Pada masa jayanya, influencer memiliki dampak signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Banyak orang membeli produk karena rekomendasi dari influencer. Namun, apakah influencer masih seefektif dulu dalam mendorong penjualan? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami bagaimana influencer memengaruhi konsumen.
Daya Tarik Influencer
Representasi Netral
Influencer dianggap sebagai pihak ketiga yang netral, terutama ketika kepercayaan konsumen terhadap klaim sepihak merek mulai menurun. Kehadiran media sosial memberi konsumen akses untuk mendengar suara konsumen lain, dan influencer menjadi representasi yang dianggap terpercaya karena dianggap netral.
Menarik Untuk DIbaca : Event Marketing
Menciptakan FOMO (Fear of Missing Out)
Dengan jumlah pengikut yang besar, influencer mampu menciptakan FOMO. Jika banyak orang membeli produk karena rekomendasi influencer, konsumen lain merasa perlu ikut membeli agar tidak ketinggalan tren. Efek ini sering terjadi pada produk-produk baru yang sedang hype.
Penurunan Efektivitas Influencer
Dalam 3–5 tahun terakhir, efektivitas influencer dalam mendorong penjualan mulai menurun karena beberapa faktor berikut:
Over Supply dan Choice Overload
Jumlah influencer yang terus meningkat menciptakan choice overload bagi pemilik merek. Terlalu banyak pilihan membuat merek kesulitan memilih influencer yang tepat, yang berujung pada keputusan yang kurang optimal. Hal ini menurunkan kepercayaan merek terhadap efektivitas influencer.
Clutter dalam Personal Branding
Banyaknya influencer menyebabkan persaingan untuk membangun personal branding yang unik semakin sulit. Akibatnya, personal branding menjadi kurang menarik bagi merek dan tidak cukup berdampak bagi konsumen.
Adapt and Ignore
Konsumen secara alami beradaptasi dengan hal yang sering mereka temui, termasuk endorsement. Awalnya, endorsement influencer terasa menarik, tetapi lama-kelamaan konsumen terbiasa dan tidak lagi terpengaruh dengan mudah. Apalagi, banyak influencer yang merusak reputasi mereka sendiri dengan memberikan ulasan tidak jujur atau hanya karena bayaran.
Penurunan Kepercayaan
Konsumen kini lebih sadar bahwa endorsement adalah iklan berbayar. Kenetralan influencer pun mulai dipertanyakan, sehingga dampaknya terhadap keputusan pembelian menurun.
Bagaimana Memilih Influencer yang Tepat ?
Meskipun efektivitas influencer menurun secara umum, beberapa influencer masih mampu memberikan dampak signifikan. Berikut adalah kriteria memilih influencer yang tepat:
Punya Follower yang Relevan
Influencer harus memiliki jumlah pengikut yang cukup di bidang atau niche yang sesuai dengan produk.
Reputasi yang Kuat
Reputasi tidak dibangun dalam semalam, tetapi melalui konsistensi dan integritas. Influencer yang selektif dalam memilih produk yang diendorse cenderung lebih dipercaya. Contohnya adalah Tasya Farasya di kategori kecantikan dan Fitra Eri di kategori otomotif.
Kreativitas dalam Konten
Konten yang kreatif dapat meningkatkan engagement dan memperluas jangkauan pesan. Influencer seperti Denny Sumargo dan Fadil Jaidi dikenal karena kemampuan mereka menyampaikan pesan secara menarik.
Kemampuan Storytelling
Selain kreatif, influencer harus mampu menyampaikan pesan yang meyakinkan dan membuat konsumen tertarik untuk membeli. Konten yang menunjukkan bukti, bukan sekadar janji, akan lebih efektif.
Kesimpulannya adalah Influencer marketing tetap relevan jika dilakukan dengan tepat. Pilihlah influencer yang memiliki pengikut di niche yang relevan, reputasi yang kuat, kreativitas tinggi, kredibilitas baik, dan kemampuan storytelling yang meyakinkan. Dengan memenuhi kriteria tersebut, tujuan menggunakan influencer marketing dapat tercapai, bahkan di tengah tantangan saat ini.
Menarik Untuk Ditonton : Tentang Digital Marketing
Mau Konsultasi?