Dalam dunia bisnis, khususnya di sektor makanan dan minuman, kemasan memegang peran yang sangat penting. Tidak hanya sebagai pelindung produk, kemasan juga menjadi salah satu faktor penentu kualitas, branding, hingga kepatuhan terhadap regulasi. Oleh karena itu, penting bagi pelaku usaha untuk memahami bagaimana cara memilih bahan kemasan yang aman dan tentunya sesuai aturan yang berlaku di Indonesia maupun standar internasional.
Banyak pelaku UMKM yang masih belum menyadari bahwa pemilihan kemasan bukan sekadar urusan estetika atau tampilan luar semata. Lebih dari itu, bahan kemasan menyangkut keamanan konsumen, umur simpan produk, hingga keberlanjutan lingkungan. Terlebih di era modern ini, konsumen semakin cerdas dan peduli terhadap apa yang mereka konsumsi, termasuk bagaimana produk itu dikemas.
Salah satu hal yang wajib diperhatikan dalam memilih bahan kemasan adalah keamanan bahan tersebut terhadap produk yang dikemas. Misalnya, untuk produk makanan basah seperti saus atau minuman, tentu membutuhkan kemasan yang tahan cairan dan tidak bereaksi secara kimia. Di sisi lain, produk kering seperti snack atau kopi bubuk bisa dikemas dalam bahan fleksibel seperti plastik multilayer atau alumunium foil, asalkan tidak mengandung bahan berbahaya.
Selain keamanan, pelaku usaha juga harus mempertimbangkan aspek regulasi. Di Indonesia, lembaga seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan SNI (Standar Nasional Indonesia) telah menetapkan standar kemasan pangan yang harus dipatuhi. Salah satu poin penting adalah kemasan tidak boleh mengandung zat berbahaya yang dapat bermigrasi ke makanan, seperti BPA (Bisphenol A) atau logam berat.
Peraturan lain yang tak kalah penting adalah kewajiban pelabelan. Kemasan yang baik harus menyediakan informasi yang cukup, seperti tanggal kedaluwarsa, komposisi, nama produsen, dan nomor izin edar. Semua ini bukan hanya untuk memenuhi regulasi, tapi juga membangun kepercayaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
Dalam memilih bahan kemasan yang aman dan sesuai aturan, pelaku usaha juga harus mempertimbangkan faktor keberlanjutan. Isu lingkungan kini menjadi perhatian global. Konsumen semakin menghargai produk yang menggunakan kemasan ramah lingkungan, seperti bahan biodegradable, daur ulang, atau bahan berbasis tanaman (plant-based). Bahkan, banyak marketplace dan supermarket kini memberi nilai tambah pada produk yang menggunakan kemasan berkelanjutan.
Tren penggunaan kemasan ramah lingkungan pun semakin berkembang, seperti penggunaan kertas kraft, PLA (Polylactic Acid) dari pati jagung, atau plastik daur ulang yang sudah tersertifikasi. Namun, tentu semua inovasi ini tetap harus lolos uji keamanan pangan agar tidak membahayakan konsumen.
Memilih bahan kemasan juga harus disesuaikan dengan karakteristik produk dan proses distribusinya. Produk beku tentu memerlukan bahan kemasan yang mampu menahan suhu rendah, sedangkan produk yang dikirim jarak jauh perlu bahan yang kuat dan tidak mudah rusak.
Dalam praktiknya, tips memilih kemasan produk yang aman antara lain: Pastikan bahan sudah bersertifikat food grade. Cek apakah bahan kemasan tahan terhadap suhu, kelembaban, atau tekanan tertentu. Perhatikan kompatibilitas bahan kemasan dengan jenis produk. Konsultasikan dengan supplier terpercaya yang memahami regulasi pangan. Pertimbangkan aspek branding dan desain yang menarik, tapi tetap mengutamakan fungsi. Pilih bahan yang mudah didaur ulang atau ramah lingkungan jika memungkinkan.
