**Masaru Ibuka**, salah satu pendiri Sony, berperan besar dalam menumbuhkan perusahaan sebagai inovator teknologi. Di akhir tahun 1970-an, Sony sudah dikenal sebagai produsen alat-alat canggih seperti radio transistor, televisi berwarna, dan perekam kaset portabel. Namun, bagi Ibuka, kesuksesan ini belum cukup. Ia ingin Sony membuat perangkat yang kecil dan ringan agar orang bisa mendengarkan musik di mana saja, tanpa terikat di satu tempat.
Sebagai pencinta musik, Ibuka memimpikan alat musik portabel yang praktis. Sebelumnya, ketika bepergian naik pesawat, Ibuka harus membawa Sony **TC-D5**, perekam stereo portabel yang canggih tapi terlalu besar dan berat. Meski pita kaset sudah diperkenalkan oleh **Philips** pada tahun 1963, saat itu belum ada alat yang efisien untuk memutar musik saat bergerak.
Menarik Untuk Ditonton : Cara udah Mendapatkan Modal Usaha dari Bank
Gagasan Ibuka didukung oleh **Akio Morita**, co-founder Sony lainnya. Mereka bersama-sama mendorong Sony untuk memproduksi perangkat pemutar musik portabel. Namun, ide ini tidak mendapat dukungan dari eksekutif Sony lainnya, yang meragukan apakah alat seperti itu punya pasar. Para eksekutif berpikir bahwa pasar lebih menginginkan alat multifungsi, bukan hanya pemutar musik.
Meski ditolak, Ibuka tidak menyerah. Ia mendapatkan dukungan dari insinyur-insinyur muda di divisi perekam kaset Sony yang dipimpin oleh **Kuroki Yasuo**. Mereka bekerja secara diam-diam untuk menciptakan perangkat yang kemudian menjadi prototipe Walkman. Tantangan terbesar mereka adalah membuat komponen elektronik lebih kecil tanpa mengorbankan kualitas suara.
Setelah berbagai upaya, sebuah prototipe berhasil dibuat. Prototipe ini berwarna biru, terbuat dari logam, dengan panjang sekitar 6 inci dan lebar 3,5 inci—cukup kecil untuk dibawa ke mana-mana. Ketika **Akio Morita** memperkenalkan prototipe ini pada Februari 1979, ia mengatakan bahwa produk ini akan memuaskan kaum muda yang ingin mendengarkan musik sepanjang hari sambil bergerak. Nama **Walkman** dipilih karena mudah diingat dan terdengar unik.
Meskipun sudah diluncurkan pada 22 Juni 1979 dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Walkman tidak langsung laris manis. Penjualan di bulan pertama hanya sekitar 3.000 unit, jauh di bawah ekspektasi Sony yang mematok angka 5.000 unit per bulan.
Namun, Sony tidak menyerah. Mereka meluncurkan kampanye pemasaran yang inovatif dan kreatif. Pasukan pemasaran Sony turun ke jalan-jalan Tokyo, mendekati anak muda, dan membiarkan mereka mencoba Walkman sendiri. Strategi ini berhasil membangun minat, terutama di kalangan anak muda. Walkman pun segera menjadi simbol status yang keren dan harus dimiliki.
Taktik pemasaran Sony membuahkan hasil. Dalam waktu 1,5 tahun, 2 juta unit Walkman terjual, dan angka itu terus meningkat hingga mencapai 50 juta unit di seluruh dunia dalam satu dekade.
Kesuksesan Walkman bukan hanya soal penjualan yang fantastis, tetapi juga revolusi yang dibawanya. Walkman mengubah cara orang mendengarkan musik. Sebelum Walkman, musik hanya bisa dinikmati di tempat-tempat tertentu seperti rumah, kantor, atau ruang publik. Namun, Walkman memungkinkan orang untuk menikmati musik di mana saja dan kapan saja.
Kisah kesuksesan Walkman memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, jangan patah semangat jika ide kita ditolak. Kedua, inovasi perlu didukung oleh pemasaran yang efektif untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Dan ketiga, perjuangan menciptakan produk inovatif bukanlah perjalanan yang mudah—diperlukan tekad, pembelajaran, dan kemampuan untuk terus beradaptasi.
Cerita suksesnya produk Sony ini merupakan inspirasi yang bisa kita pakai. Salam sukses, salam Satoeasa untuk Indonesia
Menarik Untuk Dibaca : Legenda Air Jordan
Mau Konsultasi?