Awalnya, Yusuf mengaku tidak menyukai melon, terutama melon hamparan yang sering ia temui. Namun, setelah mencoba melon premium yang terkenal dengan rasanya yang manis dan harganya yang mahal, ia mulai tertarik untuk mengembangkan usaha tersebut. Berbekal modal sekitar Rp60 juta, Yusuf mendirikan greenhouse lengkap dengan instalasi sistem hidroponik berbasis cocopit dan dripper. Kini, ia mengelola lahan seluas 400 m² di belakang rumahnya dan berencana untuk memperluas usaha hingga 800 m².
“Saya memilih melon karena perputarannya cepat, hanya butuh waktu 2 bulan hingga panen. Dibandingkan tanaman lain seperti padi atau jagung, melon jauh lebih menguntungkan,” ujar Yusuf. Ia juga menambahkan bahwa melon lebih mudah ditanam di dalam greenhouse karena minim serangan hama dan penyakit, serta lebih stabil dalam hal harga jual. Melon-melon premium seperti Intanon dan Sweetnet menjadi andalannya, dengan harga yang mencapai Rp25.000 hingga Rp28.000 per kilogram. Kualitas melon premium ini membuatnya selalu laku di pasaran.
Menarik Untuk Dibaca : Kurangi Ini JIka Ingin Sukses
Perjalanan Yusuf dalam bertani melon hidroponik tidak selalu mulus. Ia bercerita bahwa di awal usahanya, banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari kurangnya pemahaman hingga kekhawatiran keluarganya. Orang tuanya sempat meragukan keputusan Yusuf untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar ke pertanian melon. “Orang tua saya bilang, kenapa enggak beli sapi saja? Hasilnya pasti terlihat dalam setahun,” kenangnya. Namun, seiring waktu, hasil panen melon yang besar dan berkualitas membuat keluarganya mulai mendukung usahanya.
Yusuf juga aktif belajar dan berdiskusi dengan komunitas petani hidroponik di Tulungagung. Dari obrolan santai sambil ngopi hingga saling bertukar pengalaman, ia mendapatkan banyak wawasan yang membantu mengembangkan usahanya. “Awalnya saya belajar dari YouTube, tapi dengan bergabung di komunitas, saya jadi lebih paham dan percaya diri,” katanya.
Sistem hidroponik yang digunakan Yusuf memiliki banyak keunggulan. Aliran nutrisi dan air diatur secara otomatis menggunakan pompa, sehingga tanaman mendapatkan pasokan yang stabil setiap hari. Ia juga menggunakan metode cocopit, yang lebih efisien dan mudah diterapkan dibandingkan sistem soil. Selain itu, Yusuf kini mulai bereksperimen dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique), yang memungkinkan proses tanam ulang menjadi lebih cepat dan efisien.
Yusuf mengakui bahwa kesuksesannya tidak lepas dari cinta dan dedikasinya terhadap tanaman. “Kalau sudah cinta sama tanaman, sehari saja enggak lihat rasanya kangen. Hasilnya juga beda kalau kita urus dengan hati,” ujarnya. Meski saat ini ia masih mengelola semua proses sendiri, Yusuf berencana untuk memperluas usahanya dan merekrut pekerja agar usahanya bisa semakin berkembang.
Perjalanan Yusuf dari seorang TKI hingga menjadi petani melon sukses adalah bukti bahwa peluang besar ada di depan mata bagi mereka yang berani mencoba dan bekerja keras. Dengan visi yang jelas dan semangat yang pantang menyerah, ia tidak hanya menciptakan peluang untuk dirinya sendiri, tetapi juga menginspirasi generasi muda lainnya untuk melihat pertanian sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
Muhammad Yusuf, seorang petani melon hidroponik dari Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, memiliki perjalanan hidup yang inspiratif. Setelah bekerja selama enam tahun sebagai TKI di Taiwan, ia memutuskan untuk pulang, menikah, dan memulai usaha pertanian melon di desanya. Yusuf, yang dulunya mengandalkan gaji besar di luar negeri, kini berhasil meraih penghasilan stabil dari bisnis melon hidroponik premium yang ia kelola di greenhouse miliknya.
