Tips Bisnis ~ pernahkah Anda menjawab customer melalui WhatsApp? Bagaimana respon mereka? Apakah berhasil closing atau justru mereka bersikap keras? Pada episode kali ini, kita akan membahas bagaimana caranya menjawab customer melalui WhatsApp agar dapat mencapai closing dengan efektif.
Mengapa kita harus mengoptimalkan WhatsApp ? saat ini semua orang baik muda tua, menggunakan aplikasi tersebut. Sangat disayangkan kalau kita tidak mengoptimalkan WhatsApp. Tapi tidak asal menggunakannya untuk keperluan marketing. Semua harus ada ilmu untuk mempraktekkannya. Semoga dengan tulisan ini sedikit membantu kita sebagai penjual atau tim marketing.
Kita belajar dari Coach Antonius Arif. Beliau menjelaskan bahwa ada metode jualan melalui WhatsApp yang efektif. Konsepnya dapat dibagi menjadi dua bagian: pertama, digital marketing yang mengarahkan customer ke customer service; kedua, customer service yang aktif menyebarkan konten kepada target audience. Fokus utama adalah bagaimana menjawab customer untuk mencapai closing. Antonius memperkenalkan akronim SBPK: Salam, Benefit, Promosi, Kelangkaan.
S (Salam):
Ketika customer bertanya, seperti “Harganya berapa?”, mulailah dengan menyapa mereka menggunakan nama atau identitasnya. Misalnya, “Halo selamat pagi, saya Antonius Arif dari Korporaconsulting. Ini dengan Kakak siapa?” Salam ini bertujuan membangun hubungan awal dengan customer.
B (Benefit):
Sebelum memberikan harga, jelaskan terlebih dahulu manfaat produk Anda. Contoh: jika Anda menjual buku, jelaskan isi buku dan nilai manfaatnya. Hal ini penting agar customer tidak langsung merasa harga yang ditawarkan mahal.
P (Promosi):
Setelah menyampaikan manfaat, berikan informasi tentang harga normal, lalu tawarkan harga promosi yang sedang berlangsung. Misalnya, “Harga normalnya Rp200.000, tapi untuk promo hingga hari ini hanya Rp150.000.” Jika memungkinkan, tambahkan skema up-selling, seperti diskon lebih besar jika membeli lebih dari satu produk.
K (Kelangkaan):
Tekankan batas waktu atau jumlah stok yang terbatas. Misalnya, “Promosi ini hanya berlaku hingga jam 8 malam, dan stoknya tinggal 10 unit.” Kelangkaan ini menciptakan urgensi bagi customer untuk segera mengambil keputusan.
Setiap akhir chatting, pastikan untuk mengajukan pertanyaan agar percakapan tetap hidup. Hindari kalimat yang diakhiri dengan titik tanpa pertanyaan karena dapat mengakhiri obrolan. Misalnya, Anda bisa bertanya, “Kakak butuhnya berapa, ya?” atau “Mau ambil warna apa, Kak?”
Menarik Untuk Dibaca : Mencapai Target Lebi Cepat
Jika customer tidak segera merespon atau tidak jadi membeli, Anda perlu melakukan follow-up. Follow-up idealnya dilakukan 2-3 jam setelah percakapan terakhir. Contohnya, Anda bisa menanyakan, “Kak, apakah sudah transfer?” atau “Promosi ini akan segera berakhir, apakah Kakak jadi mengambilnya?” Selalu akhiri dengan pertanyaan agar percakapan berlanjut.
Jika customer tetap tidak merespon, masukkan nama mereka ke dalam daftar follow-up. Kirimkan materi-materi edukasi atau artikel terkait produk Anda secara berkala, misalnya setiap dua hari. Untuk produk seperti buku parenting, Anda bisa mengirimkan kutipan inspiratif dari buku tersebut untuk menarik perhatian customer.
Apabila customer mengeluhkan kepercayaan atau khawatir soal penipuan, Anda dapat mengarahkan mereka ke akun Instagram resmi atau memberikan testimoni pelanggan sebelumnya. Ini akan membantu membangun rasa percaya. Jika mereka sudah membeli, tawarkan insentif seperti diskon untuk pembelian berikutnya agar mereka menjadi pelanggan tetap atau bahkan reseller.
Coach Antonius juga menyarankan bahwa cara berjualan via chatting tidak sulit jika dilakukan dengan rajin, sopan, dan menggunakan strategi bertanya yang tepat. Selalu anggap customer sebagai teman agar interaksi terasa lebih personal dan nyaman.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Membuat Catatan Keuangan
Mau Konsultasi?