Usaha rambak ini memang turun temurun dari keluarganya pak Djarwo. Awal mula usaha ketika sudah tidak lagi bekerja ikut orang. Dulu pada tahun 1998 pas krisi moneter Pak Djarwo dan instri bekerja di Surabaya. Dengan adanya krismon beliau kembali lagi ke Tulungagung. Tetapi saat itu belum memulai usaha, tapi masih bekerja honorer di lingkungan kesehatan yang itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Pada akhirnya pak Djarwo dan istri belajar mendalami rambak dan berjualan di sekitaran stasiun Tulungagung. Beliau sangat mengedepankan kualitas rambak yang dijualnnya. Banyak penilaian positif dari pengusaha lain dan para konsumennya.
Menarik Untuk Dibaca : Apakah BIsa Bisnis Tanpa Suap ?
Rambak ini pasarnya luas. Karena tidak hanya untuk lauk saja, melainkan untuk camilan atau suguhan di ruang tamu. Dari segi pemasaran, menggunakan offline dan online. Untuk online di marketplace shoope, sedangankan media sosialnya melalui instagram. Yang mengurusi pemasaran online adalah anak beliua. Sedangkan yang offline punya toko di dekat stasiun Tulungagung.
Sehari untuk produksinya 75 kg. Karena proses pasturisasi ( pemanasan ) itu bisa memakan waktu kurang lebih 10 jam. Tujuannya pertama untuk menghilangkan kotoran pada rambak, kedua, karena rambak itu ada minyaknya banyak maka jika di diamkan akan ada proses sterilisasi, jadi menghilangkan kuman yang ada. Ketiga, menghilangkan kadar air. Karena ketika kadar air masih ada, ketika digoreng akan susah. Mesin yang digunakan pasturisasi pun juga bisa digunakan hanya satu kali dalam sehari.
Tips dari beliua ketika menjalankan usaha mulai dari awal adalah ketika 5 tahun pertama jangan sampai neko-neko atau terlalu keinginan untuk beli ini dan itu. Jadi pendapatan itu difokuskan untuk mengembangkan usaha. Jadi profit yang ada itu diputar lagi menjadi modal. Sehingga model usaha akan bertambah dan usaha akan berkembang.
Beliau menambahkan, kalau sudah terjun menjadi pengusaha tidak boleh ada kata capek. Karena dari capek itulah yang akan kita rasakan, tidak hanya secara materi melainkan juga secara pengalaman berwirausaha.
Bagaiamana caranya membagi waktu ? karena beliau ini kan ASN
Semua pekerjaan sudah diserahkan kepada karyawan. Semua sudah punya tanggung jawab masing-masing. Beliau menganggap karyawan yang bekerja itu sudah sebagai keluarga sendiri. Jadi tidak perlu khawatir untuk ditinggalkan.
Ketika mengerjakan kerjaan di kantor juga harus selesai di kantor, tidak boleh mengerjakan pekerjaan usaha di jam kantor. Pun ketika di rumah beliau fokus mengerjakan pekerjaan usahanya. Jadi itu bentuk profesionalisme beliau.
Beliau juga pernah tertipu. Jadi ada modus COD, pesan 5 kwintal. Pada waktu itu pak Djarwo dan istri sendiri yang mengantar. Jadi modusnya adalah si pelaku mengajak COD di kediri. Setelah itu pelaku mengajak ke sebuah rumah untuk menurunkan barang. Setelah diturunkan, pelaku bilang “ bayarnya di pasar yah, soalnya masih banyak yang datang. Akhirnya pak Djarwo dan istrinya mengikuti pelaku tersebut, karena dia naik motor, tiba – tiba dia naiknya kencang dan menghilang.
Dari situlah pak Djarwo sadar jika ditipu. Ketika kembali lagi ke lokasi rumah tersebut, barang sudah tidak ada. Ternyata setelah ditelusuri mereka adalah kelompok sindikat penipu. Rumah tersebut adalah rumah yang baru dikontrak.
Dengan kejadian tersebut, beliua rugi hingga 50 juta. Dari situ beliau punya banyak pengalaman untuk lebih hati – hati dalam usaha atau melakukan transaksi.
Ramainya ketika menjelang hari raya. Karena omsetnya 15 kali lipat dari hari biasa. Targetnya kedepan untuk oleh-oleh souvenir. Tidak hanya untuk camilan dan lauk. Rambak Pak Djarwo gurihnya sampai ke hati.
Semoga cerita usaha rambak pak Djarwo bisa menginpirasi untuk usaha yang sedang atau akan kita lakukan.
Menarik Untuk Ditonton : Sukses Dengan Bisnis Sampingan
Mau Konsultasi?