Jika Anda merasa ini menyentuh Anda, tonton video ini sampai selesai. Ini bukan video motivasi. Ini tentang bertahan dan bertumbuh. Ini saatnya Anda menjadi manusia versi terbaik. Lihat data dari World Health Organization: burn out kini resmi disebut sebagai fenomena pekerjaan global. Laporan National Institute for Occupational Safety and Health menyebutkan 40% pekerja merasa pekerjaan mereka sangat stres, dan 75% percaya tekanan kerja saat ini jauh lebih berat dibandingkan generasi sebelumnya.
Menarik Untuk Dibaca : Jebakan Personal Branding
Kita dituntut untuk bekerja lebih cepat, menghasilkan lebih banyak, dengan sumber daya yang lebih sedikit. Tapi kapan terakhir kali kita diberi waktu untuk pulih dan bernafas? Fenomena The Great Resignation adalah salah satu jawabannya—dan mereka yang tetap bertahan justru mendapat beban dua kali lipat. Data dari Gallup menunjukkan keterlibatan karyawan stagnan sepanjang 2023, sementara kesejahteraan menurun. Banyak yang mengalami kelelahan kolektif, struggling di tempat kerja dan juga dalam hidupnya.
WHO mencatat satu dari delapan orang di dunia mengalami gangguan mental seperti stres, kecemasan, atau depresi. Di Asia Tenggara, lebih dari 60% pekerja sudah mengalami burn out. Dan kalau Anda merasa stuck, kehilangan motivasi, Anda tidak sendirian. Tapi itu juga bukan alasan untuk menyerah. Bahkan para pengusaha pun menghadapi tekanan. Data terbaru menunjukkan 28% pemimpin bisnis mengalami decision paralysis—bingung dan takut melangkah karena ketidakpastian yang terus-menerus. Kita hidup di era yang disebut perma-crisis—periode ketidakstabilan dan ketidakamanan jangka panjang, mulai dari pandemi, perang, krisis biaya hidup, hingga ancaman teknologi yang melaju terlalu cepat.
World Uncertainty Index pun melonjak. Setiap hari kita dihadapkan pada keputusan besar tanpa kepastian. Sementara itu, masyarakat umum pun tidak luput. Masalah datang bertubi-tubi, peluang terasa makin sempit. Tahukah Anda bahwa 20% penduduk Indonesia pernah mengalami gangguan mental? Anak muda terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai potensinya. Orang tua terhimpit biaya hidup. Di kota besar, energi kita habis di jalanan. Di daerah, banyak yang merasa tertinggal. Semua ini menciptakan rasa tidak berdaya yang makin meluas.
Inilah poin pentingnya: tantangan hari ini sudah jauh lebih besar dari kemampuan lama yang selama ini kita andalkan. Dulu mungkin cukup dengan semangat dan kerja keras, tapi sekarang tidak lagi. Ibarat komputer lama yang dipaksa menjalankan program berat—yang terjadi adalah loading lambat, sering hang, bahkan crash. Yang kita butuhkan bukan motivasi sesaat, tapi transformasi diri yang mendasar. Bukan versi sedikit lebih baik dari diri kita yang lama, tapi menjadi manusia versi baru—a whole new being—yang mampu menjawab tantangan baru yang jauh lebih kompleks.
Kita perlu naik kelas, menjadi high performing individual. Siapa itu high performing individual? Mereka adalah orang-orang yang mampu menampilkan kinerja dengan potensi tertinggi, melintasi waktu, peran, dan kondisi. Ini bukan soal kerja lembur atau jadi workaholic. Bukan soal motivasi jangka pendek. Tapi tentang memahami pola hidup, mengelola potensi diri dengan cerdas, dan menggunakan algoritma ilahi untuk mencapai hasil yang berkelanjutan.
Untuk menjadi high performing individual, ada tiga prinsip utama dan tujuh rukun yang perlu Anda jalani. Salah satu prinsip kuncinya adalah: perintah pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah Iqra—bacalah. Bukan shalat, puasa, zakat, atau haji, tapi baca. Baca apa? Tanda-tanda yang ada di langit dan bumi, dan juga dalam diri kita. Jawaban dari semua tantangan sudah disebar oleh Allah, tapi tidak semua orang bisa membacanya.
Lalu siapa yang bisa? Al-Qur’an menjawab: ulul albab. Istilah ini diulang 16 kali dalam Al-Qur’an, dan artinya adalah orang-orang yang memiliki inti akal yang murni—yang memiliki keseimbangan antara kebijaksanaan spiritual, kekuatan mental, kecerdasan intelektual, kematangan emosional, dan kepekaan sosial. Maka prinsip kedua dari high performing individual adalah: tampil di level tertinggi menuntut kualitas ulul albab. Mengapa? Karena hanya mereka yang bisa menerima pelajaran dan bertindak bijak di tengah ketidakpastian.
Q.S. Az-Zumar ayat 9 menyebut: “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya ulul albab yang dapat menerima pelajaran.” Maka penting bagi kita untuk mengadopsi kualitas ulul albab agar mampu naik kelas dan ter-upgrade secara esensial.
Karena sekarang saatnya kita berhenti memaksa sistem lama berjalan di atas realitas baru. Dunia tidak akan menunggu. Teknologi tidak akan melambat. Tantangan tidak akan menyesuaikan diri. Kitalah yang harus berubah. Kitalah yang harus naik kelas. Saatnya Anda melesat di bawah tekanan, berdaya dalam keterbatasan, dan bertumbuh di tengah ketidakpastian.
Menarik Untuk Ditonton : Strategi Memberi Diskon
Mau Konsultasi?