Anda sudah tahu cerita Andy Byron, CEO Astronomer, yang ketahuan selingkuh dengan Christian Cabbet, Chief People Officer di perusahaan yang sama, lewat Kiss Cam saat keduanya menonton konser Coldplay di Gilet Stadium? Peristiwa itu tidak hanya berdampak pada mereka berdua, melainkan juga pada perusahaan. Astronomer, perusahaan teknologi data yang sebelumnya nyaris tak dikenal publik luas, tiba-tiba jadi sorotan media, menuai tekanan publik, dan membuat para investornya resah. Banyak pihak menduga Astronomer akan tenggelam karenanya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih meminta maaf atau memberikan klarifikasi panjang, Astronomer memanfaatkan momentum tersebut untuk mencari perhatian sekaligus mendongkrak penjualan. Hasilnya, mereka justru menuai banyak pujian.
Semua bermula pada Juli 2025, di konser Coldplay di Jet Stadium. Saat Kiss Cam menyorot penonton, wajah Andy Byron dan Christian Cabbet muncul di layar raksasa. Byron salah tingkah, menoleh ke arah lain, sementara Cabbet menutup wajah dengan tangan. Penonton gaduh, terlebih setelah Chris Martin, vokalis Coldplay, melontarkan guyonan bahwa keduanya pemalu atau malu karena selingkuh. Tangkapan layar itu viral di TikTok, Reddit, dan X. Warganet ramai membahasnya, membuat meme, hingga melahirkan tagar ColdplayGate. Dalam hitungan jam, momen kecil itu menjelma jadi gibah global. Kritik mengalir deras, reputasi Astronomer goyah, investor gelisah, dan suasana internal perusahaan memanas.
Selama dua hari, Astronomer memilih diam. Barulah pada hari ketiga mereka merilis pernyataan singkat di situs resmi: perusahaan sedang meninjau situasi internal dan tidak akan berkomentar demi menghormati privasi pihak-pihak terkait. Publik menilai itu sekadar menghindar. Situasi makin runyam. Karyawan bingung, PR kewalahan, investor mendesak audit, bahkan ada pegawai yang stres hingga ingin resign. Dalam waktu singkat, masalah pribadi dua eksekutif berkembang menjadi krisis reputasi yang meluas. Tekanan publik memaksa Astronomer akhirnya mengonfirmasi bahwa yang ada di video viral memang CEO dan Chief People Officer. Mereka menyatakan perilaku keduanya tidak mencerminkan budaya perusahaan, lalu mengumumkan pengunduran diri Andy Byron dan Christian Cabbet. Pete D. Jojoy, co-founder sekaligus Chief Product Officer, ditunjuk sebagai CEO sementara.
Menarik Untuk Dibaca : Modal Limbah Penuh Berkah
Krisis ini memperlihatkan lemahnya komunikasi Astronomer. Dengan membiarkan narasi publik berkembang tanpa kontrol, mereka kehilangan kendali. Netizen mengisi kekosongan dengan konten palsu, mulai dari video editan hingga dokumen buatan AI. Akibatnya, bukan hanya reputasi publik yang rusak, tetapi juga semangat internal karyawan. Krisis ini makin berbahaya karena bukan terkait produk atau kegagalan teknis, melainkan skandal personal. Publik kecewa karena pengkhianatan moral, bukan karena layanan yang buruk. Itulah sebabnya kepercayaan lebih sulit dipulihkan.
Namun, saat banyak pihak mengira Astronomer akan terus defensif, mereka justru mengambil langkah tak terduga. Mereka menggandeng Maximum Effort, agensi kreatif milik Ryan Reynolds, untuk membuat iklan satir. Video berdurasi 1 menit itu menampilkan Gwyneth Paltrow sebagai juru bicara. Dengan ekspresi bingung, ia membaca pertanyaan-pertanyaan publik dari media sosial. Alih-alih menjawab drama perselingkuhan, ia mengalihkan perhatian ke produk Astronomer: kemampuan airflow dan keandalan data mereka. Video itu dirilis di berbagai platform dan dalam hitungan jam ditonton jutaan orang. Publik menilai Astronomer cerdas: mereka tidak membela diri, tidak meratapi masalah, tapi justru memanfaatkan sorotan untuk memperkuat brand.
Strategi ini mengingatkan pada cara KFC di Inggris mengatasi krisis tahun 2018 ketika kehabisan stok ayam. Alih-alih defensif, KFC membuat iklan satir dengan logo “FCK” di ember kosong, disertai permintaan maaf jujur. Respons kreatif itu justru memperkuat citra brand mereka. Sama seperti Astronomer, kekuatan terletak pada keberanian membaca situasi, mengambil risiko kreatif, dan menyampaikan pesan dengan ringan namun tepat sasaran.
Dari kasus ini, ada tiga pelajaran penting. Pertama, humor yang matang bisa jadi strategi jitu dalam krisis. Kedua, di dunia serba cepat dan penuh tekanan, respons santai adalah angin segar yang lebih mudah diterima publik. Ketiga, tidak semua krisis harus ditanggapi serius. Kadang, humor justru cara paling elegan untuk mengatur ulang suasana. Humor bukan untuk menertawakan masalah, melainkan memberi ruang bernapas di tengah tekanan. Senyuman yang tepat waktu bisa jauh lebih menyentuh daripada seribu klarifikasi.
Menarik Untuk Ditonton : Sukses Story Ayam Mertua
Mau Konsultasi?