“Ketemu istri waktu kerja di Taiwan, tahun 2019. Lalu tahun 2024 ini, kami menikah,” ujar Yusuf. Meski sempat menghadapi tantangan dalam meyakinkan istrinya untuk kembali ke Indonesia dan menjalani usaha bertani, Yusuf optimistis bahwa hasil panen yang menjanjikan bisa menjadi jawaban. “Memang panas bekerja di rumah dan di greenhouse, tapi kalau lihat hasil panen yang di atas Rp10 juta, rasanya semua terbayar,” tambahnya.
Yusuf memilih melon hidroponik karena prosesnya yang terstruktur dan hasilnya yang stabil. Dengan menerapkan SOP yang ia pelajari dari senior-seniornya, Yusuf memastikan tanaman melonnya selalu sehat dan bebas dari serangan hama yang berlebihan. Sistem drip irrigation yang digunakan di greenhouse mempermudah pemupukan, di mana campuran air dan pupuk langsung dialirkan ke tanaman melalui selang tanpa harus dilakukan secara manual. “Sistem ini memudahkan petani, bahkan bisa ditinggal,” jelas Yusuf. Dalam satu tahun, Yusuf bisa melakukan empat hingga enam kali panen, tergantung pada jenis melon yang ditanam.
Sebelum memulai usaha ini, Yusuf mengaku sempat mengalami keraguan, terutama dari keluarganya. “Orang tua saya awalnya bilang, kenapa enggak beli sapi saja? Hasilnya pasti kelihatan dalam setahun. Mereka khawatir karena banyak petani melon di luar sana yang gagal panen,” ceritanya. Namun, hasil panen yang besar dan kualitas melon premium membuat keluarga Yusuf akhirnya mendukung usahanya. Kini, ia menanam berbagai jenis melon premium seperti Intanon dan Sweetnet, yang selalu laku di pasaran dengan harga Rp25.000 hingga Rp28.000 per kilogram.
Meski fokusnya saat ini adalah produksi dan pengembangan greenhouse, Yusuf kerap menerima permintaan dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Tangerang, dan Jawa Tengah. Namun, ia lebih memilih menjual langsung ke konsumen lokal atau toko-toko di sekitar tempat tinggalnya. “Menjual langsung ke konsumen memang lebih menguntungkan, tapi ada risikonya, terutama di sisi pembayaran. Saya pernah dengar cerita teman yang uangnya tidak dibayar penuh setelah mengirim ke luar kota,” ujarnya.
Pengalaman Yusuf sebagai TKI juga menjadi pelajaran berharga. Ia mengenang suka dan dukanya selama bekerja di luar negeri, mulai dari tekanan kerja, kerinduan terhadap kampung halaman, hingga bahasa yang terkadang membuat suasana menjadi kurang nyaman. “Sukanya ya waktu gajian, tapi selama 29 hari lainnya ada saja tekanan, entah dari majikan atau lingkungan kerja,” ungkapnya. Namun, semua itu ia jadikan motivasi untuk meraih mimpi pulang ke kampung halaman dan memulai usaha sendiri.
Kepada anak muda, khususnya para TKI, Yusuf berpesan agar tetap semangat dan selalu mengingat kampung halaman. “Kalian tidak selamanya di sana. Ketika pulang, usahakan merintis usaha dan menjadi bos di tanah sendiri. Jangan berhenti mencoba, keluar dari zona nyaman, dan lakukan semuanya dengan 100% usaha,” tutup Yusuf.
Perjalanan hidup Yusuf membuktikan bahwa dengan kerja keras, keberanian untuk mencoba hal baru, dan fokus pada kualitas, kesuksesan dapat diraih di mana saja, termasuk di desa tercinta.
Menarik Untuk DItonton : Cara Optimasi Instagram
sumber : pecah telur
Mau Konsultasi?