Banyak supplier bahan kemasan kini menawarkan layanan konsultasi bagi pelaku usaha yang masih bingung menentukan jenis kemasan yang tepat. Bahkan beberapa di antaranya sudah bekerja sama dengan lembaga pengujian untuk memastikan produk kemasan mereka sesuai dengan standar keamanan pangan nasional dan internasional.
Jadi, tidak ada alasan lagi untuk sembarangan memilih kemasan. Karena selain menjaga kualitas produk, kemasan yang aman dan sesuai aturan juga menjadi bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaku usaha yang peduli dengan hal ini akan lebih dihargai oleh konsumen dan mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Untuk memilih bahan kemasan yang tepat, pertama-tama kita perlu mengenal jenis-jenis bahan kemasan yang lazim digunakan dalam industri. Setiap bahan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan tidak semua cocok untuk semua jenis produk. Berikut ini beberapa bahan kemasan yang umum dipakai:
Plastik (PE, PP, PET, PVC, dan lain-lain) Plastik adalah bahan kemasan yang paling populer karena fleksibilitas dan harganya yang relatif murah. Jenis plastik seperti PET (Polyethylene Terephthalate) banyak digunakan untuk botol minuman, sementara PP (Polypropylene) biasa dipakai untuk makanan panas karena ketahanannya terhadap suhu tinggi. PE (Polyethylene) banyak digunakan untuk kantong makanan ringan.
Namun perlu diingat, tidak semua jenis plastik aman untuk makanan. Pilihlah plastik yang sudah diberi label “food grade” dan bebas dari zat berbahaya seperti BPA. Plastik juga perlu diuji apakah mengandung senyawa yang dapat bermigrasi ke dalam makanan.
Kertas dan Karton Bahan ini sangat cocok untuk produk kering dan digunakan secara luas karena bisa didaur ulang dan lebih ramah lingkungan. Contohnya adalah paper bag untuk roti atau karton untuk mengemas sereal. Namun, kertas dan karton tidak cocok untuk produk basah atau berminyak tanpa adanya pelapisan tambahan seperti wax atau plastik.
Aluminium Foil Aluminium foil sangat bagus untuk kemasan produk yang sensitif terhadap cahaya, udara, dan kelembaban. Banyak digunakan untuk makanan ringan, kopi, serta produk-produk yang memerlukan perlindungan ekstra dari faktor eksternal.
Kaca Botol kaca atau jar kaca sering digunakan untuk produk premium seperti madu, selai, atau minuman fermentasi. Kelebihannya adalah tidak bereaksi dengan makanan dan dapat digunakan ulang. Namun, kekurangannya adalah berat dan mudah pecah, sehingga kurang cocok untuk distribusi jarak jauh atau dalam skala besar.
Logam (Kaleng) Kemasan kaleng digunakan untuk makanan kaleng seperti sarden, buah dalam sirup, atau susu kental. Logam tahan terhadap tekanan dan kontaminasi, namun harus dilapisi enamel atau resin food grade untuk mencegah interaksi kimia dengan makanan.
Bioplastik dan Bahan Daur Ulang Inovasi terbaru dalam dunia kemasan adalah penggunaan bioplastik dari bahan alami seperti pati jagung atau singkong. Selain itu, bahan daur ulang juga menjadi pilihan populer, dengan catatan tetap harus melalui proses sterilisasi dan sertifikasi food grade.
Ketika membicarakan soal bahan kemasan, kita tidak bisa lepas dari regulasi yang mengikat penggunaannya. Di Indonesia sendiri, ada sejumlah peraturan yang wajib dipatuhi oleh pelaku industri, khususnya yang bergerak di sektor pangan dan minuman. Tujuannya jelas, yaitu untuk melindungi konsumen dari risiko kesehatan akibat kemasan yang tidak layak.
Salah satu dasar hukum paling penting adalah Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa setiap bahan kemasan yang bersentuhan langsung dengan pangan wajib memenuhi persyaratan keamanan dan mutu. Ada batas migrasi zat-zat tertentu yang harus diuji, dan bahan kemasan tidak boleh memberikan rasa, bau, atau warna ke makanan yang dikemas.
