
Besok saya berencana membuat konten mengenai rumput ini, lalu langsung saya unggah tanpa banyak pertimbangan. Tidak disangka, konten tersebut mendadak ramai dan tersebar ke mana-mana. Lebih mengejutkan lagi, tiba-tiba ada yang membeli. Saya pun menyiapkan pesanan, melakukan pengemasan, dan mengirimkannya.
Alhamdulillah, hingga hari ini permintaan sering kali membuat saya kewalahan. Bahkan terkadang saya harus menolak pesanan karena kehabisan stok. Mengingat permintaan yang terus meningkat, ke depannya saya berencana menyewa lahan.
Nama saya Riang Gati, usia 26 tahun, tinggal di Padukan Pendulan, Sumberagung, Mayudan, Siman. Usaha saya adalah Bakul Suket, yaitu menjual rumput untuk pakan ternak. Ada beberapa alasan saya memulai usaha ini. Pertama, saya masih menganggur dan kalau pun bekerja hanya serabutan. Kedua, keluarga saya memiliki lahan sawah yang sudah beberapa kali gagal panen padi. Akhirnya saya membiarkan lahan itu ditumbuhi rumput. Awalnya rumput tersebut hanya untuk bank pakan, tetapi karena jumlahnya terlalu banyak, saya terpikir untuk menjualnya.
Usaha ini mulai saya jalankan sekitar pertengahan Oktober. Saya sempat memikirkan nama yang tepat, termasuk platform media sosial apa yang akan digunakan. Karena saya orang desa dan jualannya rumput, saya akhirnya memilih nama suketin.id. Target saya di media sosial adalah peternak-peternak muda yang masih aktif menggunakan platform digital, atau anak-anak muda yang orang tuanya memiliki ternak, sehingga mereka bisa memberi tahu orang tua bahwa ada penjual rumput dekat rumah.
Pada awalnya saya hanya menjual satu atau dua karung per hari, dan itu sudah sangat saya syukuri karena lahan yang tadinya tidak produktif menjadi bermanfaat. Namun setelah aktif di media sosial, penjualan mendadak meningkat hingga ramai sekali. Saat ini, jika saya mengerjakan sendiri, saya bisa menghasilkan 8 sampai 10 karung per hari. Terkadang saya masih kewalahan dan harus menolak pesanan karena stok cepat habis.
Menarik Untuk Dibaca : Peluang Bisnis Upcycling
Konten pertama yang ramai berasal dari TikTok. Karena lihat hasilnya bagus, saya mencoba membuat konten lain untuk lucu-lucuan dan memasangnya di Shopee. Tidak disangka, ada pesanan dari Tangerang. Saya konfirmasi melalui chat Shopee, dan ternyata benar pembeli ingin membeli. Saya langsung packing dan mengirim barang itu.
Pesanan tersebut tiba tanggal 11. Rasanya campur aduk: senang, bingung, sekaligus harus bergegas mengejar kebutuhan produksi dan menyiapkan lahan agar permintaan bisa terus terpenuhi. Saya juga harus mengatur waktu untuk pengantaran dan produksi.
Saya berniat memberdayakan warga sekitar. Misalnya, warga yang biasanya mengarit satu atau dua karung bisa saya minta menambah satu karung lagi untuk saya beli. Jadi kami saling menguntungkan dan bisa terlibat bersama-sama. Karena permintaan semakin besar, saya berharap bisa memperluas lahan agar perawatan, pemupukan, dan panen bisa dilakukan lebih efisien dalam satu area.
Jujur, saya tidak menyangka ini bisa seramai ini. Bahkan belum satu bulan berjalan, pesanan sudah datang dari luar kecamatan hingga daerah seperti Wonosobo dan Cilacap. Namun biasanya saya arahkan untuk menggunakan layanan pengiriman lewat marketplace, meski tetap ada kendala. Pertama, ongkir cukup mahal karena rumput berat. Kedua, jika pengiriman terlalu lama, kualitas rumput bisa menurun.
Jenis rumput yang saya jual sebenarnya hanyalah rumput liar yang tumbuh di sawah. Kami merawatnya setelah dipanen, termasuk pemupukan. Tidak ada penanaman bibit khusus. Soal konten media sosial, saya tidak terlalu memikirkan jam unggah maupun teknik editing. Prinsip saya sederhana: ambil, unggah, selesai. Yang penting pekerjaannya saya jalani dengan senang, dan kontennya menarik. Jika menarik, pasti banyak yang melihat. Kalau tidak, ya biarkan lewat. Bagi saya, rumput tetap laku, viral atau tidak, karena peternak selalu membutuhkan pakan.
Biasanya pembeli menghubungi melalui WhatsApp untuk menentukan waktu pengambilan. Ada yang pesan H-1, ada juga yang pesan pagi untuk diambil siang hari. Harga rumput ada dua jenis: karung kecil (karung pakan ayam) seharga Rp25.000, dan karung besar (karung polar) seharga Rp40.000.
Banyak hal sebenarnya bisa dimanfaatkan dari sekitar kita. Jika cerita saya bisa menginspirasi bahwa rumput bisa menjadi peluang usaha, maka saya bersyukur. Bagi anak muda yang ingin mencoba, jangan gengsi. Tidak perlu malu mengarit atau melakukan pekerjaan yang dianggap sederhana. Prinsipnya, nek ora obah, yo ora mamah. Kalau tidak bergerak, kita tidak akan punya apa-apa.
Selama ini rumput dianggap hal yang sepele dan tidak penting. Maka saya membuat tagline: “Suket itu ora trending, tetapi suket itu penting.” Rumput mungkin tidak viral, tetapi sangat penting bagi peternak. Sekarang, dengan tren konten rumput yang ramai, justru semakin terlihat bahwa rumput pun bisa bermanfaat dan memiliki nilai jual.
Ke depan, saya ingin mengembangkan usaha ini lebih jauh. Banyak yang bertanya apakah saya menjual rumput jenis damin, kolonjono, atau odot. Itu adalah rumput-rumput tinggi untuk pakan sapi. Saya berencana menambah jenis-jenis tersebut agar pilihan pakan lebih lengkap.
Untuk teman-teman peternak atau siapa pun yang butuh rumput, bisa pesan secara online melalui Bakul Suket / suketin.id. Saat ini kami aktif di TikTok, Facebook, dan Instagram dengan nama akun suketin.id. Pemesanan bisa melalui WhatsApp di nomor 0896-7364-9596. Pengantaran sementara dilayani untuk wilayah satu kecamatan dengan waktu fleksibel. Untuk luar kecamatan, tetap bisa dikirim dengan tambahan ongkir.
Menarik Untuk Ditonton : Public Speaking Untuk Bisnis
Mau Konsultasi?