

Bayangkan satu orang mampu menjadikan sebuah video YouTube sebagai peristiwa global yang ditunggu jutaan orang. Itulah Mr. Beast, kreator konten yang dikenal dengan tantangan-tantangan absurd, hadiah uang tunai dalam jumlah fantastis, hingga membuat versi nyata dari Squid Game. Di balik tawa dan spektakel itu, terdapat ambisi yang jauh lebih besar daripada sekadar menjadi YouTuber sukses.
Namun ambisi tersebut datang dengan harga yang tidak kecil. Satu video dapat menelan biaya jutaan dolar, bahkan beberapa tidak dirilis karena tidak memenuhi standar kualitas. Meski terlihat seperti mesin konten yang sempurna, pada akhirnya seluruh proses ini masih berputar pada satu nama: Jimmy Donaldson. Di tengah sorak-sorai jumlah penonton, muncul pertanyaan besar: What’s next?
Jawabannya adalah pembangunan sebuah kerajaan bisnis. Kunci kesuksesan Mr. Beast bukan hanya aksi ekstrem, tetapi kemampuannya menghentikan jempol penonton dalam satu detik pertama. Judul dan thumbnail menjadi senjata utama, dikerjakan oleh tim khusus. Video di kanal utamanya menghasilkan ratusan juta penayangan per tahun, termasuk video Squid Game versi Mr.
Beast yang ditonton ratusan juta kali. Semua dirancang agar penonton tidak berpindah ke video lain: energi tinggi sejak detik pertama, hadiah besar, tantangan tak lazim, serta ritme penyuntingan yang cepat. Dari awal yang sederhana seperti “I counted to 100,000”, Jimmy terus menaikkan skala produksinya. Namun skala besar berarti biaya besar. Satu video dapat menghabiskan 3–4 juta dolar, dan ada pula proyek yang menelan belasan juta dolar tetapi tidak pernah ditayangkan.
Setiap unggahan baru Mr. Beast kini menjadi momen budaya pop. Video-videonya dinanti, ditonton bersama-sama, dibahas, dan dibagikan di berbagai platform. Ia tidak lagi sekadar YouTuber, melainkan ikon budaya digital dengan ritme produksi yang belum ada tandingannya. Di kantor Beast Industries bahkan terdapat jam raksasa yang menampilkan jumlah pelanggan kanal sebagai simbol mesin yang tidak pernah berhenti. Mesin tersebut bekerja berkat obsesi pada detail.
Menarik Untuk Dibaca : Strategi Family Mart
Selama bertahun-tahun, Jimmy dan timnya membedah algoritma YouTube: dari pencahayaan di detik pertama, tempo editing, hingga bentuk kalimat pembuka. Mereka menguji berbagai ide, termasuk melakukan eksperimen selama 20 jam untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pencahayaan terhadap retensi penonton. Semua temuan itu disusun menjadi SOP produksi, sehingga prosesnya dapat diulang dan ditingkatkan.
Kalimat pembuka video dirancang sebagai pengait perhatian, seperti “Kalau pilot ini bisa tinggal di jet selama 100 hari, ia boleh memilikinya.” Kalimat semacam itu membangkitkan rasa ingin tahu dan mendorong penonton untuk bertahan hingga akhir. Dalam dunia konten yang 5 detik pertamanya menentukan, Mr. Beast sengaja menempatkan elemen terbesar pada detik-detik awal.
Strategi lain adalah membuat sedikit video, tetapi masing-masing berskala besar dan bermakna. Alih-alih mengejar kuantitas unggahan, Jimmy memilih kualitas ekstrem. Tidak semua video layak tayang; jika tidak memenuhi standar, maka disimpan.
Di balik layar, ratusan orang bekerja mulai dari ide, naskah, produksi, hingga penyuntingan. Namun secanggih apa pun sistemnya, tetap ada batas — dan batas itu adalah manusia. Mister Beast tetap bertumpu pada satu tokoh sentral: Jimmy Donaldson. Ia adalah wajah, pengambil keputusan, dan magnet penonton. CEO Beast Industries bahkan mengatakan Jimmy tidak bisa “diskalakan”; tidak mungkin membuat sepuluh versi Jimmy dalam waktu bersamaan. Karena itu, mereka mulai membangun karakter-karakter baru untuk menciptakan semesta konten yang tetap hidup meski Jimmy tidak selalu tampil.
Ancaman lainnya datang dari algoritma YouTube. Satu perubahan kecil dalam sistem rekomendasi dapat mengubah performa video secara drastis. Jimmy bahkan pernah menghabiskan lebih dari 10 juta dolar untuk sebuah video yang akhirnya tidak dirilis karena proyeksi performanya rendah. Ini ironi: bahkan karya terbaik tetap membutuhkan “izin” dari mesin algoritma untuk bisa terlihat. Selain itu, tekanan untuk selalu membuat konten yang lebih ekstrem bisa merusak keterhubungan dengan penonton. Hadiah yang terlalu fantastis kadang membuat konten terasa jauh dari realitas. Tekanan teknis, psikologis, dan finansial ini dapat menjadi beban bila tidak dikelola dengan baik.
