Beliau senantiasa melibatkan Allah dalam setiap langkah dan keputusan usahanya, sesuatu yang Insyaallah juga dilakukan oleh banyak pengusaha. Sosok dermawan ini bernama Solah Atiah, seorang pengusaha dari sebuah kota kecil bernama Tafana. Dengan melibatkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam usahanya, beliau berhasil memberikan banyak bantuan kepada orang-orang di sekitarnya.
Menurut kisah dari Asosiasi Universitas Islam Mesir, ada sebuah desa kecil bernama Tafana, sekitar 128 km dari Utara Kairo, di mana 35 tahun lalu mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan, buta huruf, dan banyak yang menganggur. Pada saat itu, anak-anak desa biasanya dipekerjakan di ladang desa tetangga untuk mencari nafkah. Namun, pada tahun 1982, keadaan desa ini mulai berubah berkat sebuah gebrakan baru dari seorang pemuda bernama Solah Atiah.
Tidak banyak informasi yang tersedia tentang latar belakang beliau, tetapi yang diketahui adalah bahwa beliau pernah kuliah di Mesir, mengambil jurusan pertanian, dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Meski hidup dalam keterbatasan, Solah sudah dikenal dermawan sejak muda dan selalu menyisihkan hartanya untuk membantu sesama.
Menarik Untuk DIbaca : Cerita LAhirnya Vespa
Setelah lulus kuliah, Solah dan rekan-rekannya memutuskan untuk memulai usaha peternakan unggas. Mereka berencana memelihara 5.000 ekor ayam. Namun, ada kendala besar di awal usaha mereka, yaitu kekurangan modal. Mereka pun mengumpulkan segala harta yang dimiliki untuk dijual, termasuk tanah dan perhiasan, serta meminjam dana dari kerabat dekat.
Setelah modal terkumpul, mereka berpikir untuk mencari mitra tambahan agar usaha ini bisa berkembang lebih cepat. Suatu hari, saat mereka berkumpul, Solah bertanya kepada teman-temannya, “Apakah kita sudah menemukan mitra ke-10?” Sebagian menjawab belum, karena masih sulit mencari yang cocok.
Di titik ini, Solah berkata kepada teman-temannya, “Aku sudah menemukan mitra ke-10 kita. Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadi mitra kita, dan Allah akan mendapatkan 10% dari usaha ini.” Ia menambahkan bahwa Allah akan memberikan perlindungan, keamanan, dan keberkahan bagi usaha mereka.
Dengan kesepakatan tersebut, mereka pun memulai usaha mereka. Satu tahun berlalu, dan tanpa disangka, bisnis mereka berkembang pesat dan menghasilkan keuntungan yang besar. Keuntungan dari “bagian Allah” itu disalurkan untuk masyarakat desa. Melihat manfaatnya, mereka sepakat untuk meningkatkan “bagian Allah” menjadi 20%. Keuntungan yang terus meningkat memungkinkan mereka mendirikan Baitul Maal, sebuah lembaga yang mengelola dana untuk kepentingan masyarakat.
Di tahun-tahun berikutnya, usaha mereka semakin sukses, bahkan keuntungan sering meningkat hingga 100%. Dari hasil usaha ini, mereka bisa mendirikan 10 peternakan unggas tambahan dan melatih pemuda-pemuda pengangguran di Tafana untuk mengelola perkebunan sayur secara mandiri. Hasil panen mereka juga sukses diekspor ke negara-negara tetangga.
Di setiap bulan Ramadan, seluruh penduduk desa diundang untuk berbuka puasa bersama, memasak makanan enak yang disajikan di lapangan desa. Hingga akhir tahun 1988, proyek-proyek amal ini telah mengeluarkan dana sekitar $100,000 atau sekitar 1 miliar rupiah untuk berbagai kegiatan sosial.
Tidak berhenti di sana, seiring bertambahnya keuntungan perusahaan, mereka memperluas perhatian ke bidang pendidikan. Solah dan rekannya mulai membangun sistem pendidikan dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Mereka mengajukan izin kepada Departemen Urusan Pendidikan Mesir untuk mendirikan universitas di Tafana.
Pada tahun 1991, mereka berhasil mendirikan cabang universitas dengan biaya sekitar $600,000, dan mahasiswa pun berdatangan dari berbagai daerah. Seiring berjalannya waktu, mereka membangun lebih banyak fakultas, menciptakan akses pendidikan berkualitas di wilayah tersebut.
Kisah inspiratif Solah Atiah menunjukkan betapa dahsyatnya dampak dari keberanian, ketekunan, dan keikhlasan dalam berusaha, khususnya jika kita melibatkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap langkah kita.
Pak Solah dan rekan-rekannya tidak hanya membangun universitas, tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas pendukung bagi para mahasiswa, seperti asrama, masjid, perpustakaan, gedung pertemuan, rumah sakit, fasilitas olahraga, dan masih banyak lagi. Mereka bahkan menyediakan transportasi gratis, mulai dari kendaraan pribadi untuk mengantar anak-anak TK dari desa-desa tetangga, hingga layanan transportasi gratis untuk semua mahasiswa.
Sebagai bentuk kebaikan yang berkelanjutan, Pak Solah dan rekan-rekannya juga membangun Baitul Maal kedua untuk memastikan bahwa semua fakir miskin dan janda mendapatkan manfaat dari usaha yang telah mereka bangun bersama. Berkat inisiatif ini, kemiskinan di Tafana berhasil ditekan hingga tidak ada lagi orang kurang mampu di sana.
Semua kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi, dan kehidupan yang sebelumnya kurang berkecukupan perlahan-lahan berubah menjadi kota yang sejahtera. Dengan tercapainya kesejahteraan ini, perselisihan dapat diselesaikan secara damai, dan selama lebih dari 10 tahun, tidak ada pengaduan resmi yang diajukan ke kantor polisi setempat. Bahkan, salah satu dari dua kantor hukum di Tafana akhirnya diubah menjadi kantor catatan nikah.
Seiring dengan membaiknya perekonomian di Tafana, Pak Solah dan rekan-rekannya sepakat untuk menaikkan “bagian Allah” menjadi 50% dari total keuntungan. Artinya, separuh dari keuntungan usaha mereka akan diberikan untuk kepentingan umat dan agama. Pada tahap ini, mereka juga membangun sebuah waduk untuk memenuhi kebutuhan air penduduk Tafana.
Akhirnya, setelah melihat dampak besar yang telah dihasilkan, Pak Solah dan rekan-rekannya memutuskan bahwa 100% keuntungan perusahaan akan diserahkan sepenuhnya untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Semua keuntungan dialokasikan untuk membantu masyarakat, dan Pak Solah yang sebelumnya adalah salah satu pemegang saham utama kini menjadi karyawan Allah semata, hanya menerima gaji bulanan layaknya karyawan biasa.
Kisah Pak Solah, miliarder dari Kairo, Mesir, ini menjadi inspirasi banyak orang. Beberapa ulama mengatakan bahwa berbisnis dengan Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan pernah rugi, seperti yang tercantum dalam Surat Fatir ayat 29-30. Pak Solah benar-benar membuktikan bahwa berbisnis dengan Allah adalah jalan kebaikan yang abadi, dan beliau menjalankannya dengan penuh kesungguhan.
Dari usahanya, banyak orang terbantu, dan beliau berhasil mengangkat derajat kampung halamannya. Semoga kisah Pak Solah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbuat baik kepada sesama dan selalu melibatkan Allah dalam setiap langkah.
Menarik Untuk DItonton : Cara Membuat Goal Target
Mau Konsultasi?