Selain BPOM, SNI (Standar Nasional Indonesia) juga mengatur hal-hal teknis seperti kekuatan bahan kemasan, ketahanan terhadap suhu, dan ketebalan material. SNI juga memberikan pedoman tentang informasi wajib pada label kemasan, termasuk komposisi bahan, berat bersih, dan identitas produsen.
Di level internasional, ada standar dari Codex Alimentarius dan FDA (Food and Drug Administration) dari Amerika Serikat yang juga sering dijadikan acuan, terutama jika pelaku usaha ingin mengekspor produknya ke luar negeri. FDA memiliki daftar GRAS (Generally Recognized as Safe) untuk bahan kemasan yang telah diuji keamanannya, dan regulasi ketat terkait pelabelan serta uji migrasi.
Kasus 1: Produk Minuman Botol Ditolak Karena Kandungan BPA Sebuah brand minuman lokal sempat mendapat sorotan karena botol yang digunakan ternyata mengandung BPA yang bisa larut ke dalam minuman, terutama saat terpapar panas. Hasil uji laboratorium menunjukkan tingkat migrasi zat melebihi ambang batas. Akibatnya, produk tersebut ditarik dari beberapa retailer besar dan mengalami kerugian besar secara finansial maupun reputasi.
Kasus 2: UMKM Makanan Ringan Gagal Ekspor Karena Label Tidak Sesuai Salah satu UMKM produsen keripik pisang gagal menembus pasar Jepang karena label pada kemasannya tidak menyertakan komposisi bahan dalam bahasa Inggris dan tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa sesuai format internasional. Meskipun produknya enak dan berkualitas, namun kemasannya dianggap tidak profesional.
Kasus 3: Produk Kopi Premium Sukses karena Inovasi Kemasan Ramah Lingkungan Sebaliknya, ada juga kisah sukses dari sebuah brand kopi yang menggunakan kemasan berbasis PLA dan kraft paper. Selain menarik secara visual, kemasan ini juga sepenuhnya biodegradable. Mereka bahkan menyertakan informasi edukatif soal pentingnya kemasan ramah lingkungan. Efeknya, brand ini viral di media sosial dan mendapat banyak apresiasi dari komunitas peduli lingkungan.
Produk Basah dan Cair Untuk produk seperti minuman, saus, atau makanan siap saji, gunakan kemasan yang kedap udara dan tahan terhadap cairan. Pilihan seperti botol PET atau pouch plastik dengan seal kuat sangat disarankan. Pastikan bahan tidak mudah bocor dan tahan suhu jika akan dipanaskan.
Produk Kering dan Ringan Snack, kopi bubuk, atau bumbu kering bisa dikemas dengan plastik multilayer, aluminium foil, atau kertas kraft yang sudah dilapisi. Perhatikan ketebalan bahan dan kemampuan mencegah udara atau kelembaban masuk.
Produk Beku Pastikan bahan kemasan bisa bertahan di suhu -20°C atau lebih rendah. Plastik PE atau nylon yang tahan terhadap pembekuan dan tidak mudah retak sangat cocok digunakan.
Produk Premium atau Organik Gunakan kemasan yang mencerminkan nilai premium, seperti kaca, kraft paper, atau bioplastik. Tambahkan elemen desain dan label informatif yang menarik untuk meningkatkan nilai jual.
Dengan memahami karakteristik produk, regulasi, serta preferensi konsumen, pelaku usaha dapat memilih bahan kemasan yang tidak hanya aman dan sesuai aturan, tapi juga mendukung strategi pemasaran yang efektif.
Pada akhirnya, investasi dalam kemasan yang tepat akan berkontribusi langsung pada keberhasilan jangka panjang sebuah brand. Jadi, jangan ragu untuk terus belajar dan berinovasi dalam dunia kemasan.
Mau Konsultasi?