Untuk keluar dari jebakan kreator tunggal (single creator trap), langkah konkretnya adalah menunjuk Jeff Hosenbold sebagai CEO pada 2024. Tujuannya adalah mengubah mesin konten yang boros menjadi perusahaan media yang efisien dan tahan lama — bukan hanya kanal YouTube, tetapi perusahaan dengan karakter ikonik, setara dengan Disney pada kelasnya. Ini bukan sekadar restrukturisasi, tetapi pergantian mesin yang menggerakkan seluruh organisasi.
Selanjutnya, dilakukan efisiensi produksi dan perapian portofolio. Tim dirampingkan, beberapa kanal seperti gaming dihentikan sementara, dan set produksi yang sebelumnya dibangun ulang kini dibuat permanen seperti studio Hollywood. Target penghematan yang ditetapkan mencapai 100 juta dolar dari anggaran 800 juta dolar dalam setahun. Di saat bersamaan, aliran pendapatan diversifikasi: Feastables mencetak lebih dari 200 juta dolar per tahun dan berekspansi global; produk seperti Lunchly dan ViewStats diluncurkan; dan proyek Beast Games masuk ke Prime Video dengan anggaran besar. Semesta karakter baru juga disiapkan lintas format.
Perjalanannya tidak selalu mulus. Pada 2024, perusahaan masih mengalami kerugian lebih dari 110 juta dolar. Jimmy tetap kreator dengan spontanitas tinggi, termasuk aksi menyumbangkan 400 ribu dolar saat livestream. Karena itu dibuat sistem untuk mengendalikan keputusan impulsif agar tidak mengguncang keuangan. Dari sisi reputasi, muncul gugatan dari peserta Beast Games dan isu kolaborator lama. Meski sebagian tuduhan tidak terbukti, peristiwa ini mengingatkan bahwa semakin besar sebuah brand, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Bagian yang relevan bagi Indonesia adalah posisi ekosistem kreatornya. Indonesia merupakan poros penting dalam peta konten global. Dengan ratusan juta pengguna internet dan durasi menonton yang tinggi, Indonesia adalah pasar sekaligus produsen konten. Banyak kanal berkembang pesat hingga jutaan pelanggan dan menembus trending global. Indonesia bahkan rutin menjadi penyumbang views besar bagi kanal internasional.
Kekuatan kreator Indonesia terletak pada kedekatan emosional dan relevansi lokal. Produksi yang sederhana mampu bersaing karena autentik, personal, dan memiliki ceruk yang kuat — mulai dari horor daerah, edukasi santai, komedi tongkrongan, hingga cerita hidup yang relatable. Keterbatasan anggaran digantikan dengan kedekatan komunitas sehingga menghasilkan loyalitas tinggi.
Gelombang berikutnya adalah naik kelas. Banyak kreator membangun usaha di luar platform: merek produk, aplikasi, layanan, kelas, hingga kemitraan jangka panjang. Alasannya jelas: AdSense dan endorsement bersifat fluktuatif, sementara algoritma selalu berubah. Tantangannya adalah banyak kreator masih bertumpu pada satu figur dan belum memiliki sistem yang kokoh. Padahal untuk bertahan, perlu fondasi agar “mesin produksi” tetap berjalan meski kreatornya beristirahat.
Pelajaran utama untuk kreator Indonesia adalah: pertama, jangan bertumpu pada satu sumber pemasukan. AdSense adalah awal, bukan akhir. Bangun aliran pendapatan yang dapat berjalan tanpa harus selalu tampil di kamera, seperti brand produk, kelas, ataupun kolaborasi strategis. Kedua, fokus pada identitas inti. Terlalu banyak mencoba format dapat membuat arah konten hilang. Mr. Beast memperluas bisnisnya tetapi tetap terhubung dengan karakter dan semestanya. Konsistensi menjaga kepercayaan dan memperkuat daya ingat merek.
Ketiga, bangun sistem, bukan hanya proyek. Menambah jumlah proyek tanpa struktur hanya menambah beban pada figur sentral. Mulailah dari hal sederhana: kalender produksi, dokumentasi proses, serta pendelegasian eksekusi. Tujuannya bukan hanya menghasilkan video berikutnya, tetapi memastikan ketahanan jangka panjang.
Pada akhirnya, menjadi kreator ibarat menjaga api unggun. Di awal, kita adalah penjaga bara, tetapi pada waktunya kita membutuhkan perapian yang tetap hangat meski kita pergi sebentar. Mr. Beast menunjukkan bahwa konten viral itu penting, tetapi sistem yang membuatnya bertahan dalam jangka panjang jauh lebih penting. Yang dikejar bukan hanya viral hari ini, tetapi nilai yang tetap hidup meskipun kita tidak selalu berada di depan kamera.
Menarik Untuk Ditonton : Strategi Branding
Mau Konsultasi?