Namun, Om Bob tetap menegaskan, “Aku kasih tahu kamu duluan, jangan pernah berpartner. Aku sudah ngalamin semuanya.” Waktu itu, saya sempat “nyolot” dan membandingkan dengan pernyataan Bang Sandiaga Uno. Saya bilang, “Tapi Bang Sandi bilang sebaliknya, Om.” (Ini sejujurnya sikap yang tidak patut ditiru, karena saya mengadu domba dua sosok hebat). Bang Sandi justru mengatakan bahwa ia tidak akan pernah berbisnis tanpa partner. Katanya, ia mengetahui kelebihan dan kekurangannya, dan tidak akan memoles kekurangannya. Ia akan memoles kelebihan dirinya dan berpartner dengan orang lain untuk menutupi kekurangannya.
Saya pribadi setuju dengan pernyataan Bang Sandi. Saya sendiri tidak pernah benar-benar membangun bisnis seorang diri. Meskipun ada bisnis yang saya mulai sendiri, namun seiring berjalannya waktu, saya biasanya mengajak partner untuk mengisi kekurangan saya. Apakah Om Bob atau Bang Sandi yang benar? Menurut saya, tergantung karakter masing-masing orang.
Menarik Untuk Dibaca : Sukses Jualan di Marketplace
Ketika awal membangun usaha dan belum punya modal, saya berpartner dengan investor yang juga sekaligus menjadi partner bisnis. Namun, setelah memiliki modal, jaringan, dan kredibilitas, saya lebih sering memulai sendiri untuk fleksibilitas, lalu mengajak partner di tengah jalan. Misalnya, seorang karyawan yang kemudian saya angkat jadi pemegang saham. Alasannya, saya lemah dalam hal manajemen. Meski saya paham teorinya, saya tidak telaten dalam pelaksanaannya. Dulu, saat masih muda, saya siap turun langsung, tapi sekarang saya lebih fokus ke strategi.
Karakter Om Bob sangat kuat dan dominan. Orang seperti ini lebih cocok membangun bisnis dengan mempekerjakan manajer, bukan berpartner. Setahu saya, Om Bob pun punya direktur-direktur yang andal dan rela menanggung kerugian saat manajernya melakukan kesalahan. Semua ini kembali ke karakter masing-masing dan tidak ada yang benar atau salah, yang ada hanyalah konsekuensi dari pilihan.
Lalu, bagaimana memilih partner yang tepat? Pertama, partner harus melengkapi kekurangan Anda. Jika Anda jago pemasaran tapi lemah di operasional, carilah partner yang kuat di manajemen. Kedua, punya value yang sama. Kalau bisa satu visi, syukur. Kalau tidak, setidaknya satu misi dan value bisa menyesuaikan. Ketiga, harus jelas siapa pemimpin dan pengambil keputusan akhir. Tidak bisa ada dua jenderal dalam satu peperangan. Keempat, harus sportif dan fokus pada tujuan, bukan ego pribadi. Bukan soal siapa yang lebih hebat, tapi mana ide terbaik untuk kemajuan bersama. Kelima, akselerasinya harus seimbang. Kadang saat mulai cocok, tapi lama-lama ada yang tertinggal dan jadi hambatan. Ini perlu ditoleransi, tapi juga harus disadari.
Komitmen adalah kunci dalam berpartner. Idealnya memang untuk jangka panjang. Tapi apakah pasti langgeng? Tidak juga. Dulu saya pikir begitu. Sekarang saya lebih memilih mengikuti alur dan kejadian. Seperti pernikahan, gesekan itu wajar karena kita dekat. Justru karena komitmen dan komunikasi, hubungan bisa bertahan. Dalam kompromi pun, kadang bukan 1 + 1 = 2, tapi bisa jadi 1,5 karena masing-masing pihak harus mengalah.
Bahkan jika kita sudah punya value yang sama, belum tentu cocok. Banyak perpisahan bukan karena beda visi, tapi beda kultur atau standar. Oleh karena itu, penting punya pola pikir dan framework yang sama. Misalnya dengan mengikuti pelatihan bersama agar sudut pandang dan standar kerja sejalan. Tapi meski begitu, perpisahan tetap bisa terjadi. Saya percaya semua sudah diatur oleh Allah. Saat itu, mungkin dia adalah satu-satunya harapan yang terlihat, dan sebaliknya juga.
Jika berpisah, bukan berarti permusuhan. Meski ada kekesalan, semoga hanya sementara. Kalau kita sama-sama dewasa, nanti bisa menertawakan masa lalu. Semua orang datang dan pergi. Tidak ada yang abadi. Saya sendiri memilih untuk tidak kapok mencari partner, meski sudah beberapa kali mengalami perpisahan. Saya yakin eks-partner saya juga sedang menyebarkan kebaikan di tempat lain. Apalagi jika kami memiliki guru yang sama. Artinya, mungkin memang sudah waktunya berpisah dan melanjutkan perjuangan masing-masing
Menarik Untuk Ditonton : Inspirasi Bisnis Batik Manunggal
Mau Konsultasi?