bukan sekadar menghadirkan produk alami, tetapi juga cara pandang baru terhadap hidup yang lebih selaras.
Ke depan, Ramualam ingin menjadi ekosistem. Bukan hanya untuk penikmat jamu dan rempah, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin hidup lebih sehat, lebih sadar, dan lebih membumi. Kami ingin berjejaring dengan komunitas, pelaku industri, petani, serta siapa saja yang percaya bahwa kebaikan bisa tumbuh dari hal-hal sederhana yang diolah dengan penuh niat. Karena sama seperti tagline kami “Meramu Kemurnian Alam Sepenuh Hati”.
“Ramualam bukan sekadar produk, tapi sebuah ruang hidup dan ajakan untuk Kembali
ke akar: merawat tubuh, menjaga bumi lewat keberlanjutan,
dan menjunjung tinggi kearifan budaya Nusantara.”
………..…………………………………………………………………………………………………………………………………
Saluran Resmi:
Website: www.ramualam.com
Instagram: @ramualam.official
Facebook: Ramualam Official
YouTube: RAMUALAM OFFICIAL
WA Bussiness: ADMIN
Mau Konsultasi?