Kita lihat dulu sejarah lahirnya bisnis AMDK ini. Pada tahun 1970 an masyarakat masih belum terbiasa mengkonsumsi air minum dalam kemasan. Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi minuman dengan direbus.
Pioner pertama kali yang berjualan amdk adalah Aqua. Awalnya yang mengkonsumsi adalah pekerja – pekerja dari luar negeri, pada akhirnya pekerja dalam negeri ikut-ikutan dan menjadi terbiasa. Saat itulah produk amdk Aqua berkembang pesat karena dianggap lebih praktis. Pada tahun 1984 Aqua akhirnya mendirikan pabrik di Plandaan Malang. Tetapi 4 tahun kemudian PT Aqua Golden Missipi diakuisisi. Masyoritas sahamnya dikuasai perusahaan asal Perancis yaitu Danone. Sisa saham lainnya dimiliki oleh pendiri Aqua yaitu Tirto Utomo. Berkat SDM dan teknologi dari Danone aqua semakin menguasai pasar.
Survau sosial ekonomi nasional mengatakan bahwa sejak tahun 2012 sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengkonsumsi AMDK. Ini kebiasaan baru yang diperkirakan trennya akan terus berkembang.
Tren masyarakat menggunakan amdk setiap tahun nya tumbuh 124%. Diperkirakan pada tahun 2026 sebanyak 50% masyarakat Indonesia sudah menggunakan amdk. Data statista menunjukkan saat ini pasar Indonesia berada di urutan kelima terbesar di dunia pendapatannya yang mencapai USD 10,51.
Berdasarkan data tersebut, peluang amdk dalam negeri sangat besar. Ketika kita main ke daerah-daerah coba kita lihat banyak sekali brand lokal maupun nasional. Mulai perusahaan besar hingga rumahan menjual produk amdk.
Berdasarkan data yang ada pasar amdk di Indonesia digarap 900 perusahaan dengan 2000 brand. Ini sangat luar biasa. Persaingan pun sangat ketat.
Menarik Untuk Ditonton : Kegiatan Praktik Foto Produk Satoeasa
Sebagai penguasa pasar Aqua harus lebih berhati-hati dengan perusahaan – perusahaan kecil, karena bisa jadi mereka yang kecil-kecil di backup dengan perusahaan – perusahaan besar. Misal Le Minerale ciptaan produk Mayora ini menjadi rival sengit Aqua. Mereka beberapa tahun terus gencar menggunakan konsep marketing edukatif. Pun amdk merk Cleo mereka juga punya cara edukasi tersendiri untuk bersaing dan merebut pasar. Contoh lagi Prim-A produk AMDK ini sering menjadi sponsor olahraga dengan tagline segarkan semangat. Itu berarti mentargetkan konsumen mereka yang aktif dan dinamis.
Hal – hal di atas membuktikan bahwa persaingan bisnis AMDK semakin sengit. Setiap pemain berupaya membangun diferensiasinya, berharap dapat merebut hati dan dompet konsumen sebelum yang lain menguasai mereka.
Dari situlah muncul polemik tentang kandungan BPA atau zat bisphenol A pada galon yang dipakai. Ada dua jenis galon yang dipakai para pemain amdk. Galon isi ulang berbahan polikarbonat dan galon sekali pakai berbahan polyethylene terephthalate ( PET )
BPOM pernah diminta supaya galon polikarbonat yang sudah dipakai dan beredar lebih dari 30 tahun diberi label Berpotensi mengandung BPA. Sedangkan AMDK yang memakai galon PET dilabeli BPA free.
Itulah yang menimbulkan polemik. Pihak satunya mengatakan kandungan BPA pada galon isi ulang berdampak buruk untuk kesehatan. Sedangkan pihak lainnya BPA pada galon isi ulang masih berada pada ambang batas dan tidak berbahaya.
Dengan polemik tersebut tentu pihak AQUA yang dirugikan karena menggunakan galon isi ulang. Tetapi seperti Cleo dan Le Minerale mereka menggunakan galon sekali pakai. Konsumen merespon baik dengan galon sekali pakai. Buktinya adalah awal tahun 2023 penjualan AMDK meningkat dari 6% menjadi 8%. Sedangkan pangsa pasar galon polikarbonat menurun dari 94% menjadi 92%.
Nah, setelah itu muncul isu terkait galon sekali pakai. Karena sampah plastik bekas galon itu dibuang ditempat sembarangan dengan volume yang banyak.
Tetapi isu tersebut dibantah oleh APSI ( Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia ). Mereka mengatakan bawah galon plastik sekali pakai kususnya seperti Le Minerale adalahh sampah plastik jenis PET. Plastik jenis ini tergolong gampang didaur ulang, sehingga tidak mengambah sampah plastik. Tetapi isu ini tetap meresahkan beberapa perusahaan amdk yang menggunakan galon sekali pakai.
Adanya dua isu di atas menyebabkan persaingan semakin memanas. Bahkan saking pansanya hingga naik ke meja pengadilan. Ini sangat seru.
Brand yang berhadapan langsung adalah Aqua dan Le Minerale. Mereka langsung berhadapan di meja pengadilan mengenai isu tersebut. Knologinya pihak Aqua melanggar praktik monopoli dagang yang di Indonesia tidak diperbolehkan. Akhirnya Aqua mendapatkan denda.
Sekarang Aqua mulai turun tahta. Itu dibuktikan setiap tahun penjualan dan marketnya brandnya menurun. Itu disebabkan karena daya tarik Aqua mulai berkurang. Meskipun Aqua masih memimpin pasar.
Berdasarkan hasil survay Jakpat 26 September 2022 sebanyak 74,9% Aqua memimpin pasar. Disusul oleh Le Minerale sebanyak 62,1% selesihnya sangat sedikit. Aqua harus mewaspadai lajunya Le Minerale.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari bisnis AMDK di Indonesia.
Pertama. Kita dapat melihat bagaimana adaptasi konsumen dapat mendorong pertumbuhan industri. Awalnya masyarakat Indonesia terbiasa dengan konsume air yang direbus. Pentingnya pemahaman terhadap perubahan budaya dan adaptasi konsumen dalam mengarahkan suatu industri.
Kedua. Kita belajar bahwa menjaga kualitas dan inovasi dalam produk sangat penting dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Jadi para penguasa pasar harus terus waspada dengan kompetitor-kompetitor yang ada.
Ketiga. Etika dan integritas bisnis dalam lingkungan yang kompetitif menjadi sangat penting. Hal tersebut bisa kita lihat dari kasus Aqua dan Le Minerale yang berakhir di meja pengadilan karena diduga adanya praktik monopoli dagang yang tidak etis. Selain itu isu-isu yang lain juga harus diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Menarik Untuk Dibaca : Doa, Sedekah, Baik Kepada Sesama
Mau Konsultasi?