Namun, di sisi lain, kita melihat fakta yang berbeda di masyarakat. Konser selalu ramai dan tiket cepat habis. Saat merchandise baru seperti produk Labubu diluncurkan, orang rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkannya. Pameran kecantikan dan produk perawatan kulit juga penuh sesak, menunjukkan bahwa orang tetap ingin membeli produk yang memberikan kesenangan. Hal ini menunjukkan bahwa meski daya beli mungkin sedang melemah secara umum, terdapat kategori produk tertentu yang justru tumbuh, karena dianggap mampu menghadirkan “lipstick effect.”
Lipstick effect ini tidak terbatas pada produk kosmetik atau kecantikan, tetapi mencakup berbagai produk atau pengalaman yang memberikan kebahagiaan atau peningkatan rasa percaya diri dengan harga yang relatif terjangkau. Kesenangan-kesenangan kecil ini dapat mencakup staycation, getaway singkat tanpa harus menginap, atau pengalaman relaksasi seperti pergi ke spa. Banyak orang juga melarikan diri dari rutinitas dengan berpartisipasi dalam acara seperti konser, mengikuti kegiatan olahraga bersama komunitas seperti lari atau bersepeda, dan acara-acara kebugaran seperti maraton.
Fenomena ini menunjukkan bahwa, di tengah tantangan ekonomi, orang tetap mencari cara untuk merasa bahagia, meskipun dengan pengeluaran yang lebih kecil. Bagi UMKM, ini bisa menjadi peluang untuk menawarkan produk atau layanan yang memberikan “kesenangan kecil” dan rasa kebahagiaan bagi konsumen yang ingin beristirahat sejenak dari situasi ekonomi yang sulit.
The lipstick effect adalah fenomena ekonomi di mana konsumen tetap menghibur dan memanjakan diri dengan membeli produk-produk yang memberikan kesenangan pribadi, meskipun kondisi keuangan mereka sedang sulit. Akhir-akhir ini, kita sering melihat kontradiksi dalam ekonomi Indonesia. Di satu sisi, beberapa indikator menunjukkan tantangan ekonomi: kelas menengah menyusut, terjadi deflasi lima bulan berturut-turut, sebagian besar pengeluaran diarahkan ke kebutuhan pokok seperti makanan, dan aktivitas pabrik menurun. Ini menunjukkan daya beli yang melemah.
Menarik Untuk DIbaca : Frugral Marketing
Namun, di sisi lain, fakta menunjukkan bahwa kategori produk tertentu tetap diminati. Konser selalu ramai, merchandise seperti Labubu membuat orang rela antre berjam-jam, dan pameran kecantikan penuh sesak. Hal ini menunjukkan bahwa meski daya beli mungkin melemah, orang masih mengeluarkan uang untuk kesenangan pribadi atau produk yang memberikan kebahagiaan.
Produk-produk seperti ini sering disebut sebagai “produk lipstik,” bukan hanya produk kecantikan, tetapi produk apa pun yang memberikan kebahagiaan dengan harga terjangkau. Kategori produk lipstik ini mencakup berbagai pengalaman seperti staycation, spa, konser, olahraga, makan-makan, minum kopi, dan aktivitas lainnya yang memberikan kesenangan kecil. Produk-produk ini memberikan efek healing untuk kesehatan mental, perasaan “feel good” atau nyaman, dan sensasi pelarian sementara dari kehidupan sehari-hari. Fenomena ini sering terjadi saat kondisi ekonomi menantang, di mana orang merasa tertekan karena stres ekonomi dan kelelahan digital. Khususnya generasi Z yang keuangannya belum stabil dan sangat terekspos internet, lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental. Produk lipstik ini menjadi cara untuk melarikan diri dari stres dan memberikan rasa bahagia.
Bagi pelaku UMKM, kondisi ini bisa dimanfaatkan dengan lima langkah. Pertama, pilih produk yang dapat dikategorikan sebagai produk lipstik, yakni produk yang terjangkau dan memberikan kebahagiaan bagi pembelinya, seperti roti di toko roti, minuman di kafe, atau treatment di salon. Kedua, gunakan sudut pandang emosional dalam komunikasi produk. Fokuslah pada manfaat emosional produk, tanpa menyinggung harga murah, misalnya “manjakan dirimu” atau “kemewahan dalam secangkir kopi,” untuk membangkitkan perasaan bahagia.
Langkah ketiga adalah membuat penawaran terbatas untuk menciptakan urgensi dan eksklusivitas sehingga konsumen merasa perlu segera membeli produk tersebut. Selanjutnya, langkah keempat adalah memanfaatkan media sosial untuk promosi. Bagikan momen-momen bahagia dari pelanggan saat mereka menikmati atau unboxing produk Anda untuk menciptakan daya tarik. Terakhir, di langkah kelima, gunakan influencer marketing, terutama micro atau nano influencer, untuk menciptakan social proof dan meningkatkan kesan popularitas produk. Konten-konten seperti antrean atau review produk dapat menciptakan rasa fomo (fear of missing out). Dengan strategi ini, UMKM dapat tetap tumbuh meski daya beli melemah, karena masih ada potensi dari lipstick effect yang bisa dimanfaatkan. Semoga bermanfaat.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Membuat Smart Goals Dalam Bisnis
Mau Konsultasi?