
Mengapa orang lain tidak percaya pada produk Anda? Pertanyaan ini perlu dijawab dengan jujur oleh setiap pelaku usaha. Menurut Trust Barometer 2023, sebanyak 81% konsumen menyatakan bahwa mereka harus terlebih dahulu mempercayai sebuah brand sebelum memutuskan untuk membeli produknya. Kepercayaan menjadi fondasi utama dalam keputusan pembelian. Konsumen tidak akan membeli jika mereka belum memiliki rasa percaya terhadap brand atau penjualnya.
Masalahnya, banyak pelaku UMKM memiliki produk yang sebenarnya sangat bagus dan ditawarkan dengan harga yang masuk akal, tetapi tidak memiliki identitas brand yang jelas. Desain kemasan seadanya, tampilan media sosial tidak konsisten, dan pesan brand yang tidak terarah. Akibatnya, konsumen merasa ragu dan menganggap produk tersebut tidak aman atau tidak bisa dipercaya.
Padahal, perilaku konsumen masa kini sudah melalui proses yang disebut customer journey sebelum membeli. Mereka mungkin pertama kali melihat iklan, lalu mencari produk di e-commerce seperti Shopee, menelusuri ulasan di TikTok, memastikan kembali dengan membuka Instagram, dan akhirnya melakukan pembelian di Tokopedia. Jika brand Anda tidak konsisten di setiap kanal tersebut, maka kepercayaan sulit terbentuk. Review yang buruk, rekomendasi yang tidak ada, dan rating yang rendah membuat calon pembeli enggan mengambil risiko.
Karena itu, penting bagi setiap pelaku usaha untuk memahami bagaimana membangun brand yang dapat dipercaya. Sebab, pada hakikatnya branding adalah trust. Menurut riset Nielsen, 59% konsumen lebih memilih membeli dari brand yang sudah mereka kenal, meskipun ada pilihan lain yang lebih murah. Artinya, harga bukan satu-satunya faktor utama. Kepercayaan terhadap brand jauh lebih menentukan.
Untuk mencapai konversi atau closing, ada empat syarat penting yang harus dipenuhi:
Konsumen memiliki kemampuan finansial (punya uang).
Konsumen memiliki kebutuhan (punya need).
Konsumen memiliki urgensi atau rasa keterdesakan.
Konsumen memiliki kepercayaan (trust).
Jika kepercayaan belum terbentuk, maka penjualan akan sulit terjadi. Banyak UMKM terjebak hanya pada aktivitas selling tanpa memperhatikan branding. Padahal, branding-lah yang membangun kepercayaan jangka panjang. Data menunjukkan bahwa bisnis dengan brand yang kuat mampu meningkatkan margin profit hingga 20% lebih tinggi dibandingkan bisnis dengan brand lemah. Dengan kata lain, branding yang kuat membuat perusahaan tidak perlu berperang harga dan tetap memperoleh profit yang sehat.
Menarik Untuk Dibaca : Sudah Coba Banyak Hal Tapi Masih Mentok
Kualitas tanpa branding pada akhirnya tidak menghasilkan penjualan. Produk boleh berkualitas tinggi, tetapi jika branding-nya lemah, konsumen tidak akan tertarik. Maka pertanyaannya: apa saja penyebab orang tidak percaya pada brand Anda, dan bagaimana cara memperbaikinya?
1. Logo dan Kemasan Asal-Asalan.
Banyak pelaku usaha membuat logo dan kemasan tanpa perencanaan yang matang, hanya sekadar “asal jadi”. Padahal, tampilan visual yang tidak profesional akan memberi kesan produk murahan. Bahkan saat ini banyak yang membuat logo menggunakan AI tanpa mempertimbangkan filosofi dan panduan brand di baliknya.
2. Tidak Menunjukkan Bukti Sosial (Social Proof).
Kepercayaan dibangun melalui bukti nyata. Jika brand Anda tidak memiliki testimoni, ulasan pelanggan, sertifikasi, atau rekomendasi, wajar jika calon pembeli ragu. Social proof adalah validasi publik yang membuat orang yakin bahwa produk Anda layak dipercaya.
3. Pesan Brand Tidak Jelas.
Audiens sering kali bingung mengenai untuk siapa produk tersebut dibuat dan masalah apa yang diselesaikan. Pesan yang tidak tajam membuat calon pelanggan merasa produk itu bukan untuk mereka. Karena itu, brand perlu memiliki pesan utama yang fokus, jelas, dan relevan dengan kebutuhan target pasar.
4. Jarang Tampil di Ranah Digital.
Masih banyak pelaku usaha yang mengandalkan penjualan offline tanpa menyadari bahwa customer journey kini sepenuhnya digital. Konsumen akan mencari informasi di Instagram, YouTube, TikTok, atau Google sebelum membeli. Jika brand Anda tidak muncul di sana — atau tampilannya berantakan — maka kepercayaan pun hilang.
5. Overclaim atau Janji Berlebihan.
Kesalahan fatal lainnya adalah memberikan klaim berlebihan tanpa bukti. Banyak brand menjanjikan hasil “100% ampuh” atau “pasti sukses”, padahal tidak didukung fakta. Hal ini justru menimbulkan kekecewaan dan merusak reputasi jangka panjang.
Branding bukan sekadar logo atau promosi, tetapi investasi dalam membangun persepsi dan kepercayaan publik. Tanpa branding yang kuat, produk berkualitas sekalipun akan sulit diterima pasar. Sebaliknya, brand yang terpercaya bisa bertahan bahkan di tengah persaingan ketat dan perang harga.
Bagi Anda para pelaku UMKM yang ingin memperkuat brand agar langsung “meledak” di awal peluncuran, Anda perlu memahami ilmu strategi peluncuran produk (product launching) secara komprehensif — bukan hanya tentang traffic, tetapi juga tentang value creation, positioning, serta cara membangun persepsi yang tepat di benak konsumen.
Keberhasilan bisnis tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk, tetapi juga oleh seberapa kuat brand tersebut dipercaya oleh konsumennya. Dengan branding yang kokoh, bisnis akan mudah diingat, melekat di benak pelanggan, dan memiliki positioning yang kuat di pasar.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Membangun Branding
Mau Konsultasi?