Gimana sih Islam memandang harta? Dalam Islam, harta bukan cuma soal angka di rekening. Harta adalah amanah, titipan dari Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Dialah pemilik langit dan bumi, termasuk segala harta yang kita miliki. Kita hanya dititipi. Ini bukan sekadar kalimat indah, tapi punya konsekuensi besar. Kalau kita sadar bahwa uang itu titipan, maka kita akan lebih berhati-hati dalam mengelolanya. Kita tidak akan sembarangan mencari rezeki dengan cara haram, juga tidak akan pelit saat diminta membantu, karena kita tahu semua yang kita miliki sejatinya bukan milik kita.
Menariknya, Al-Qur’an juga menyebut bahwa harta dan anak-anak adalah ujian. Jadi bukan soal berapa banyak yang kita punya, tapi bagaimana kita memperlakukan apa yang kita punya. Dalam Surah Al-Anfal ayat 28, Allah berfirman: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” Ayat ini menunjukkan bahwa kepemilikan harta bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk menguji keimanan dan ketakwaan kita. Dalam Surah At-Taghabun ayat 15 juga ditegaskan bahwa harta benda dan anak-anak hanyalah ujian. Kecintaan yang berlebihan terhadap harta dapat mengalihkan perhatian dari tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu mencari rida Allah.
Salah satu prinsip utama dalam keuangan Islam adalah halal dan tayyib — halal dan baik. Artinya, rezeki tidak cukup sekadar halal secara hukum, tapi juga harus baik secara moral. Tidak merugikan orang lain, tidak curang, tidak menipu. Allah berfirman: “Wahai manusia, makanlah dari rezeki yang halal lagi baik di bumi dan jangan ikuti langkah-langkah setan.” (Al-Baqarah: 168). Jika kamu punya usaha atau bekerja, pastikan hasilnya bersih. Gaji dari kerja jujur insyaAllah penuh keberkahan. Tapi jika diperoleh dari manipulasi atau penipuan, meskipun jumlahnya besar, pasti akan terasa sempit.
Peringatan keras juga disampaikan Allah terhadap riba. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa pelaku riba akan dibangkitkan seperti orang yang kerasukan setan. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (Al-Baqarah: 276). Namun di dunia modern, riba seolah menjadi hal biasa — bunga pinjaman, kartu kredit, cicilan berbunga. Di sinilah kita diuji: apakah tetap berpegang pada prinsip atau ikut arus? Riba adalah dosa besar yang membawa kerusakan baik di dunia maupun akhirat. Sebagai muslim, kita harus mencari alternatif yang sesuai syariat seperti sistem bagi hasil dan pembiayaan syariah.
Kalau kamu merasa rezeki selalu terasa kurang, coba introspeksi: sudahkah kamu menunaikan zakat dan bersedekah? Zakat bukan hanya kewajiban, tapi penyuci harta. Dalam Surah At-Taubah ayat 103, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengambil zakat dari orang beriman agar menyucikan dan membersihkan mereka. Bahkan sedekah disebut sebagai investasi paling menguntungkan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 261, Allah berjanji bahwa sedekah bisa dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Sayangnya, banyak orang justru pelit saat punya rezeki lebih. Padahal justru di situlah letak keberkahan.
Menarik Untuk Dibaca : Bisnis Minuman Kekinian
Nabi Muhammad ﷺ hidup sederhana meskipun beliau punya kesempatan untuk hidup mewah. Kita kadang baru gajian saja langsung belanja demi gengsi. Padahal Allah memperingatkan: “Jangan berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31). Hidup hemat bukan berarti pelit, tapi tahu prioritas. Bedakan kebutuhan dan keinginan. Buat anggaran. Karena sering kali yang bikin hidup berat bukan karena penghasilan kurang, tapi karena gaya hidup terlalu tinggi. Manajemen keuangan bukan skill orang kaya saja, tapi skill dasar setiap muslim. Dan Al-Qur’an sudah mengajarkannya jauh sebelum buku-buku finansial modern terbit.
Investasi dalam Islam bukan hanya diperbolehkan, tapi dianjurkan, asalkan halal dan tidak mengandung gharar (ketidakjelasan) maupun maysir (spekulasi/judi). Tujuannya bukan sekadar memperkaya diri, tapi menumbuhkan harta agar lebih banyak manfaatnya. Sahabat Nabi seperti Abdurrahman bin Auf adalah pebisnis sukses, namun kekayaannya digunakan untuk kebaikan. Hari ini banyak pilihan investasi syariah seperti properti, saham syariah, dan sukuk. Kuncinya adalah pelajari ilmunya, pastikan kehalalannya, dan niatkan untuk maslahat.
Islam juga mengatur etika bisnis secara jelas. Nabi ﷺ bersabda, “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada di akhirat.” Artinya, kejujuran dalam jual beli punya kedudukan tinggi. Tidak curang, tidak menipu harga, tidak memanipulasi informasi. Dalam Al-Qur’an, Allah memperingatkan keras orang yang curang dalam takaran dan timbangan (Surah Al-Mutaffifin ayat 1–3). Dalam Surah An-Nisa ayat 29, Allah juga menegaskan pentingnya jual beli yang dilakukan secara adil dan atas dasar suka sama suka.
Teman-teman, belajar keuangan dari Al-Qur’an bukan sekadar soal menghafal ayat, tapi menghidupkan nilainya dalam keseharian. Supaya uang yang kita cari, kita kelola, dan kita gunakan, semuanya menjadi jalan menuju keberkahan. Bukan berarti kita tidak boleh kaya — boleh. Bahkan Islam mendorong umatnya untuk kuat secara ekonomi. Tapi kekayaan itu harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk diperbudak. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bahwa Islam memiliki sistem keuangan yang luar biasa indah dan adil. Tinggal kita mau menggali dan mengamalkannya.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Menghitung BEP dan Target Omset
Mau Konsultasi?